Epidemiolog Apresiasi Vaksinasi Merdeka: Berbasis Komunitas Lebih Diterima

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 17 Agu 2021 20:01 WIB
Ilustrasi COVID-19 (Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta -

Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengapresiasi vaksinasi berbasis komunitas seperti Vaksinasi Merdeka yang menjangkau masyarakat di tingkat RW hingga ke permukiman padat. Ini meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi untuk memutus mata rantai penularan virus COVID-19.

Menurut Pandu, vaksinasi berbasis komunitas memang lebih diterima masyarakat. Ada berbagai faktor yang mendukung, di antaranya kemudahan menjangkau gerai vaksinasi.

"Jadi kita kembali ke basic-lah bahwa pelayanan berbasis komunitas itu lebih bisa diterima masyarakat. Masyarakat untuk datang ke sentra vaksinasi kan pertama butuh waktu, kendaraan, antre, belum nantinya bingung di sananya. Kalau cuma di RT/RW, dia tiap bulan mungkin ke situ karena tahu situasinya," kata Pandu kepada wartawan, Selasa (17/8/2021).

Pandu menuturkan konsep vaksinasi berbasis komunitas seperti Vaksinasi Merdeka pernah dia diskusikan bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Namun, menurutnya, kala itu Pemprov DKI belum mengeksekusi konsep ini.

Pandu pun mengapresiasi Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran kemudian menyanggupi dan terlibat mewujudkan vaksinasi berbasis komunitas di Jakarta.

Suasana Gerai Vaksinasi Merdeka di RW 020 Muara Angke, Jakut (Foto: dok. Istimewa)

"Waktu itu ada Kapolda, terus Kapolda bilang 'kita bantu'. Baguslah. Yang kita harus apresiasi itu polisi yang mau bekerja urusin vaksinasi penduduk, itu luar biasa," ujar Pandu.

Menurut Pandu, vaksinasi berbasis komunitas memang tepat dilakukan oleh polisi. Menurutnya, polisi memiliki data dan paham karakteristik masing-masing wilayah dan warganya.

"Vaksinasi jadi bagiannya polisi karena paling dekat dengan masyarakat. Dia punya Bhabinkamtibmas dan itu bisa dimanfaatkan. Polisi kan tahu semua daerah, daerah kumuh, daerah merah, daerah rawan kriminal, polisi tahu semua," ujarnya.

Pandu juga sepakat dengan konsep Vaksinasi Merdeka dengan strategi merekrut relawan sebanyak-banyaknya, dari berbagai latar belakang. Menurutnya, selain tenaga kesehatan, diperlukan petugas yang terus mengajak masyarakat untuk vaksin.

"Ya yang penting itu, ada yang mancing, ada yang dorong. Kalau kita bikin tempat vaksin di RT/RW, kelurahan tapi yang ngajak, nggak ada yang mancing, sama saja bohong," tutur Pandu.

Pandu mengingatkan situasi saat ini vaksinasi berkejaran dengan mutasi virus COVID-19. Oleh sebab itu, dia menilai yang terpenting dilakukan saat ini adalah vaksinasi penduduk Indonesia secepat-cepatnya dan sebanyak-banyaknya.

"Kita berkejaran dengan kecepatan mutasi. Kita belum tahu berapa lama imunitas kita bertahan. Mungkin tahun depan kita harus disuntik lagi untuk vaksin penguatnya, semua penduduk Indonesia, di dunia juga kayak gitu," ungkap Pandu.

"Yang penting konsepnya sekarang diubah. Kita harus memvaksinasi secepat-cepatnya, sebanyak-banyaknya. Kalau kita bisa, penduduk itu terlindung untuk tidak kena COVID-19 berat atau tidak meninggal. Itu paling penting," lanjut Pandu.

Masih kata Pandu, dia meminta para pihak yang menggelar vaksinasi tak sekadar seremonial belaka. Dia meminta pihak-pihak yang menggelar vaksinasi di DKI Jakarta bisa menjangkau seluruh warga dari mana pun asalnya.

"Jangan kebanyakan acara. Lebih baik uangnya untuk tarik relawan. Kita targetnya Jakarta 100 persen, bukan hanya penduduk ber-KTP Jakarta, tapi orang yang aktivitas di Jakarta. Sekarang nggak penting lagi mau dia KTP Bekasi, Bandung," pungkas Pandu.

Pandu pun berharap konsep vaksinasi berbasis komunitas ini bisa dilakukan di seluruh Indonesia. "Kita kan menghadapi kendala stok vaksin, jadi stok vaksin kan juga ada masa tenggat, expired, itulah harus secepat-cepatnya didistribusikan. Harus secepatnya dipersiapkan komunitasnya dan sebagainya."

Vaksinasi Merdeka yang digelar sendiri berakhir hari ini, 17 Agustus 2021. Di awal program ini, Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran memerintahkan jajaran memetakan area setingkat RW yang didominasi penduduk belum tervaksinasi.

Dari pemetaan itu, terdata sebanyak 900 RW di DKI tingkat vaksinasi warganya rendah, terutama slum area atau kawasan kumuh. Dalam pelaksanaannya, Vaksinasi Merdeka merekrut 4.500 relawan dari berbagai kalangan termasuk dokter gigi sebagai vaksinator, maupun suporter bola sebagai tenaga pencatat untuk ditempatkan di 900 gerai Vaksinasi Merdeka.

Polda Metro Jaya juga menggandeng perusahaan ojek online untuk mempermudah mobilitas relawan dan warga dari dan ke gerai Vaksinasi Merdeka, dengan memberi tumpangan gratis.




(hri/fjp)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork