Sejumlah pengungsi korban bencana gempa bumi di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), masih minim bantuan dan bahkan ada yang mengaku kelaparan. Merespons hal itu, satgas bencana gempa bumi Sulbar mengaku akan meneruskan laporan tersebut ke tim lapangan.
"Oh iya nanti saya akan sampaikan (ke tim lapangan)," kata juru bicara (jubir) satuan tugas (satgas) tanggap darurat bencana gempa bumi Sulbar, M Natsir, kepada detikcom, Senin (18/1/2021).
Natsir sendiri tak menampik soal masih banyaknya pengungsi di luar posko resmi satgas bencana yang belum tersentuh bantuan, khususnya bantuan sembako. Dia pun meminta pengungsi yang mendirikan posko secara mandiri agar memberikan data yang valid ke satgas bencana di posko induk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya harap itu masyarakat kalau memang yang di luar titik pengungsian secara yang sudah didata, yang secara mandiri ini, yang belum dapat bantuan itu, mengirim data di sini (posko induk)," kata Natsir.
"Karena apa, kita takut terjadi tumpang-tindih atau duplikasi dan ini tidak akan menimbulkan unsur pemerataan dan keadilan," imbuhnya.
Hal senada disampaikan perwakilan Korem 142/Taroada Taroga meluruskan informasi yang menyebut distribusi bantuan korban gempa bumi di Sulbar tidak merata. Pihak Korem 142 menyatakan proses distribusi masih terus berjalan.
"Ada beberapa titik pengungsi yang belum terjangkau tim untuk laksanakan distribusi. Kami akan berusaha hingga titik terjauh dan tidak bisa dijangkau roda 2 atau roda 4," kata perwakilan dari Korem 142 Kolonel Bambang, Senin (18/1).
Dia mengatakan saat ini tim terpadu di Mamuju mendapatkan bantuan setidaknya empat unit helikopter dari TNI AU. Helikopter ini akan dipakai untuk mengantar distribusi bantuan logistik hingga obat-obatan kepada titik-titik pengungsian yang ada di Majene dan Mamuju. Dia mengatakan tim terpadu berkomitmen untuk menyalurkan bantuan.
"Usaha kami dengan isu itu, pendistribusian bisa dilaksanakan kami mengantar ke titik pengungsi atau kami menerima keluhan masyarakat datang ke sini. Akan kami data. Tapi kami sampaikan, dalam memberi daftar kami akan memberi data yang valid. Paling tidak didampingi petugas kewilayahan, misal lurah, kadus, babinsa, atau babhinkambtibmas sehingga tidak ada duplikasi, dan penyaluran bantuan bisa merata," kata Kolonel Bambang.
Sebelumnya, 120 keluarga di Lingkungan Sese Selatan, kelurahan Rangas, Kecamatan Simboro, Mamuju, mengaku belum menerima bantuan sama sekali.
"Di sini 120 KK. Belum ada bantuan," kata Kepala Lingkungan Sese Selatan, Jamil saat ditemui detikcom di Posko Induk Sese Selatan, siang tadi.
Seorang warga Sese Selatan bernama Nurnaina (23) bahkan mengaku kerap kelaparan dan anaknya yang masih balita mengalami mencret-mencret akibat minum air sungai.
"(Bantuan) Tidak ada. (Makanan-makanan) kita sudah berusaha cari, kalau tidak ada mi bantuannya orang tidak makan," kata Nurnaina saat ditemui terpisah.
"Kami ini sangat butuh bantuan, apa mi mau dimakan, suami kami tidak kerja, begini mi suami (nganggur), kan suami ji kerja bukan kita," katanya lagi.
Tidak hanya di Sese Selatan, para pengungsi yang tersebar di sejumlah posko mandiri di Mamuju, juga disebut belum sempat tersentuh bantuan logistik. Wilayah tersebut di antaranya berada Kelurahan Rimuku dan Namunyu.
"Kemudian Kelurahan Karema sana masuk ke dalam, bahkan ada yang sampai wilayah Simboro, bahkan sampai ke Tuabo, Selokayu, Kelapa Tujuh, dan masih banyak," kata seorang pengungsi posko mandiri di Kelurahan Rimuku, Syamsul Rijal (49).