Kedubes Amerika Serikat (AS) mewanti-wanti agar setiap warga negaranya yang ada di wilayah Indonesia berhati-hati. Imbauan dirilis setelah terjadi dua serangan teroris di Makassar dan di Mabes Polri Jakarta beberapa waktu lalu.
Seperti dilansir situs resmi Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Indonesia, Jumat (9/4/2021), imbauan keamanan itu dirilis pihak Kedubes AS pada Rabu (7/4) waktu setempat.
"Kedutaan Besar AS mengimbau warga negara Amerika di Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan keamanan," demikian bunyi imbauan dari Kedubes AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Otoritas Indonesia memperingatkan bahwa level ancaman terorisme tetap tinggi," imbuh imbauan tersebut.
Pengebom bunuh diri menyerang sebuah gereja di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 28 Maret lalu dan seorang wanita bersenjatakan pistol airsoft gun menyerang Markas Besar Polisi Indonesia (Mabes Polri) di Jakarta pada 31 Maret.
Kedubes AS mengingatkan bahwa kehadiran personel kepolisian ditingkatkan di gedung-gedung pemerintah Indonesia, lokasi wisata, tempat ibadah, mal dan lokasi-lokasi lainnya.
"Kedutaan Besar AS menyarankan ditingkatkannya kewaspadaan keamanan personal, khususnya di tempat-tempat umum," imbau Kedubes AS.
Diketahui bahwa level imbauan perjalanan AS untuk Indonesia ditetapkan pada level 4 sejak 12 Januari lalu. Level 4 yang merupakan level tertinggi berbunyi: "Dilarang bepergian ke Indonesia karena COVID-19, terorisme dan bencana alam."
Sebelumnya, Kedutaan Besar AS mengutuk keras teror bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katedral di Makassar. Tindakan bom bunuh diri itu dinilai mencederai toleransi yang dijunjung tinggi.
"Amerika Serikat mengutuk keras serangan terhadap Gereja Katedral di Makassar," demikian rilis pernyataan Kedubes AS kepada wartawan, Senin (29/3/2021).
Kedubes AS menilai tindakan penyerangan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dapat mencederai toleransi di Indonesia. Tak hanya itu, penyerangan tersebut juga dinilai merusak penghormatan atas keberagaman yang dijunjung rakyat Indonesia.
"Serangan terhadap jemaat yang sedang beribadah mencederai toleransi dan penghormatan atas keberagaman yang dijunjung tinggi oleh rakyat Indonesia," ucap Kedubes AS.
Kedubes AS pun menyatakan belasungkawa atas bom bunuh diri di Makassar pada Minggu (28/3) pagi tersebut. AS menyatakan berdiri bersama Indonesia.
Atas imbauan dari Kedubes AS itu, IPW menyampaikan ada PR bagi kepolisian untuk memberantas terorisme. Selengkapnya di halaman berikutnya.
Kedubes AS Peringatkan Warganya di RI, Jadi PR untuk Baintelkam Polri
Kedubes Amerika Serikat (AS) di Indonesia merilis imbauan keamanan untuk setiap warga negaranya yang ada di wilayah Indonesia. Indonesia Police Watch (IPW) meminta kepolisian membersihkan jaringan terorisme.
"Indonesia Police Watch (IPW) mendesak Kabaintelkam Polri bekerja keras dan membuat langkah-langkah nyata untuk membersihkan kantong-kantong terorisme dan radikalisme di negeri ini," ujar Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane, Jumat (9/4/2021).
Apalagi peringatan dari Kedubes AS itu muncul setelah penyerangan bom bunuh diri di Makassar. Kedubes AS juga mengingatkan warganya terkait potensi terorisme masih ada di Indonesia.
Neta mengatakan potensi ancaman teroris memang masih tinggi. Di Jabodetabek, misalnya, sejumlah kantong teroris sudah diacak-acak polisi, tapi di kawasan Depok, Tangsel, dan Tangerang belum bisa diringkus.
"Dari pendataan IPW, sedikitnya ada 11 daerah yang rawan teroris di Indonesia, yakni Jakarta, Jabar, Jateng, Jogja, Jatim, Papua, Sulsel, Sulteng, Lampung, Sumut, dan Banten," kata Neta.
Kemudian di Banten upaya antisipasi sudah dilakukan polisi, antara lain mengumpulkan kiai kampung, penyuluh agama, dan guru madrasah di seluruh Banten. Tujuannya agar paham radikalisme, terorisme, dan intoleransi bisa diminimalkan.
Bahkan dialog dengan eks napi teroris (napiter) aktif dilakukan. Misalnya, Yayasan Lingkar Perdamaian bersama Polda Banten, pekan lalu melakukan seminar kebangsaan dan agrokultural.
"Seminar ini dilakukan untuk mengubah mindset anggota Yayasan Lingkar Perdamaian dan Bina Insan Mandiri yang sebagian besar adalah napiter," imbuhnya.
Neta berharap para mantan narapidana terorisme bisa mandiri melalui upaya deradikalisasi. Dengan begitu, mereka dapat kembali menyatu dengan masyarakat.
"Artinya, selain memburu kantong-kantong terorisme, para kapolda juga perlu aktif membina para eks napiter agar keluar dari zona merah. Begitu juga Intelkam Polri, jangan sampai kecolongan lagi dari ulah teroris. Dengan pagar betis yang maksimal, negeri ini tidak terus-menerus menjadi bulan-bulanan aksi terorisme dan radikalisme," ucapnya.