Camat Pancoranmas, Depok, Utang Wardaya memberi penjelasan terkait AA, warga korban COVID-19 yang telantar hingga meninggal. Utang mengaku puskesmas sudah overload sehingga tidak bisa melayani warga secara maksimal.
"Memang kondisinya pelayanan di puskesmas overload. Biasanya yang normal kondisinya di luar itu, memang kalau yang seperti itu protap dari puskesmas dibawa pasiennya ke puskesmas untuk di-swab atau dilakukan swab PCR, dengan bantuan si nakesnya ikut menjemput dibawa ke ambulans dan dilakukan PCR. Tetap dilaksanakan di puskesmas dan dibawa pulang lagi seperti itu," jelas Utang saat dihubungi detikcom, Sabtu (10/7/2021).
Hanya saja, diakuinya, puskesmas tidak dapat melaksanakan prosedur tersebut karena pelayanan sudah overload. Utang mengaku, banyaknya kasus COVID-19 di Kota Depok, khususnya di wilayah Kecamatan Pancoranmas membuat pelayanan terkendala.
"Kondisinya memang di puskesmas ini tidak memungkinkan, karena memang pelayanannya lagi banyak, terus memang yang meninggal di tempat itu banyak. Jadi memang mungkin secara mekanisme udah dilaporkan juga ke gugus tugas, kelurahan maupun tim kota. Jadi memang ada kesulitan juga untuk penanganan cepat gitu," bebernya.
Menurutnya, kondisi ini tidak hanya dialami oleh keluarga AA. Banyak pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit juga mengalami hal serupa.
"Memang puskesmasnya untuk yang dirawat di RS waiting listnya agak lama juga gitu," katanya.
944 Kasus COVID di Pancoranmas
Utang menyampaikan data pasien terkonfirmasi positif COVID-19 di Kecamatan Pancoranmas per hari ini, Sabtu (10/7/2021) mencapai angka 944 kasus.
"Per hari ini sekitar 944 orang, yang kemarin udah kami data yang meninggal itu hampir 54 apa 59, hampir 60 lah. Udah mau menginjak 60 orang," ungkapnya.
Di sisi lain, jumlah tenaga kesehatan puskesmas juga terbatas. Bahkan ada beberapa nakes dari beberapa puskesmas yang juga kena COVID.
"Ya memang ada beberapa puskesmas yang nakesnya udah mulai isoman, kaya kemarin di RJ kita memang sedang melaksanakan pelayanan vaksin. Dari 6 nakes yang biasa melakukan pelayanan di luar untuk kegiatan itu, 4 terpapar memang," katanya.
Utang mengaku kurangnya tenaga kesehatan mengakibatkan pelayanan screening tidak maksimal.
"Jadi memang nakes kita agak kekurangan tenaga, kekurangan waktu untuk layanan-layanan screening ke luar atau layanan di dalam juga lagi banyak-banyaknya pelayanan gitu untuk jadi target layanan di puskesmas," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, AA (31) meninggal dunia setelah sempat sakit selama sepekan dengan gejala batuk hingga demam. AA diduga memiliki kontak erat dengan keluarganya yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Sejak AA jatuh sakit, keluarga sudah meminta puskesmas untuk melakukan swab. Akan tetapi, hingga akhirnya AA meninggal dunia pada Jumat (9/7), ia tak kunjung diswab. Barulah, pada sore harinya jenazahnya diswab dan hasilnya positif COVID. AA baru bisa dimakamkan pada malam harinya.
(mei/hri)