Meski demikian, Saleh menilai lebih baik para ahli epidemiolog menelusuri lebih jauh terkait pernyataan Menkes Budi Sadikin ini. Menurutnya jika ternyata salah, maka Menkes harus segera memperbaiki yang selama ini dilakukan pemerintah.
"Sepertinya ada benarnya tapi tentu ahli epidemiolog yang harus menjawab ini, masa sih kita sampai 10 bulan salah? Kan begitu. Dalam konteks itu jika benar ada yang salah maka Menkes harus ubah ini secara cepat, kita tantang Menkesnya gimana sebetulnya yang dimaksud, dan itu tentu perlu perumusan yang baik serius dan sungguh-sungguh, sehingga nggak ada lagi yang begini, nanti ubah lagi dianggap salah lagi, solusinya maka itu harus diperjelas lagi," sebut Saleh.
Seperti diketahui, Budi Gunadi Sadikin sempat memberi komentar terkait upaya 3T atau testing, tracing dan treatment terkait penanganan COVID-19. Menurut Budi, testing Corona di Indonesia selama ini salah secara epidemiologi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menkes Budi Sadikin menyebut 3T ini penting seperti analogi menambal kebocoran ketika hujan, bukan hanya sibuk mengepel. Karena itu, kata dia, ada kesalahan dalam proses 3T yang dilakukan selama ini.
Dia menyebut salah satunya yakni terkait testing Corona yang saat ini dinilai olehnya salah secara epidemiologi. Dia beralasan testing tinggi itu sebagian di antaranya menyasar kepada pihak yang itu-itu saja.
Menurutnya satu orang bisa dites sampai berkali-kali dan masuk hitungan testing. Budi Sadikin mencontohkan dirinya yang seminggu bisa dites 5 kali. Dia menilai itu tidak efektif karena seharusnya yang dites adalah suspek Corona.
"Kita tuh nggak disiplin. Cara testingnya salah. Testingnya banyak, tapi kok naik terus. Habis, dites orang kayak saya. Setiap kali mau ke Presiden dites, (ke) Presiden dites. Barusan saya diswab. Seminggu bisa 5 kali swab karena masuk Istana. Emang bener gitu? Testing kan nggak gitu harusnya kan," sebut Budi Sadikin.
"Testing itu kan, testing epidemiologi ya aku diajarin tuh sama temen-temen dokter, bukan testing mandiri. Yang dites tuh orang yang suspek, bukan orang yang mau pergi kayak Budi Sadikin mau ngadep Presiden. Nanti 5 kali (dites) standar WHO kepenuhi tuh, 1 per 1.000 per minggu, tapi nggak ada gunanya testingnya secara epidemiologi," imbuh dia.
(maa/gbr)