Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menyelenggarakan pembelajaran tatap muka terbatas mulai Senin, 30 Agustus, pekan depan. Salah satu sekolah yang sudah siap dengan pembelajaran tatap muka terbatas adalah SMAN 77 Jakarta, Cempaka Putih.
Pada Juni lalu, SMAN 77 Jakarta pernah melakukan uji coba pembelajaran tatap muka. Selain itu, pihak sekolah telah menyiapkan sarana prasarana, kurikulum, kesiswaan, ataupun pelaksanaan teknisnya.
"Karena memang kita pada saat bulan Juni sudah menjadi piloting dan pernah melakukan pembelajaran tatap muka, Insya Allah sudah siap. Dalam arti kita pernah mempraktikkan pembelajaran tatap muka, kemudian persiapan sarana prasarana, kurikulum, kesiswaan, teknis, pelaksanaan insyaallah SMAN 77 Jakarta sudah siap," kata Kepala SMAN 77 Jakarta, Sri Rahmina Utami, saat ditemui di lokasi, Kamis (26/08/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada saat pembelajaran tatap muka terbatas dilakukan, SMAN 77 Jakarta memberlakukan aturan sesuai dengan aturan sekolah yang membuka pembelajaran tatap muka terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu, siswa ataupun tenaga pendidiknya harus sudah divaksinasi.
"Tentunya menggunakan peraturan yang diberlakukan untuk sekolah yang membuka pembelajaran tatap muka, yaitu sesuai dengan prokes yang ketat dan menggunakan aturan dimana siswa itu yang boleh masuk itu siswa yang memang sudah divaksin, gurunya sudah divaksin, tenaga pendidikan sudah divaksin dan juga dapat izin orang tua," katanya.
"Kalau izin orang tua diberikan kepada anaknya berarti orang tua tau anaknya sehat tapi kita tetap mantau kalau anaknya sakit, kita sarankan untuk belajar di rumah," ujar Sri Rahmina.
SMAN 77 Jakarta dalam melakukan pembelajaran tatap muka terbatas juga dilakukan dengan sistem blended learning, yaitu siswa dapat datang ke sekolah ataupun tetap melakukan kegiatan pembelajaran dari rumah.
"Pembelajaran yang dilakukan adalah blended learning. Kita tetap melayani pembelajaran di rumah. Semua terlayani dengan baik dan cara yang sama," jelas Sri Rahmina.
Selain itu, jumlah siswa yang masuk ke sekolah akan dibatasi sesuai dengan kapasitas kelas maksimal 18 anak per kelas dan diatur agar siswa dapat menjaga jarak. Pihak sekolah akan membagi jadwal setiap harinya untuk kelas-kelas mana saja yang akan tatap muka.
"Kita ada 18 kelas dan selama masa pandemi hanya maksimal 18 anak yang masuk ke kelas dengan dijarak 1,5 meter. Biasanya pada saat pembelajaran itu kita atur. Misalnya hari Senin kelas 10, Selasa penyemprotan karena harus disterilkan, Rabu kelas 11, Kamis disinfektan, Jumat kelas 12 dan Sabtu disinfektan. Jadi itu bergantian. Untuk awal itu tidak mungkin seluruh kelas masuk," jelas Sri Rahmina.
Sri Rahmina mengatakan, dalam pembelajaran tatap muka terbatas, yang harus ditekankan adalah kesehatan, keselamatan dan sinergi di antara para pihak yang terlibat. Ia mengungkap pihak sekolah juga telah berkoordinasi dengan Satgas COVID-19.
"Di sini yang paling harus ditekankan, yaitu kesehatan dan keselamatan. Jadi, tidak semata-mata kita ingin buka sekolah terus bisa begitu saja, tetapi prokesnya harus tetap dijalankan. Kita juga sudah dicek dari berbagai instansi," ungkapnya.
"Kami dari dalam juga bersinergi antara sekolah, komite, peserta didik, alumni dan masyarakat. MoU dengan Satgas juga berjalan. Kemarin kami lakukan itu persiapan dan kita petakan dengan lengkap. Yang paling penting adalah bersinergi dan berkolaborasi. Semua kita libatkan," ujar Sri Rahmina.
Lebih lanjut Sri Rahmina menjelaskan, pihak SMAN 77 Jakarta juga mengatur jam pembelajaran yang hanya dilakukan 3 jam dan berfokus pada mata pelajaran yang esensial.
"Maksimal sampai jam 12 (pembelajaran tatap muka terbatas). Hitungannya pembelajaran tatap muka hanya 5 jam, namun kami menggunakan 3 jam dan dipilih mata pembelajaran yang esensial yang diperlukan anak-anak, itu diterangkan oleh gurunya. Hal itu kita sudah buat semuanya agar dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan kondisinya," jelas Sri Rahmina.
Terakhir, Sri Rahmina berharap pandemi ini segera berakhir dan peserta didik dapat menikmati pendidikan di sekolah tanpa hambatan dalam keadaan sehat.
"Mudah-mudahan pandemi segera berakhir dalam arti peserta didik menikmati pendidikan di sekolah tanpa hambatan dan dalam keadaan sehat, ikhtiar sehatnya kita lakukan. Tentunya kita tidak bisa mengabaikan prokes walaupun dalam kondisi normal. Ini harus dijadikan suatu budaya. Tidak boleh abai. Harus hidup sehat," jelasnya.
Lihat juga video 'Nadiem: PPKM Level 1-3 Boleh Sekolah Tatap Muka, Vaksin Bukan Kriteria':