Macet di Jl Moh Kahfi 1, Jagakarsa, Jakarta Selatan disebut karena akses Pintu Tol Brigif atau Tol Desari. Peneliti tata kota dari Universitas Trisakti menyoroti proses pembangunan tol tersebut.
"Sejak awal pembangunan Tol Desari tidak diikuti atau didukung dengan rencana pengembangan atau pelebaran jalan-jalan eksisting yang ada di sepanjang koridor," ucap peneliti dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, saat dihubungi, Senin (8/2/2021).
"Di mana, jalan yang ada, kapasitanya sangat tebatas, rata-rata hanya satu jalur masing-masing arah, sehingga bisa dipastikan ketika tol dioperasikan, terjadi lonjakan kepadatan kendaraan. Ini menunjukkan perencanaan jalan yang tidak matang," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Nirwono, tidak terlihat koordinasi yang baik antara pengelola atau pengembangan jalan tol dengan pihak pemerintah yang dilintasi. Sehingga, efek kemacetan bisa diantisipasi saat pintu tol ada di salah satu lokasi.
"Harusnya bekerja sama saat penentuan trase tol, antisipasi timbulan kemacetan baru di jalan eksisting, serta keharusan pembebasan lahan untuk pelebaran, yang idealnya dilakukan saat pembangunan tol berjalan," kata Nirwono.
Nirwono juga menyoroti integrasi adanya tol dengan daerah yang dilalui. Sehingga penempatan lokasi akses tol terlihat tidak terencana.
"Perencanaan dan integrasi tol dengan kawasan sekitarnya juga buruk, dan tidak terenana matang. Seperti dalam pintu keluar masuk kendaraan dari atau menuju Tol Desari justru menggunakan jalan dan melewati kompleks perumahan yang sudah ada, tanpa didahului amdal dan suvei ke warga penghuni permumaahan yang dilintasi," katanya.