People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) menyoroti latihan militer yang diikuti oleh TNI, bernama Cobra Gold 2021. Latihan militer itu disebut sadis karena memakan hewan, termasuk tokek hidup.
Cobra Gold 2021 tidak dilakukan di Indonesia, melainkan di Thailand. Latihan itu ditunda hingga Agustus 2021 karena pandemi virus COVID-19.
Dalam rilis PETA, Kamis (18/2/2021), disebutkan peserta terekam membunuh ayam dengan tangan kosong, menguliti dan memakan tokek hidup, mengkonsumsi kalajengking dan tarantula hidup, memenggal kobra, serta meminum darah mereka. PETA juga menyebut praktik semacam itu berpotensi menimbulkan penyakit zoonosis dan mengantarkan kobra ke ambang kepunahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain menimbulkan risiko penyakit berbahaya, latihan Cobra Gold yang melibatkan hewan juga kejam dan tidak praktis. PETA mendesak Menteri Prabowo untuk mengakhiri pembunuhan hewan yang sadis selama Cobra Gold, yang menodai kehormatan Indonesia, membahayakan kesehatan masyarakat, dan membahayakan spesies yang rentan terhadap kepunahan" kata Wakil Presiden Senior PETA, Jason Baker.
Karena alasan itu, PETA menyurati Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto. PETA mendesak Prabowo Subianto untuk menyampaikan kepada penyelenggara latihan Cobra Gold 2021 agar tak melakukan praktik tersebut terhadap hewan.
Menanggapi surat dari PETA itu, Partai Golkar menilai pelatihan militer Cobra Gold bertujuan agar prajurit TNI siap di segala keadaan. Cobra Gold merupakan salah satu pelatihan militer kelas dunia.
"Saya rasa pelatihan militer kelas dunia punya standar, apalagi Cobra Gold itu salah satu kegiatan latihan terbesar tahunan di Indo Pacific, dan ini peruntukannya untuk militer yang harus siap di segala medan," kata Ketua DPP Golkar Bobby Adhityo Rizaldi kepada wartawan, Kamis (18/2/2021).
"Tapi utamanya, pelatihan 'survival' di alam bebas termasuk pelibatan hewan liar tersebut, tetap harus dilakukan, sampai ada metode lain ditemukan dalam konteks pemenuhan bahan makan prajurit di kondisi darurat alam terbuka," ucapnya.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Lebih lanjut, anggota Komisi I DPR itu menilai pelaksanaan latihan Cobra Gold perlu menyesuaikan keadaan, khususnya di masa pandemi COVID-19.
"Di era pandemi ini mungkin perlu disesuaikan, karena seperti dilansir, hewan-hewan yang digunakan itu berpotensi menjadi medium penyebaran COVID-19," ujarnya.
"Apakah dengan memberikan vaksin terlebih dahulu pada para pesertanya, atau setelah latihan diobservasi (PCR test dan lain-lain), atau hewan liar alamnya diganti," sambungnya.
TNI Tidak Pernah Memakan Tokek
Anggota Komisi I DPR RI, Mayjen TNI (Purn) Tb Hasanuddin, menanggapi soal surat PETA kepada Prabowo. Dia bercerita soal latihan bertahan hidup yang dilakukan oleh TNI.
"Begini, setahu saya itu ada namanya latihan survive atau survival, pada saat latihan hutan gunung, pertempuran, yang memang jauh dari sumber makanan atau tempat logistik, tapi yang dilakukan paling kecil adalah ular begitu. Kalau seperti tarantula, kemudian kalajengking, kemudian tokek itu ya binatang itu kan binatang langka, sulit didapat, dan tidak cukuplah untuk satu regu, satu peleton," ucapnya.
Lebih jauh, Tb Hasanuddin juga meyakini selama ini para personel TNI lebih banyak memanfaatkan makanan nabati daripada hewani. Menurutnya, TNI tidak biasa memakan hewan seperti tokek.
"Kita lebih banyak survival itu kalau di hutan agar tidak kelaparan dengan memanfaatkan bukan sekadar atau utamakan hewani, kita pada nabati, daun-daunan yang bisa dimakan, boros-borosan tetapi kalau binatang setahu saya kalau ketemu ular, dan ular pun terbatas yang memang besarlah ya kan," imbuhnya.
(aik/aik)