Wali Kota Medan Bobby Nasution sempat mengaku kesal karena data kasus Corona (COVID-19) di Medan dan Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Bobby pun menyebut persoalan data sudah selesai dibahas bersama pihak provinsi.
"Sudah, sudah kita bicarakan kemarin, sudah kita clear-kan, tadi juga sudah Pak Kapolda juga tadi sudah langsung menyampaikan untuk faskes yang ada di wilayah Kota Medan, yang swasta agar pelaporannya juga melaporkan ke Pemko Medan," kata Bobby Nasution kepada wartawan di Balai Kota, Selasa (14/9/2021).
Bobby memaparkan soal upayanya selama ini. Pihaknya selalu menelepon untuk mendapatkan laporan soal COVID.
"Karena selama ini hanya kita yang nelepon setiap jam 3 (sore). Kalau nggak ditelepon nggak dilaporkan. Itu adalah upaya kami selama ini. Kita punya 44 rumah sakit yang nangani COVID, laboratorium kita di sini hampir 21 laboratorium, kalau kita telepon satu-satu.... Pak Kapolda juga sudah memerintahkan kepada jajaran beliau untuk mengumpulkan itu agar pelaporannya juga masuk ke Kota Medan," ucap Bobby.
Bobby menegaskan permasalahan sama provinsi hanya persoalan pelaporan. Menurut Bobby, saat ini soal pendataan terus dilakukan perbaikan.
"Pelaporan, karena pendataan ini ya itulah, pendataan ini kadang-kadang, ada yang merasa sudah melapor ke provinsi jadi tidak perlu lapor ke sini. Ada sudah melapor ke sini tidak perlu lagi melapor ke provinsi. Nah hal-hal seperti ini yang kadang perlu kita sinkronkan," ucap Bobby.
Polemik soal data Corona ini berawal saat Edy Rahmayadi menyebut ada empat daerah di Sumut yang data kasus Corona-nya kacau. Edy mengatakan Medan jadi salah satu daerah dengan data yang kacau.
"Kita empat yang kacau ini, empat kabupaten/kota kacau. Medan, Sibolga, Madina, dengan Siantar, kacau ini," kata Edy di rumah dinas Gubsu, Medan, Jumat (10/9).
Edy mengatakan banyak data ganda terkait kasus Corona di empat wilayah itu. Menurutnya, banyak daerah lain yang kacau, tapi tak separah empat wilayah tersebut.
Dia menduga kesalahan terjadi saat proses input data. Edy mengatakan ada dua kemungkinan penyebab masalah data, yakni petugas yang gagap teknologi alias gaptek dan kendala sinyal internet.
"Sekali lagi, kita gaptek, tidak terlalu jago. Atau daerah kita itu sinyalnya timbul-tenggelam. Karena IT itu perlu sinyal," ujarnya.
(lir/lir)