Seorang pria penderita down syndrome, AA (31), meninggal dunia setelah diduga berkontak erat dengan keluarganya yang positif COVID-19. Korban baru di-swab setelah meninggal dan jenazahnya telantar berjam-jam. Hasilnya dinyatakan positif COVID-19.
"Iya setelah meninggal (di-swab). Waktu masih ada itu, nggak ada sama sekali yang datang (untuk swab)," kata Edwin, kakak ipar AA, saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (10/7/2021).
Edwin mengatakan adiknya itu baru di-swab setelah meninggal pada Jumat (9/7). Padahal, sebelumnya, Edwin sudah bolak-balik meminta puskesmas melakukan tracing terhadap korban karena korban berkontak erat dengan dirinya yang positif COVID-19 dan tengah menjalani isolasi mandiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya, Edwin dan istrinya terkonfirmasi positif COVID-19 pada 21 Juni 2021. Setelah itu, Edwin dan istrinya menjalani isolasi mandiri di rumah. Di rumah itu, ada ibu, anak Edwin yang berusia 8 tahun, dan kakaknya dengan 2 anak. Mereka tinggal satu atap dan hanya disekat pintu.
"Ibu saya pun ketahuan kenanya baru kemarin, positif," kata Edwin.
Bergejala Batuk-Demam
Edwin menjelaskan, AA dan ibunya mengalami gejala batuk, demam, dan pilek seminggu terakhir atau pada masa Edwin masih menjalani isolasi mandiri. Edwin sudah meminta puskesmas melakukan swab terhadap anggota keluarganya yang lain, tapi petugas tidak pernah datang hingga akhirnya AA meninggal dunia.
"Gejala-gejala yang dialami itu batuk, pilek, demam, itu sudah dari seminggu yang lalu," katanya.
Edwin dan istrinya sudah beberapa kali menghubungi puskesmas untuk datang melakukan tracing terhadap anggota keluarganya yang lain. Namun puskesmas kurang melayani dengan baik.
"Sudah, itu sudah sering saya minta. Jawabannya nanti kita lihat jadwal, gitu terus," ucapnya.
Selain ibu dan almarhum adiknya, anak Edwin juga mengalami gejala. Karena tidak ada petugas yang datang, pada 28 Juni 2021, dalam kondisi Edwin masih isolasi mandiri, Edwin terpaksa membawa anaknya ke puskesmas untuk di-swab dan hasilnya positif COVID-19.
Hanya, Edwin tidak bisa membawa ibu dan adiknya untuk swab karena kondisinya tidak memungkinkan.
"Sulit dibawa ke puskesmas, nggak memungkinkan. Ibu saya di kursi roda, adik saya down syndrome, nggak bisa main bawa," katanya.
Halaman selanjutnya, jenazah telantar berjam-jam
Lihat juga Video: Melihat Hilir Mudik Ambulans Jenazah di TPU Rorotan
Jenazah Telantar Berjam-jam
Pada Jumat (9/7) pagi, AA meninggal dunia. Edwin kemudian menghubungi pihak puskesmas meminta petugas pemulasaraan untuk datang.
"Itu pun baru datang sore, sekitar pukul 15.00 WIB. Peti pun harus ambil sendiri ke Damkar, saya sewa mobil," katanya.
Saat itu ada tiga petugas yang datang untuk pemulasaraan jenazah. Setelah jenazah disemprot disinfektan dan dibungkus plastik, jenazah tak langsung dimakamkan.
"Setelah pemulasaraan itu udah, petugas pulang lagi," katanya.
Hingga akhirnya, jenazah dimakamkan di TPU Pasir Putih sekitar pukul 18.30 WIB.
Dihubungi terpisah, Camat Pancoranmas Utang Wardaya mengaku pihaknya mengalami overload.
"Memang kondisinya pelayanan di puskesmas overload," ujar Utang.