Kemenkes Sebut Kasus COVID-19 Nasional Turun 18%

Kemenkes Sebut Kasus COVID-19 Nasional Turun 18%

Inkana Putri - detikNews
Sabtu, 14 Agu 2021 16:37 WIB
Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk vaksinasi COVID-19, dr Siti Nadia Tarmizi (YouTube Sekretariat Presiden)
Foto: Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk vaksinasi COVID-19, dr Siti Nadia Tarmizi (YouTube Sekretariat Presiden)
Jakarta -

Kementerian Kesehatan menyoroti soal adanya keterlambatan pelaporan kasus terkonfirmasi, kasus sembuh, maupun kasus meninggal. Terlebih selama dua bulan terakhir terdapat peningkatan kasus secara nasional.

Hingga saat ini, masih ada lebih dari 50 ribu kasus belum terupdate status akhirnya. Untuk itu, Kemenkes meminta pemerintah daerah segera memperbarui data.

"Kementerian Kesehatan mendukung pemerintah daerah untuk menyelesaikan updating kasus ini dalam waktu sesingkat-singkatnya, agar sesegera mungkin kita dapat menyajikan data yang lebih akurat dan tepat waktu," ujar Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid dalam keterangan tertulis, Sabtu (14/8/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Soal angka kematian, ia menegaskan tidak akan dihilangkan dari laporan harian yang disampaikan kepada publik. Ia juga mengatakan pihaknya tetap berkomitmen terhadap transparansi data dan melakukan perbaikan terhadap kualitas data nasional.

"Saat ini komponen angka kematian sedang dilakukan perbaikan untuk kita dapat menentukan level PPKM lebih tepat," paparnya.

ADVERTISEMENT

dr. Nadia menjelaskan secara nasional, terjadi penurunan kasus konfirmasi sebanyak 18% dibandingkan pekan sebelumnya. Adapun penurunan kasus signifikan terutama terjadi di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Namun, provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Aceh, Gorontalo, dan Bangka Belitung mencatat peningkatan kasus lebih dari 20% dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

Terkait testing rate dan positivity rate, dr. Nadia menyebut keduanya merupakan indikator yang tidak dapat dipisahkan. Dalam hal ini, positivity rate hanya dapat diinterpretasikan jika target tes menunjukkan surveilans adekuat mencapai target minimal 1 orang per 1.000 penduduk per pekan.

Secara nasional, testing rate saat ini adalah 3.53 per 1.000 penduduk per pekan dengan positivity rate mingguan sebesar 23.6%. Adapun tren positivity rate terus menurun di awal Juli 30.1%, dan saat ini menurun hingga 22.5%.

dr. Nadia memaparkan saat ini provinsi yang belum mencapai target testing, antara lain Aceh, Lampung, Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat dan Maluku. Untuk itu, pihaknya terus menggalakkan pelacakan kontak erat.

Pasalnya, upaya tersebut merupakan kunci untuk menemukan kasus lebih awal sehingga dapat segera diisolasi/karantina dan tidak menyebar. Dalam pelaksanannya, Kemenkes juga beekrja sama dengan semua pihak, terutama TNI dan Polri. Pemerintah juga terus mengupayakan peningkatan tracing dengan memperbaiki sistem aplikasi pencatatan dan pelaporan

"Diharapkan semua daerah dapat meningkatkan dan mempertahankan testing terutama untuk kasus-kasus suspek dan kontak erat yang ditemukan," ujarnya.

dr. Nadia menyampaikan per 12 Agustus, tidak ada provinsi yang mencatatkan Bed Occupancy Rate (BOR) atau keterisian tempat tidur isolasi lebih dari 80%. "Namun untuk BOR ICU, terdapat 4 provinsi dengan BOR ICU lebih dari 80% yaitu Bali, Kalimantan Timur, Bangka Belitung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Riau," katanya.

Sementara soal PPKM Level 3 dan Level 4, secara nasional berdasarkan perhitungan menggunakan 6 indikator Kemenkes jumlah provinsi di level 4 menurun dari pekan lalu. Kini, Pulau Jawa, Jawa Barat dan Banten telah menurun ke level 3.

Penurunan kasus atau insidensi di Pulau Jawa dan Bali dalam 2-3 terakhir juga berdampak besar pada penurunan insidensi kasus secara nasional. Meskipun demikian, ia menghimbau agar seluruh pihak tetap memperhatikan insidensi kasus meningkat di wilayah luar Pulau Jawa-Bali.

Oleh karena itu, ia mengimbau agar upaya testing, lacak dan isolasi, serta protokol kesehatan harus ditingkatkan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan kasus dan menekan sistem kesehatan terutama rumah sakit di wilayah luar Jawa.

Sebab, beberapa provinsi yang menunjukkan penurunan kasus harian berdampak pada penurunan jumlah kasus yang masuk rumah sakit.

"Sekitar 90% kasus ada di masyarakat dan menjalani isolasi mandiri maupun isolasi terpusat sehingga diharapkan tidak ada kasus yang terlambat rujuk karena ketidaktahuan terkait tanda-tanda bahaya. Apalagi dengan catatan BOR yang semakin menurun diharapkan pasien-pasien dengan gejala berat bisa mendapatkan perawatan di rumah sakit," paparnya.

dr. Nadia mengatakan penurunan kasus dan penurunan jumlah orang yang masuk rumah sakit merupakan tanda positif bagi rumah sakit. Namun, ia mengingatkan bahwa pasien yang boleh isolasi mandiri hanya pasien tanpa gejala atau memiliki gejala ringan tanpa sesak.

"Kita berharap segala upaya yang sudah kita lakukan melalui kegiatan testing, lacak dan isolasi, vaksinasi dan peningkatan kepatuhan terhadap protokol terus kita pertahankan dan tingkatkan," pungkasnya.

Simak video 'Kasus Covid-19 Nasional Turun, Namun di 5 Provinsi Ini Naik Signifikan':

[Gambas:Video 20detik]



(mul/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads