Kemacetan yang ditimbulkan akibat Zona Rendah Emisi (Low Emission Zone/LEZ) Kota Tua ditengarai justru meningkatkan polusi udara di kawasan ini. Namun Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyatakan kualitas udara di kawasan Kota Tua justru membaik setelah hari pertama penerapan LEZ.
LEZ Kota Tua diterapkan pertama kali pada 8 Februari 2021 lalu setelah sebelumnya sempat diujicobakan. Di Kota Tua sendiri, Dinas Lingkungan Hidup DKI menempatkan perangkat Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) mobile. Dari alat itu terlihat, kualitas udara sempat membaik. Ada dua komponen di udara yang disoroti yakni PM 2,5 dan SO2.
"Di tanggal 6 dan 7 Februari itu, hasilnya sedang. Setelah tanggal 8 hasilnya baik," kata Kepala Seksi Penyuluhan dan Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI, Yogi Ikhwan, dalam keterangannya kepada detikcom, Rabu (17/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PM 2,5 adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron (mikrometer). PM 2,5 dapat masuk ke saluran pernapasan dan mengganggu kesehatan manusia. Polusi akibat PM 2,5 di Jakarta juga disumbang oleh emisi gas buang kendaraan bermotor.
Adapun SO2 adalah Sulfur Dioksida yang dapat menyebabkan iritas pada sistem pernapasan dan gangguan kesehatan lainnya. Yogi menjelaskan, dari Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) tercatat 7 Februari lalu, kandungan SO2 berada di angka 53 dan berkurang 4 angka pada hari pertama penerapan LEZ Kota Tua.
"Setelah itu, kadar debu di kawasan Kota Tua berkurang. Pada 7 Februari tercatat indeks PM 2,5 berada di angka 25-28. Sehari kemudian, angkanya berkurang menjadi 18," kata Yogi.
![]() |
Selanjutnya, kritik dari Fraksi PDIP di DPRD DKI:
![]() |
Sebelumnya menurut Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI, Gembong Warsono, kemacetan justru meningkatkan emisi gas buang kendaraan bermotor. Maka sebaiknya, kebijakan itu dibatalkan saja karena malah menyimpang dari tujuan semula, yakni mengurangi emisi.
"Tujuan LEZ Kota Tua itu supaya napas kita lega (menurunkan emisi), tapi kalau ternyata kebijakan ini membuat napas kita lebih ngap-ngapan karena macet dan polusi, kan ya lebih baik dibatalkan," kata Gembong, Selasa (16/2) kemarin.
Adapun kondisi saat Selasa (16/2) ini, jalanan diguyur hujan, macet tidak terjadi, ruas Jl Kunir-Kemukus juga dibuka supaya tidak macet. Penerapan sistem buka-tutup memang dilakukan sampai saat ini, namun rencananya, LEZ Kota Tua bakal berlangsung 24 jam.
Kondisi terakhir, yakni Rabu (17/2/2021) hari ini, kemacetan tidak terlalu parah terjadi. Pada pagi tadi, Jl Kunir-Kemukus yang seharusnya ditutup kini dibuka sehingga kemacetan seperti yang terjadi pada Senin (15/1) lalu tidak terjadi. Sistem buka-tutup memang diterapkan Dinas Perhubungan DKI guna menjadi solusi mengatasi kemacetan.