Mengupas Gerakan JAD Menyasar Generasi Muda dan Modus 'Family Bombing'

Spotlight

Mengupas Gerakan JAD Menyasar Generasi Muda dan Modus 'Family Bombing'

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Rabu, 31 Mar 2021 06:43 WIB
Dua pelaku terduga bomber Makassar (Istimewa)
Foto: Dua pelaku terduga bomber Makassar (Istimewa)

JAD Sasar Anak Muda

Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar menyebut pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar adalah pasangan suami-istri yang lahir pada 1995. Usia muda yang termasuk kategori milenial. Boy menyebut mereka merupakan kaum milenial yang terpapar virus radikalisme.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awalnya, Boy menyebutkan, tindakan terorisme seperti di Makassar sebetulnya bukan karakter bangsa Indonesia. Menurutnya, peristiwa kemarin bisa terjadi lantaran paham radikal yang hinggap pada kaum muda.

"Karena teridentifikasi pelaku kelahiran tahun '95, jadi inisialnya L dengan istrinya adalah termasuk tentunya kalangan milenial yang sudah menjadi ciri khas korban dari propaganda jaringan teroris," kata Boy kepada wartawan, di Gereja Katedral Makassar, Senin (29/3/2021).

ADVERTISEMENT

Boy lantas menyebut propaganda jaringan teroris saat ini menyasar kalangan anak-anak muda. Dia menyebut virus radikalisme ini tidak terasa, bahkan tidak kasatmata, tapi lama-lama dapat mengubah watak hingga perilaku toleran seseorang.

"Propaganda jaringan terorisme adalah istilahnya itu dapat saya katakan seperti 'jebakan batman' untuk anak-anak muda, karena pengaruh virus radikalismenya tidak terasa kemudian mengubah watak, mengubah perilaku yang itu sejatinya bukan jati diri bangsa Indonesia. Kita tidak seperti itu, kita dilahirkan sebagai bangsa yang toleran, menjaga persatuan di tengah keberagaman, semangat untuk hormat-menghormati, semangat untuk bertoleransi di tengah perbedaan," ujarnya.

Pernyataan Boy ini juga diamini oleh Deputi VII BIN Wawan Hari Purwanto. Wawan menyebut generasi alfa rentan terpapar radikalisme dari media sosial. Oleh karena itu, BIN rutin melakukan pemantauan di media sosial mengawasi hoax hingga terorisme.

"Media sosial disinyalir telah menjadi inkubator radikalisme, khususnya bagi generasi muda. Rentang kendali biasanya 17-24 tahun, ini yang menjadi target utama, selebihnya di atas itu second liner," kata Wawan dalam acara webinar 'Mencegah Radikalisme dan Terorisme untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial' yang disiarkan di YouTube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama, Selasa (30/3/2021).

Generasi alfa, mengacu pada Demografer Mark McCrindle, adalah mereka yang lahir pada 2010-2024. Namun, dalam paparannya, Wawan menggunakan istilah generasi milenial.

Wawan mengungkap potensi radikalisme pada generasi milenial melalui medsos, misalnya banyak sekali konten terkait cara membuat bom. Lebih lanjut ada pula yang mengajak generasi muda bergabung sebagai anggota, diajarkan bagaimana menyerang hingga praktik membuat bom.

"Oleh karenanya, kita selalu memberikan literasi dan patroli cyber kita, dan selalu menyampaikan untuk berpikir menanyakan kepada mereka-mereka yang berkompeten, sumber-sumber yang bisa dipercaya dan sahih," ujarnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads