Pemerintah melalui Inpres Nomor 12 Tahun 2016 membuat Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) agar tumbuh perilaku baru yang berorientasi pada kemajuan.
Revolusi Mental juga menyasar pada lima gerakan perubahan, yakni Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan Indonesia Mandiri, dan Gerakan Indonesia Bersatu.
Saat memberikan materi secara virtual di acara 'Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru Universitas Trisakti', Jumat (3/9), Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan kampus selalu menjadi bagian dari perubahan di setiap negara. Oleh karena itu, ia mengajak agar Revolusi Mental mulai diterapkan sejak di bangku kuliah, khususnya bagi mahasiswa baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mengajak agar Revolusi Mental ini dapat diterapkan di lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Trisakti karena jika ini dapat diturunkan pada lingkungan kampus, utamanya pada mahasiswa baru, saya yakin Universitas Trisakti akan memiliki mental revolusioner yang memiliki kaitan dengan era hari ini," ujar Jazilul dalam keterangannya, Sabtu (4/9/2021).
Dalam paparannya, Jazilul mengungkapkan terdapat lima cara menerapkan gerakan perubahan Revolusi Mental. Pertama, Gerakan Indonesia Melayani dapat diterapkan mulai dari skala kecil di lingkungan kampus. Terkait hal ini, mahasiswa dapat diarahkan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara baik melalui proses pengajaran.
Terlebih, menurut Jazilul, Gerakan Indonesia Melayani sejalan dengan tema dari setiap perguruan tinggi, yakni pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
"Juga menimbulkan mentalitas melayani dan saling berkorban untuk kepentingan kemajuan FTSP dan umum kepada bangsa dan negara," katanya.
Kedua, Revolusi Mental melalui Gerakan Indonesia Bersih, kata Jazilul, dapat diterapkan di lingkungan kampus. Salah satunya dengan menumbuhkan hidup bersih dan sehat dengan berolahraga di lingkungan mahasiswa dan kampus.
"Membuang sampah di tempatnya, misalnya, harus menjadi budaya," tuturnya.
Ketiga, Gerakan Indonesia Tertib yang menjadi poin Revolusi Mental, menurut Jazilul, perlu menjadi budaya sejak dini. Ia pun mencontohkan kondisi di Jakarta, yang kerap menghadirkan sesuatu yang tidak disiplin di tempat umum.
"Di kampus, mahasiswa baru bisa memulainya untuk setidaknya mengajak dirinya hidup tertib dan disiplin," urainya.
Keempat, menurut Jazilul, Gerakan Indonesia Mandiri diperlukan agar mahasiswa memiliki kemampuan entrepreneurship atau kewirausahaan dengan mengembangkan potensi kemandirian lainnya. Dengan demikian, sejak awal, para mahasiswa dapat memiliki orientasi kemandirian untuk mengembangkan potensi diri dan masyarakat.
Terakhir, Gerakan Indonesia Bersatu selaras dengan tugas MPR, yaitu mensosialisasikan 4 Pilar sehingga pilar kebangsaan tetap kuat di berbagai zaman dan era.
Baca juga: Revolusi Berceloteh Bebas bagi Warga Twitter |
"Gerakan Indonesia Bersatu dalam konteks perguruan tinggi dapat diberikan wawasan ke seluruh mahasiswa agar terbiasa dengan toleransi, kemajemukan, sekat-sekat yang terbuka, dan persaingan yang sportif demi persatuan," paparnya.
Dalam kesempatan itu, Wakil Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini juga mengajak mahasiswa untuk mengubah cara pikir dan kerja di bidang ekonomi, pendidikan, dan lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah cara kerja, budaya atau mental sesuai dengan perubahan hubungan sosial.
"Saya berharap mahasiswa baru harus mampu mengantisipasi perubahan-perubahan ini, termasuk perubahan akibat pandemi. Saya yakin Universitas Trisakti dapat menjalankan, mengadaptasi, melakukan kreasi-kreasi dengan zaman yang ada," pungkasnya.
(prf/ega)