Sopir TransJakarta berinisial J yang tewas dalam kecelakaan di Cawang, Jakarta Timur, ditetapkan sebagai tersangka. Polisi mengungkapkan J memiliki riwayat penyakit epilepsi.
"Hasil pemeriksaan pihak kedokteran kepolisian dan labfor polisi si pengemudi punya bawaan penyakit epilepsi," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus di Gedung Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (3/11/2021).
Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Sambodo Purnomo Yogo menambahkan temuan itu diperoleh setelah pihaknya melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Saksi dari keluarga hingga dokter forensik dilibatkan polisi dalam mengecek rekam medis sopir tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya, polisi memeriksa teman satu kamar sopir J di mes. Dari pemeriksaan tersebut, diketahui sopir J mengidap penyakit saraf dan rutin mengkonsumsi obat.
"Kami periksa lemari pengemudi dan temukan obat-obatan, salah satunya obat darah tinggi dan obat saraf, di kamar pelaku," ujar Sambodo.
Polisi menemukan obat jenis fenitoin dan amlodipin dari kamar sopir J. Hasil pemeriksaan dokter forensik menyatakan dua obat itu untuk menurunkan tekanan darah dan kejang.
"Kami crosscheck ke saksi ahli forensik hasil tes urine J mengandung amlodipin tapi nggak mengandung fenitoin. Jadi dia lagi nggak minum obat saraf," tutur Sambodo.
Riwayat medis itu menjadi salah satu acuan penyidik dalam menyelidiki penyebab kecelakaan maut tersebut. Sambodo memastikan hasil pemeriksaan kendaraan bus TransJakarta yang dikemudikan sopir J dinilai masih dalam kondisi layak jalan.
Simak di halaman selanjutnya, sopir TransJakarta diduga kehilangan kesadaran
Diduga Kehilangan Kesadaran
Atas dasar itu, polisi mengatakan kecelakaan maut tersebut disebabkan faktor kelalaian sopir J. Sopir J diduga kehilangan kesadaran karena epilepsinya kambuh.
"Kesimpulan apa yang sebabkan kecelakaan ini karena pengemudi bus B-7477-TK inisial J kehilangan kesadaran saat mendekati halte Cawang. Kehilangan kesadaran diduga serangan epilepsi tiba-tiba di mana serangan dimungkinkan yang bersangkutan tidak minum obat saraf. Itu ditunjukkan dari urine dan darah pengemudi hasil pemeriksaan labfor," ungkap Sambodo.
Sambodo menambahkan serangan epilepsi dadakan itu membuat sopir J kehilangan kendali atas bus TransJakarta dan justru memacu kendaraan lebih cepat mendekati titik Halte Cawang dan menabrak bus TransJakarta yang berada di depannya.
"Akibat kehilangan kesadaran pengemudi alih-alih pengereman jelang halte, malah tambah kecepatan. Ini diungkap dari hasil TAA dan hasil CCTV halte," pungkas Sambodo.