Nurnia telah menyiapkan lahan pengganti untuk membangun rumahnya kembali. Dia juga telah membeli dua unit mobil dari hasil ganti rugi lahan.
"(Uangnya) tidak dipakai semua, disimpan untuk pakai bangun rumah lagi nanti karena pindah. Ya saya sudah beli mobil satu unit, mobil Corolla Cross harga Rp 471 juta sama beli satu pikap," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bernasib sama, seorang warga lainnya yang bernama Herlina mengaku kehilangan rumah yang mereka tempati selama ini. Dia kemudian menerima uang ganti rugi Rp 1,8 miliar, yang akan dia gunakan sebijak mungkin.
"Pertama beli dulu lahan baru untuk bangun rumah baru, kemudian saya beli lagi kebun, belikan juga anak-anak motor dan satu unit mobil untuk keluarga. Mobil Avanza Veloz sekitar Rp 270 juta. Kalau motor dua unit," kata Helina (39) secara terpisah.
Menariknya, Herlina sejak awal mengaku tidak mengetahui secara pasti nilai ganti rugi lahan miliknya per meter. Dia mengaku selama ini hanya mengira-ngira sendiri.
"Sebenarnya itu masih 50:50. Kan tidak tahu berapa harganya karena tidak pernah dia transparan bilang per meter sekian (harganya). Sampai pembayaran pun kami tidak tahu berapa harganya per meter. Jadi setelah keluar ini ganti rugi, baru kita bisa hitung (sendiri), itu harga tanah dengan luas tanah kan kita bagi, jadi tahu bilang berapa per meternya," jelas Herlina.
Meski demikian, Herlina menyebut warga banyak yang menerima uang ganti rugi lahan tanpa mempertanyakan berapa nilai lahan per meternya. Sementara dia sendiri mengaku ingin tahu.
"Kalau yang lain masa bodoh berapa, tapi kita kan mau coba-coba tahu ya karena berapa kira-kira harga tanah ini. Di situ kan harga tanah sekian dengan luas tanah sekian, harga dengan luas tanah itu kita bagi, ternyata harga tanah itu mencapai Rp 32 ribu per meter," imbuhnya.
(rfs/rfs)