Aksi Warga Rusia-Belanda Bobol ATM di Jakarta Berujung Jadi Tersangka

Round-Up

Aksi Warga Rusia-Belanda Bobol ATM di Jakarta Berujung Jadi Tersangka

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 16 Sep 2021 07:56 WIB
Jakarta -

Polda Metro Jaya membongkar sindikat pembobolan ATM sejumlah nasabah bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Para pelaku mencuri dana nasabah dengan modus skimming.

Sindikat ini melibatkan WN Rusia, WN Belanda dan seorang pria WNI. Selama beberapa bulan ini para pelaku telah mencuri Rp 1,7 miliar dari bank tersebut.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus menjelaskan kasus ini terungkap setelah pihaknya mendalami laporan dari salah satu bank pelat merah pada September 2021.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tim melakukan pendalaman, penyidikan berhasil mengamankan awalnya 2 orang; 1 WN Rusia, yang satu WN Belanda dan ketiga RW (WNI)," imbuhnya.," kata Yusri dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (15/9/2021).

ADVERTISEMENT

Diotaki Bule Tour Guide

Ketiga tersangka adalah Vladimir Kasarski (WN Rusia), Nikolay Georgiev (WN Belanda), dan Rudy Wahyu (WNI). Tersangka Kasarski dan Georgiev ditangkap di SPBU Tambun Selatan, Bekasi, pada 10 September 2021, sedangkan tersangka Rudy Wahyu ditangkap di Rawa Lumbu, Kota Bekasi, pada 12 September 2021.

"VK (Vladimir Kasarski) mengaku sudah 1 tahun di Indonesia, kerjaannya guide tour yang bawa turis asing ke Bali dan Jawa. NG (Nikolay Georgiev) pengakuannya sudah 4 bulan lebih di Indonesia, yang mengajak ke Indonesia ini VK," jelasnya.

Khusus tersangka RW, dia bertugas sebagai penampung. Meski begitu, RW dan kedua WNA tersebut tidak saling kenal.

Modus Skimming

Para tersangka membobol data nasabah dengan modus skimming. Skimming adalah pencurian informasi kartu kredit/debit nasabah dengan menggunakan alat khusus skimmer. Data nasabah ini kemudian diduplikasi dengan menggunakan blank card (kartu kosong).

"Modusnya adalah yang bersangkutan menggunakan blank card, karena ini sindikat tetapi ini sindikat terakhirnya, karena masih ada sindikat di atasnya," ujarnya.

Dengan kartu kosong yang sudah diisi data-data nasabah inilah, kemudian para tersangka melakukan pencurian uang. Polisi mengungkap sejauh ini mereka sudah membobol uang sebesar Rp 1,7 miliar dengan modus skimming ini.

Ke mana saja larinya uang tersebut? Simak di halaman selanjutnya


Digunakan untuk Beli Kripto

Kombes Yusri menjelaskan, ketiga tersangka ini bertugas melakukan transaksi penarikan dan transfer uang melalui ATM. Uang tersebut dikirim ke virtual account pada sebuah aplikasi trading kripto.

"Hasil pendalaman penyidik mengarah ke RW (WNI), mereka tidak saling kenal. Tapi RW ini tugasnya sebagai penampung dari perintah seseorang. Baru dia potong jatahnya, kemudian dia transfer ke aplikasi khusus namanya aplikasi Pintu, virtual account aplikasi Pintu namanya," tambah Yusri.

Dihubungi secara terpisah, Kanit II Subdit Siber Polda Metro Jaya AKP Charles mengatakan, para pelaku ini menggunakan uang tersebut untuk membeli uang kripto (crypto currency).

"Rp 1,7 miliar itu. Mereka kirim dari rekening penampung ke virtual account aplikasi Pintu (trading crypto/jual beli Bitcoin)," kata Charles.

Diperintah 'Bos' di Luar Negeri


Polisi mengungkapkan 2 WNA yang ditangkap cuma 'bawahan', sementara ada sindikat lebih besar di atasnya yang terdeteksi ada di luar negeri.

"Jadi ini layer bawah dan masih ada layer atas. Bahkan tersangka di atas lagi berada di luar negeri yang kami tahu identitasnya," kata Kombes Yusri Yunus di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (15/9).

Yusri menyebut mereka merupakan eksekutor di lapangan. Sementara pelaku yang berperan sebagai aktor intelektual yang mengatur pencurian data nasabah hingga kini masih buron.

"Yang baru diamankan baru sindikat di bawahnya. Tugasnya hanya mengambil dan mentransfer sesuai perintah pimpinannya. Tapi layer di atasnya ada lagi dan layer atasnya ini yang mengisi blank card," terang Yusri.


Baca di halaman selanjutnya cara sindikat dapatkan data nasabah


Data Nasabah dari Telegram


Polisi menyebut sindikat ini mendapatkan data nasabah dari sebuah akun dari seseorang dengan user name 'Tokyo 1880' di aplikasi Telegram.

"Modusnya mereka menggunakan blank card yang sudah diisi data nasabah yang dia dapat dari link di atasnya melalui Tokyo 1880, ini yang DPO. Tapi kami sudah ketahui identitasnya," kata Kombes Yusri Yunus di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (15/9).

Ketiga pelaku ini mencuri data nasabah dengan sebuah alat deep skimmer. Alat itu biasanya ditempel di mesin ATM.

Alat tersebut nantinya bakal mengambil data kartu ATM nasabah. Data tersebut akan dimasukkan ke dalam blank card atau kartu kosong yang telah disiapkan oleh pelaku.

"Apabila sudah dipindahkan kemudian diserahkan ke pelaku ini untuk mengambil di ATM. Rata-rata ATM ada di Bekasi dan Jakarta yang sudah ditentukan oleh si pengendali yang DPO," terang Yusri.

Tips Aman Terhindar Skimming

Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Kombes Auliansyah Lubis mengimbau masyarakat untuk berhati-hati terhadap modus skimming ini. Salah satu tips untuk mencegah skimming ini adalah dengan mengganti personal identification number (PIN) ATM secara berkala.

"Kami imbau secara berkala bisa mengganti PIN ATM kita, apakah sebulan sekali atau seminggu sekali. Itu lebih membuat security terhadap ATM," kata Auliansyah di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (15/9).


Tentang Deep Skimmer

Sementara itu, Auliansyah menjelaskan soal deep skimmer. Menurut Auliansyah, alat skimmer ini diletakkan pada mulut ATM yang tidak mudah dikenali oleh orang awam.

"Kalau dulu mungkin kelihatan alat skimmer itu, tapi sekarang makanya namanya deep skimmer karena sudah di dalam. Jadi kita orang awam tidak teliti bisa-bisa nggak ketahuan kalau ada yang menaruh alat deep skimmer di mulut ATM tersebut," terang Auliansyah.

"Saya imbau warga masyarakat pertama adalah bisa kita lihat pasti mereka mengganti keyboard-nya. Kalau kita jeli kelihatan berbeda dengan keyboard aslinya di mesin ATM tersebut tapi menyerupai. Itu salah satu kelemahan kita ketika cepat-cepat gunakan ATM akhirnya bisa disedot data tersebut," tambahnya.

Atas dasar itu Auliansyah menilai masyarakat perlu melakukan tindakan preventif berupa penggantian PIN ATM secara berkala.

"Mereka tidak bisa mengganti data-data tersebut karena kita sudah ganti PIN ATM," ujar Auliansyah.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads