Pengacara kenamaan Yusril Ihza Mahendra menilai reaksi politikus Partai Demokrat (PD) terhadap advokasi yang dia lakukan sebagai reaksi ala jurus dewa mabuk. PD, yang AD/ART-nya tengah dipermasalahkan klien Yusril, kini balik mengkritik AD/ART PBB.
Semua ini berawal dari langkah Yusril menjadi pengacara empat mantan kader PD yang mengajukan uji materiil dan uji formil ke Mahkamah Agung (MA). Dua elite PD pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono bereaksi. Dua elite PD itu adalah Andi Arief dan Rachland Nashidik.
Andi Arief menyoroti perubahan sikap dalam isu ini. Dia menyebut perubahan sikap itu terjadi setelah pertemuan dengan Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan (KSP), yang pernah berupaya 'mengkudeta' kepemimpinan AHY di PD.
"Poin saya adalah, perubahan sikap menafsirkan ad/art Demokrat 2020. Pilkada 2020 anggap sah, tapi setelah bertemu KSP Moeldoko 2021 kenapa berubah malah menggugat," cuit Andi Arief melalui akun Twitter-nya.
Elite PD, Rachland Nashidik, mengkritik netralitas Yusril. Yusril justru dinilai memihak dan mendapat keuntungan dari praktik politik Moeldoko. Empat mantan kader PD yang mengajukan permohonan judicial review ke MA itu diidentifikasinya sebagai kubu Moeldoko.
Yusril merasa kritik-kritik itu bernada penyerangan terhadap dirinya selaku pribadi. Kritik-kritik itu tidak menyasar substansi perkara yang tengah dia advokasi, yakni AD/ART PD.
Selanjutnya, Yusril bicara jurus mabuk:
(dnu/dnu)