Aulia Rachman Bicara soal Permukiman Warga Medan Terendam Banjir Sebulan

Aulia Rachman Bicara soal Permukiman Warga Medan Terendam Banjir Sebulan

Datuk Haris Molana - detikNews
Minggu, 24 Jan 2021 17:38 WIB
Banjir Medan Maimun
Banjir Medan Maimun (Ahmad Arfah/detikcom)
Medan -

Wakil Wali Kota Medan terpilih, Aulia Rachman, angkat bicara terkait permasalahan banjir yang sebulan ini sudah terjadi di permukiman warga Medan Maimun, Medan. Aulia mengungkapkan strategi yang akan dia jalankan jika sudah resmi dilantik.

"Mungkin nanti kami akan koordinasi dengan camat dulu, lurah dulu, kita ingin tahu apa yang menjadi kendala di situ. Kita lihat apa mungkin karena sedimen terlampau tebal, tidak pernah di-cleaning. Nanti kita akan coba tanya. Setidaknya, camat harus melakukan satu tindakan saat ini, nggak perlu tunggu kita dilantik. Jadi camat di situ harus berkoordinasi dengan PU. Insyaallah PU akan datang untuk melihat kondisi itu," kata Wakil Wali Kota Medan, yang menang dalam Pilkada 2020, Aulia Rachman saat dimintai konfirmasi, Minggu (24/1/2021).

Aulia Rachman, yang merupakan pasangan Bobby Nasution, menantu Presiden Joko Widodo, mengatakan pihaknya saat ini belum bisa berbuat apa pun. Dia hanya melihat dan mendengar dahulu. Jika nanti dilantik, pihaknya bakal keliling melihat dan mendengar langsung keluhan masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk saat ini kita belum bisa buat apa-apa. Kita hanya melihat dan mendengar dulu, kalaupun sudah dilantik nanti ya kita akan keliling ke seluruh kecamatan yang ada di Kota Medan untuk melihat dan mendengar langsung, apa keluhan dari masyarakat yang memang bisa kita selesaikan dengan cepat," ujar Aulia.

Aulia mengaku permasalahan banjir menjadi fokus utama pihaknya setelah dilantik nanti. Pihaknya bakal mengecek drainase-drainase yang di Medan.

ADVERTISEMENT

"Itu memang fokus yang dilakukan oleh Pak Wali kita, Bobby Nasution. Karena memang komitmen awal bersama beliau ingin melihat kondisi drainase yang ada di Kota Medan saat ini. Karena jalan itu menjadi skala prioritas yang kedua, karena kalau jalan itu diperbaiki, drainasenya juga nggak diperbaiki akan membuang anggaran," ujar Aulia.

"Jadi Pak Wali kita, Pak Bobby, memang lebih fokus ke masalah penanganan banjir untuk saat ini di Kota Medan," sebut Aulia.

Aulia menyebut hal tersebut merupakan pekerjaan berat nantinya. Pihaknya pun bakal mencari tindakan yang cepat agar dampaknya berkurang.

"Inilah PR berat bagi kita berdua, dan terkhusus Pak Bobby sendiri ingin melakukan satu tindakan yang cepat agar ada dampak berkurang. Karena Tahun 2021 ini, anggaran bukan anggaran pemerintah kita yang mengajukan semuanya. Anggaran pemerintahan yang lama. Jadi beliau mungkin nanti akan fokus di P-APBD nanti," ucap Aulia.

Sejak kapan terjadi banjir di Medan? Selanjutnya

Untuk diketahui, sejumlah rumah warga di Medan, terendam banjir lebih dari sebulan. Warga meminta pemerintah menuntaskan masalah banjir ini.

Salah satu warga, Yakub, mengatakan banjir sejak 4 Desember 2020. Yakub menjelaskan kawasan tersebut awalnya ikut terdampak banjir besar Medan, sekitar 2 hari kemudian, air yang merendam kawasan itu sempat surut.

Namun drainase di wilayah itu ambruk. Yakub menyebut wilayah itu kembali diguyur hujan deras setelah drainase ambruk.

"Pertama kan banjir besar, sekitar dua hari turun airnya. Drainasenya ambruk dan kemudian hujan lebat. Setelah itu airnya nggak turun-turun," ujar Yakub kala itu.

Menurut Yakub, banyak warga yang mengungsi karena banjir tak kunjung surut. Warga yang awalnya ngontrak di wilayah itu juga memutuskan pindah.

Respons Pemko Medan

Pemko Medan sudah memberikan penjelasan terkait persoalan tersebut. Kadis PU Kota Medan, Zulfansyah mengatakan drainase yang disebut ambruk itu adalah drainase lama.

"Bisa seperti itu, tapi drainase di daerah itu adalah drainase lama berupa gorong-gorong yang ditanam kira-kira 3 meter di bawah tanah yang selama ini melewati lahan warga," kata Kadis PU Kota Medan, Zulfansyah, saat dimintai konfirmasi, Senin (18/1).

Zulfansyah mengatakan, karena terjadinya jual-beli lahan dan pemilik barunya tidak tahu adanya gorong-gorong di lahan tersebut. Pemiliknya kemudian keberatan lahannya untuk dikorek, hingga terjadi kendala sampai saat ini.

"Kemungkinan terjadi jual-beli lahan, dan pemilik baru tidak mengerti bahwa ada gorong-gorong di lahan miliknya. Yang namanya gorong-gorong tua kemungkinan rusak pasti ada, tapi ketika kita akan memperbaiki, ini mengalami kendala, karena pemilik lahan merasa keberatan kalau lahannya dikorek untuk perbaikannya. Jadi kita tetap cari cara bagaimana persoalan di sana bisa selesai, personel kita sudah 1,5 bulan di sana terus, membantu warga di sana," ujar Zulfansyah.

Zulfansyah menambahkan, selama ini pihaknya menyedot air setiap saat di lokasi tanpa batasan waktu. Dia menyebut penyedotan itu kurang efektif karena air sungainya tetap mengalir balik ke lokasi.

"Kalau untuk penyedotan, ya kurang efektif, karena air sungainya tetap mengalir balik ke lokasi genangan itu, karena lokasi tersebut sudah memang rendah. Air balik dari sungai (back water), melalui jaringan gorong-gorong tua yang sudah rusak itu. Satu alat sedot, tidak ada batasan waktunya, kalau air datang, ya disedot keluar, sampai surut," papar Zulfansyah.

Halaman 2 dari 2
(zap/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads