Angka kasus baru positif COVID-19 di Bali masih cukup tinggi. Sekitar 26 persen dari kasus tersebut disebabkan oleh varian delta, yang menyebar 10 kali lebih cepat.
"Sekitar 26 persen (kasus COVID-19) dikarenakan varian Delta, yang 10 kali lebih cepat menyebar dibandingkan dengan varian COVID-19 yang biasa," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Ketut Suarjaya dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, (25/8/2021).
Sementara itu, angka kematian di Bali, 90 persen adalah masyarakat yang belum divaksinasi. Kini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali terus melakukan penambahan tempat isolasi terpusat (isoter) dan vaksinasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk itu, penambahan isoter serta percepatan pencapaian vaksinasi kita targetkan agar bisa segera keluar dari pandemi ini," terang Suarjaya.
Data dari Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Provinsi Bali menyebutkan ada penambahan konfirmasi positif sebanyak 934 orang pada Selasa (24/8). Jumlah itu terdiri atas 752 orang terkonfirmasi melalui transmisi lokal, 171 pelaku perjalanan dalam negeri (PPDN), dan 11 pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).
Selain itu, terdapat 968 orang yang berhasil sembuh dan 44 pasien meninggal dunia. Karena itu, kasus akumulatif di Bali mencapai 103.508 orang dengan sembuh 91.547 orang (88,44 persen) dan meninggal dunia 3.225 orang (3,12 persen).
Warga Jangan Ragu ke Isoter
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) mengatakan terjadinya gelombang kedua akibat varian baru COVID-19 di Bali terus mendapatkan perhatian. Berbagai upaya untuk menurunkan angka kasus baru dan kematian terus diupayakan oleh Pemprov Bali bersama Satgas Penanggulangan COVID-19 di Bali.
"Salah satu upaya yang dipercaya bisa menekan laju penyebaran adalah dengan pelaksanaan isoter. Isoter berbasis desa menjadi salah satu cara penekanan laju kasus COVID-19 di Bali," terang Cok Ace.
Apalagi pembuatan isoter sesuai dengan arahan Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali yang juga Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan ketika kunjungan kerjanya ke Bali minggu lalu.
"Menurut Bapak Menko, tingginya angka kasus di Bali dikarenakan banyak pasien OTG-GR yang menjalankan isoman, sehingga laju penyebarannya tidak bisa kita kontrol," imbuhnya.
Cok Ace menegaskan Pemprov Bali juga melakukan berbagai pendekatan isoter, seperti di hotel-hotel berbintang yang difasilitasi Pemprov bersama pemkab/pemkot, dan isoter berbasis desa.
"Saya meyakini isoter berbasis desa sangat bagus diterapkan di Bali karena ini juga sesuai dengan kearifan lokal kita. Mungkin banyak masyarakat yang kurang nyaman jika harus diisolasi di hotel dan jauh dari tempat tinggal. Sehingga isolasi secara terpusat dengan fasilitas desa bisa menjadi salah satu solusi," bebernya.
Untuk itu, Cok Ace mendorong desa-desa untuk terus meningkatkan jumlah isoter serta mengajak masyarakat untuk tidak ragu lagi menjalani perawatan di isoter selain juga testing.
"Tentu saja target vaksinasi terus kita kejar, sehingga masyarakat Bali bisa memenuhi target vaksin pada September mendatang," tutupnya.
(jbr/jbr)