Wakil Ketua Komisi X fraksi Golkar, Hetifah Sjaifudian, geram karena masih ada kasus kekerasan di dunia pendidikan. Dia prihatin atas kasus tewasnya mahasiswa di Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) bernama Irsan (19) usai mengikuti acara mahasiswa pecinta alam (mapala).
"Sangat prihatin dan geram mendengar bahwa kasus kekerasan di dunia pendidikan kembali memakan korban jiwa. Sungguh kesia-siaan, kita kembali kehilangan calon SDM unggul, seorang mahasiswa di Sulsel yang mengikuti peserta diksar mapala Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone," kata Hetifah kepada wartawan, Rabu (17/3/2021).
Hetifah menyesali kejadian itu dilakukan secara sadar oleh sesama mahasiswa. Dia mengatakan adanya kasus ini menjadi pengingat kalau pendidikan di RI belum terbilang aman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang saya sesali, kejahatan ini dilakukan secara sadar oleh sesama mahasiswa yang seharusnya lebih memiliki kematangan baik akal maupun budi. Kasus ini menjadi pengingat kembali bahwa kita belum berhasil menciptakan lingkungan yang aman dalam dunia pendidikan," ujarnya.
Lebih jauh, Waketum Golkar ini mengungkap kalau Kemendikbud telah mengeluarkan aturan yang bertujuan untuk mencegah kekerasan tahun 2015, namun belum membuahkan hasil sampai saat ini. Dia meminta perlunya langkah konkret bagi semua pihak terkait untuk mensosialisasikan aturan yang ada.
"Sebenarnya, Kemdikbud sendiri telah mengeluarkan aturan yang bertujuan untuk melindungi serta mencegah tindakan kekerasan di satuan pendidikan, yaitu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) RI Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan. Akan tetapi, 6 tahun telah disahkan, ternyata belum membuahkan hasil yang memuaskan," ucapnya.
"Sejauh ini, Kemdikbud telah melakukan beberapa langkah terkait penguatan karakter. Di antaranya mendirikan Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemdikbud, juga bersama DPR RI secara intensif membahas Peta Jalan Pendidikan 2020-2024 dan rencana RUU Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu, sosialisasi serta edukasi terkait kekerasan di dunia pendidikan juga harus lebih aktif digaungkan oleh berbagai pihak. Semoga upaya-upaya tersebut dapat segera menghapus tindak kekerasan di dunia pendidikan," lanjut Hetifah.
Simak terkait tewasnya mahasiswa Bone tersebut
Saksikan juga 'Viral Perpeloncoan Mahasiswa UHO, Begini Respons Pihak Kampus':
Sebelumnya, Irsan merupakan mahasiswa Prodi Hukum Tata Negara (HTN) IAIN Bone tewas usai mengikuti acara Diksar Mapala dengan sejumlah luka di tubuhnya. Polisi menduga adanya kekerasan dalam kegiatan itu yang dilakukan oleh para senior selaku pendamping.
Kini ada 5 orang panitia yang ditetapkan sebagai tersangka. Kelimanya masih dalam pemeriksaan intensif.
"Sejauh ini sudah lima orang ditetapkan sebagai tersangka," kata Kasat Reskrim Polres Bone AKP Ardy Yusuf saat dimintai konfirmasi detikcom, Rabu (17/3).
Polisi belum membeberkan nama-nama tersangka. Namun para tersangka disebut berstatus panitia.
"Tersangka berstatus panitia. Peran mereka melakukan kekerasan seperti menendang atau memukul yang menyebabkan korban menderita kesakitan pada perutnya," jelas Ardy.
Sementara, pihak kampus enggan gegabah mengambil kesimpulan atas kasus itu. Rektor IAIN Bone Prof Nuzul akan terlebih dahulu mendengarkan penjelasan dari semua pihak soal kasus ini.
"Saya selaku rektor turut berbelasungkawa atas meninggalnya mahasiswa kami yang baru masuk semester 2 ini," kata Nuzul saat diwawancara di kampusnya, Selasa (16/3).
Nuzul mengatakan Irsan meninggal 3 hari setelah diksar. Setelah itu, kata Nuzul, Irsan lalu sakit.
"Artinya kita cuma tidak mau katakan jika meninggalnya itu tidak ada hubungannya dengan diksar itu. Kan selama 3 hari itu baik-baik saja sama teman-temannya, saya dengar itu bahkan sempat bakar-bakar ikan. Lalu kemudian katanya sakit," katanya.