Pengurus Ikatan Alumni (Iluni) Universitas Indonesia (UI) Herzaky Mahendra Putra menilai aparat makin represif di masa pandemi virus Corona (COVID-19). Dia menilai hal itu karena aparat juga diberi beban penanganan Corona.
"Apalagi kemudian ini dengan adanya pandemi ini juga membuat ada meningkatnya potensi represi dari aparat gitu. Ini sudah terbukti ya, karena bagaimanapun aparat juga punya tugas tanggung jawab, bagaimana agar bukan hanya sekadar tertib, tetapi terkait dengan penanganan COVID ini," kata Herzaky dalam diskusi bertajuk 'Demokrasi dan Gerakan Sosial 4.0 di Masa Pandemi', yang disiarkan di kanal YouTube Iluni UI, Jumat (9/7/2021).
Herzaky kemudian bicara demonstrasi sebagai gerakan sosial saat pandemi Corona. Menurutnya, demonstrasi di masa pandemi bisa berujung pidana karena dianggap menimbulkan kerumunan.
"Tentunya kita tahu kalau ada kerumunan itu bisa berujung pidana atau denda besar ya," tuturnya.
"Kita beberapa waktu yang lalu dan sampai saat ini setahu kami kita masih belum tahu ujungnya, bahwa ada teman-teman kita, adik-adik kita ya mahasiswa UI, yang melakukan aksi massa kemudian ditangkap, ya berujung pada represi oleh aparat, kemudian ditangkap, dan sampai saat ini setahu kami masih dalam proses tahanan," imbuhnya.
Herzaky menyebut pandemi Corona menjadi tantangan besar bagi gerakan sosial. Menurutnya, gerakan sosial bisa dianggap membahayakan nyawa orang banyak hingga akhirnya dibubarkan.
"Ya pro dan kontra akan selalu ada sebenarnya di setiap zaman, ada yang mendukung dan ada juga yang tidak mendukung, tetapi lagi-lagi ya kali ini di era pandemi ini bahayanya semakin besar ya tantangan sosial ini, kenapa? Karena dianggap bisa membahayakan nyawa jika berkumpul," tuturnya.
Dia juga membela mahasiswa dan kelompok aktivis yang dianggap tidak bernyali gara-gara menyampaikan protes secara daring alias lewat medias sosial. Menurutnya, hal itu dipicu karena mahasiswa mengurungkan niat berdemo saat pandemi.
"Kemudian ada juga persepsi bahwa gerakan sosial daring itu gerakan sosial tak bernyali 'ya kalau berani turun ke lapangan dong, jangan hanya main di media sosial' ini ada sinisme-sinisme seperti ini, ada persepsi seperti ini yang kemudian membuat ruang gerak teman-teman mahasiswa juga agak berat," katanya.
(whn/haf)