Hermas R Maring, aktivis konservasi di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat (Kalbar), menilai banjir yang terjadi secara tidak wajar di sepanjang 2021 ini diakibatkan berbagai faktor. Namun, salah satunya ialah kerusakan alam karena pembukaan hutan yang semakin besar seperti penebangan kayu, pertambangan, maupun perkebunan.
"Banjir yang terjadi tahun ini suatu fenomena yang tidak biasa, sadar atau tidak, ada faktor lain penyebab terjadinya banjir," kata Hermas R Maring seperti dilansir Antara, Senin (15/11/2021).
Hermas menyampaikan daya hisap tanah terhadap air yang semakin berkurang juga salah satu faktor penyebab banjir. Menurutnya, hal itu tidak terlepas dari semakin berkurangnya tutupan hutan, berubahnya aliran air sungai atau terjadinya pendangkalan sungai-sungai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Intensitas pembukaan hutan semakin besar, baik secara ilegal maupun legal, baik oleh perusahaan kayu itu sendiri mau pun perusahaan lain yang berbasis penggunaan lahan seperti perkebunan sawit dan pertambangan," ucapnya.
Hermas mengatakan di Kapuas Hulu dalam dua tahun terakhir, dari empat kali banjir ada tiga kali kategori banjir besar.
Pada 2021 ini, setidaknya telah terjadi tiga kali banjir besar yang merendam hampir sebagian wilayah Kapuas Hulu.
"Dari segi level air, beberapa masyarakat mengatakan bahwa daerahnya yang dulu tidak pernah kebanjiran, pada tahun ini kebanjiran, sehingga tidak sedikit dari mereka yang tidak siap yang mengakibatkan kerugian material yang tidak sedikit," jelas Hermas.
![]() |
38.164 Warga Terdampak Banjir
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kapuas Hulu, pada September 2021 telah terjadi banjir besar yang merendam 10 kecamatan.
Sedangkan pada banjir di November ini, data BPBD Kapuas Hulu pada 15 November 2021, banjir yang terjadi di 12 kecamatan dan merendam 5.514 rumah penduduk. Setidaknya ada 12.129 kepala keluarga atau 38.164 jiwa warga terdampak banjir serta 215 fasilitas umum yang juga terendam banjir.
Hermas menambahkan kecamatan yang terdampak banjir saat ini yaitu di Kecamatan Selimbau, Semitau, Silat Hilir, Batang Lupar, dan Badau, merupakan kecamatan yang banyak terdapat kegiatan perkebunan kelapa sawit, baik perusahaan mau pun swadaya.
"Perubahan iklim, pembukaan hutan, tata guna lahan yang tidak terkontrol serta pendangkalan sungai-sungai tentu semuanya berkontribusi terhadap terjadinya banjir," jelas Hermas yang juga sebagai Sekretaris Forum Organisasi Masyarakat Sipil Kapuas Hulu.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.