Kurangnya penerapan saran dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait testing dan tracking di Sulawesi Tengah (Sulteng) diduga penyebab utama terjadinya peningkatan jumlah kasus Covid-19. DPRD Sulteng menyebut pelaksanaan saran WHO yang dilakukan Pemerintah Kota maupun Provinsi Sulteng kurang masif.
"Perlu diakui bahwa bertambahnya kasus Covid-19 pada setiap harinya di Sulteng, itu karena testing dan tracking belum masif dilakukan. Sehingga tanpa disadari banyak OTG yang berkeliaran dan menularkan ke orang lain," ungkap Ketua DPRD Sulteng Nilam Sari, kepada wartawan, Minggu (15/8/2021) malam.
Diketahui, kasus positif COVID-19 di Kota Palu dan Kabupaten Banggai memiliki tren meningkat. Kota Palu sebanyak 7.345 kasus dan Kabupaten Banggai 5.604 kasus. Dalam laporan Pusdatina COVID-19 Sulteng, jumlah kumulatif per 15 Agustus 2021 sebanyak 35.051 kasus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Nilam, jika saran WHO dilakukan secara masif atau maksimal, pemerintah melalui masing-masing Tim Satgas Covid-19 akan peroleh data yang real. Sehingga dari data tersebut bisa disimpulkan kebijakan dan penanganan yang tepat.
"Saat ini kan data yang kita punya hanya berdasarkan laporan terkonfirmasi saja, bukan berdasarkan testing dan tracing. Jadi menurut saya data itu masih semu bukan data real. Sehingga penanganan dan kebijakannya ya longgar dan tidak tepat," ucap Nilam Sari.
Memutuskan rantai penyebaran Covid-19 harus dilakukan secara bergotong royong dari semua pihak, baik itu pemerintah hingga masyarakat.
"Padahal itu sudah saya sampaikan waktu pertemuan forkompimda dan gubernur serta seluruh bupati dan walikota pada saat pembahasan penanganan Covid-19 secara virtual," katanya.