Cerita desa mendadak miliarder karena proyek bendungan Pammukkulu di Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel), tidak langsung terdengar indah karena tanah di desa ini sempat dihargai Rp 3.000 per meter. Warga pun membandingkannya harga langsat yang lebih mahal.
"Murah, lebih mahal harga langsat (per kilogram) itu hari," ujar warga bernama Nurni Daeng Nai (50) saat berbincang dengan detikcom, Jumat (21/5/2021).
Sebagai perbandingan, kata Nurnia, harga lahan warga saat itu kalah dengan harga buah langsat di Kabupaten Takalar, yang saat itu menyentuh angka Rp 5.000 per kilogram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Malah langsat itu dulu Rp 5.000 per kilogram, itu tanah cuma Rp 3.000 per meter," kata Nurnia.
Murahnya harga tanah pada pembebasan tahap pertama membuat warga tidak henti-hentinya melakukan aksi demonstrasi. Penolakan harga yang tak rasional itu dilakukan pada tingkat kabupaten, provinsi, hingga ke pusat.
"Saya sendiri ke (Kementerian) PUPR itu hari, berapa orang kami itu. Saya sendiri perempuan protes harga lahan," katanya.
Selanjutnya, warga menghitung sendiri:
Simak video 'Tanahnya Dihargai Rp 106 Miliar, Warga di Takalar Borong Mobil Mewah':
Sementara itu, seorang warga lainnya, Herlina (39), mengaku dirinya dan para warga memang tidak pernah diberi tahu secara gamblang harga tanah mereka per meter. Transparansi harga tanah pada pembebasan tahap pertama dan tahap kedua sebenarnya tak pernah ada.
Herlina juga menyebut warga cukup banyak yang menerima uang ganti rugi lahan tanpa mempertanyakan berapa nilai lahan per meternya. Sedangkan dia mengaku ingin tahu sehingga mencoba menghitung sendiri setelah harga tanahnya dibayarkan.
"Kalau yang lain masa bodoh berapa, tapi kita kan mau coba-coba tahu ya karena berapa kira-kira harga tanah ini. Di situ kan harga tanah sekian dengan luas tanah sekian, harga dengan luas tanah itu kita bagi. Ternyata harga tanah itu mencapai Rp 32 ribu per meter," imbuhnya.
Sementara itu, kepala dusun (kadus) setempat, Abdul Salam (50), berharap tim appraisal tanah warga pada tahap selanjutnya bekerja lebih maksimal lagi. Dia berharap harga tanah warga bisa dibayar lebih sesuai lagi.
"Harapannya, kita masyarakat yang belum dibebaskan lahannya, kalau bisa, diangkat lagi (harganya)," katanya.