Hartono Prasetya alias Toni (64), warga Taman Permata Buana, Kembangan, Jakarta Barat, mengaku merasa diintimidasi dan mengalami persekusi di rumahnya. Insiden itu ia alami pada Jumat (26/2).
Dalam perbincangan dengan detikcom di Jakarta Barat, Rabu (6/10), Toni mengatakan peristiwa itu terjadi saat Toni sedang berolahraga. Ia melihat rumahnya ramai-ramai didatangi orang.
"Saya lihat kok banyak orang di (depan) rumah. Saya bingung, saya samperin. Yang saya tahu ada RW, wakil RW, sejumlah RT, ada pihak kelurahan, Satpol PP, Dinas Perhubungan. Terus ada orang yang nggak saya kenal," kisah Toni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat kerumunan di depan rumah, Toni mempertanyakan maksud kedatangan mereka. Menurutnya, petugas kelurahan menjelaskan bahwa kedatangan mereka untuk menindaklanjuti surat yang dilayangkan oleh Toni ke Wali Kota Jakarta Barat.
Kata Toni, mereka hendak menindaklanjuti permintaannya soal portal di wilayah RW 09. Mereka menganggap Toni meminta portal tersebut dibongkar, padahal menurutnya, dia hanya meminta rumahnya dipasangi portal.
"Surat saya memang isinya apa? Saya bilang, kalian disuruh siapa? Kalian tanya dong, orang yang nyuruh. Mereka bilang, cepat buka pintu sajalah," kata pria paruh baya itu.
Pagar Digedor-gedor
Merasa terdesak, Toni akhirnya kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil kunci pagar.
"Waktu saya baru sampai di dalam rumah, itu udah (pagar) rumah saya digedor-gedorin. Digoyang-goyangin, saya diteriaki. Itu bel dipencet-pencet berkali-kali," ujarnya.
Mendapati kejadian itu, istri Toni, yang juga berada di dalam rumah, keheranan. Riuh ramai secara tiba-tiba di depan rumah membuat istri Toni gemetaran lantaran ketakutan.
"Mereka juga teriak, 'Keluar lu', dibentak gitu. Itu istri saya sampai gemetaran, nggak bisa ngapa-ngapain lagi," kata Toni mengingat kejadian itu, matanya memerah berkaca-kaca.
Simak video 'Momen Warga Permata Buana 'Didemo' Oknum Gegara Protes Jalan':
Simak pengakuan Toni selengkapnya di halaman selanjutnya....
Toni Hubungi Polisi
Di dalam rumah, Toni sempat mengirimkan pesan ke pihak kepolisian. Ia meminta perlindungan kepada polisi.
"Saya sempat lapor ke kapolsek, 'Ini rumah saya dikerumuni orang, nih, Pak. Saya minta perlindungan'. Pak kapolseknya hanya bilang, 'dipantau, 87'. Udah gitu, nggak ada yang datang sama sekali," ujar Toni.
Toni kembali keluar menemui orang-orang itu. Kondisi orang-orang di luar rumahnya memanas.
"Mereka marah-marah. Kata mereka, 'Kita kan untuk menindaklanjuti surat Bapak'. Nah, saya bilang, 'Loh, kamu mau minta pintu ini buka, kamu mau masuk, saya ambil kunci. Kamu sudah marah-marah sebelumnya'," lanjut Toni.
"Saya terus terang gemetaran tahan marah, gemetaran kesal, emosi sekali," kata Toni.
Rumah Dipasangi Poster Pengusiran
Adu mulut itu berakhir dengan kedua pihak bersepakat melakukan pertemuan di kantor Kelurahan Kembangan Utara keesokan harinya.
Usai insiden itu, Toni mengaku baru tahu bahwa ada tulisan protes bernada pengusiran terhadap dirinya di pagar rumah. Tulisan itu terpampang di selembar kardus.
Kardus berisi protes itu bertulisan 'Usir Toni dari Permata Buana' dan 'Tinggal di Hutan Kalau Mau Sepi dan Tidak Mau Bersosialisasi dengan Tetangga dan Warga'.
Kemudian Toni melaporkan peristiwa itu ke Polres Metro Jakarta Barat dengan nomor laporan TBL/188/III/2021/PMJ/Restro Jakbar tertanggal 3 Maret 2021. Ia kini didampingi oleh kuasa hukumnya dalam menjalani proses hukum.
Sebelumnya, Toni mengatakan bahwa dirinya sempat menyurati Wali Kota Jakarta Barat agar arus lalu lintas di depan rumahnya, Jalan Pulau Panjang Blok C12, diatur dan diurai.
Ia mengaku terganggu lantaran jalanan kompleks depan rumahnya menjadi jalur lalu lintas kompleks dengan jumlah kendaraan yang melintas cenderung banyak. Tak sendiri, ia menandatangani surat itu bersama sembilan orang warga lainnya.
"Saya bingung, saya nggak pernah minta portal dibongkar," kata dia.