Kisah pilu dialami seorang warga Depok berinisial AA (32). Pria pengidap down syndrome ini meninggal dunia setelah diduga memiliki kontak erat dengan keluarganya yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Ironisnya, korban tidak mendapatkan pelayanan puskesmas selama sakit. Bahkan jenazah korban sempat telantar selama beberapa jam lantaran tidak ada petugas yang datang untuk mengurus pemulasaraan jenazah.
Kakak ipar AA, Edwin, menjelaskan, awalnya dirinya dan istrinya dinyatakan positif COVID-19 setelah memeriksakan diri di sebuah klinik di Depok pada 21 Juni lalu. Keduanya menjalani isolasi mandiri (isoman) pada 22 Juni hingga 6 Juli 2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Malamnya saya berkoordinasi dengan RT setempat untuk kasih tahu kami terkonfirmasi positif. Besoknya kita juga koordinasi dengan Satgas COVID Pak Dadang, kemudian kita diarahkan untuk ke Pak Camat Pancoranmas, kemudian diarahkan ke puskesmas," jelas Edwin saat dihubungi detikcom, Jumat (10/7/2021).
Edwin kemudian melaporkan kondisinya ke puskesmas. Ia juga menjelaskan di rumah itu dia tinggal bersama anaknya yang berusia 8 tahun, ibunya, adiknya, dan kakaknya berikut 2 anaknya.
Edwin kemudian meminta pihak puskesmas datang untuk melakukan swab test kepada ibunya dan adiknya yang penderita down syndrome. Sayangnya, Edwin kurang mendapat pelayanan yang baik dari puskesmas.
"Nah, ibu kami kondisinya sudah sepuh dan karena beliau sudah patah kaki, makanya beliau duduk di kursi roda. Adik kami (AA) sendiri kondisinya down syndrome. Akhirnya setelah kami bicara dengan pihak puskesmas, kita nanya dari puskesmas bisa datang nggak ke rumah buat swab. Jawabannya lihat jadwal, cari waktu yang tepat dulu," katanya.
Halaman selanjutnya, jenazah baru dikubur pada Magrib.
Simak juga Video: Petugas Pemakaman Jenazah COVID-19 di Subang Mogok Kerja
Jenazah Dikubur Magrib
Selama Edwin dan istri melakukan isoman itu, adik iparnya juga mengalami gejala, di antaranya demam hingga batuk-batuk.
Hampir setiap hari Edwin mengontak pihak puskesmas untuk menanyakan perihal tes swab bagi adiknya dan ibunda. Sampai akhirnya puskesmas memintanya datang. Edwin berharap puskesmas datang karena kondisi ibu dan adiknya tidak mungkin untuk dibawa ke puskesmas.
"Sementara kita tunggu (jawaban dari puskesmas) saya bawa anak saya ke puskesmas kecamatan, karena diperintahkan datang ke sana untuk swab. Sebenarnya posisinya ibu dan adik saya harus swab, tapi karena kondisinya nggak memungkinkan, makanya kita minta puskesmas untuk datang kemari. Karena kan kalau kita datang sendiri biayanya gede," jelasnya.
Selama tiga hari terakhir, kondisi AA terus menurun. Hingga akhirnya meninggal pada Jumat (9/7), pihak puskesmas tidak datang melakukan swab terhadap almarhum, bahkan tidak ada upaya mengurus jenazah.
Edwin menunggu beberapa jam untuk memulasarakan jenazah korban. Namun tidak ada petugas yang datang.
"Ini juga peti kita ambil sendiri pakai mobil nyewa sendiri, bukannya dianter. Kita nunggu petugas pemulasaraan, jenazah belum tersentuh sampai sekarang (kemarin sore)," tuturnya.
Setelah berjam-jam ditunggu, petugas pemulasaraan jenazah baru tiba pada sore hari. Jenazah AA baru dikuburkan pada Magrib.
"Kemudian setelah 3-4 jam menunggu, baru ada pamulasaraan dateng ke rumah untuk pemulasaraan. Itu sekitar jam 3 sore, itu kan sudah lama sekali. Jenazah sudah meninggal dari pagi," tutupnya.
detikcom telah menghubungi Satgas Percepatan Penanganan COVID-19 Depok terkait kejadian ini. Namun hingga berita ini dimuat, belum ada jawaban.