Korban Gempa Mamuju di Sese Selatan Belum Dapat Bantuan, Pengungsi Kelaparan

Korban Gempa Mamuju di Sese Selatan Belum Dapat Bantuan, Pengungsi Kelaparan

Hermawan Mappiwali - detikNews
Senin, 18 Jan 2021 17:05 WIB
Posko pengungsi di Sese Selatan, Mamuju yang belum mendapatkan bantuan logistik (Hermawan/detikcom).
Posko pengungsi di Sese Selatan, Mamuju, yang belum mendapatkan bantuan logistik. (Hermawan/detikcom)
Mamuju -

Sebanyak 120 keluarga korban gempa Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), di wilayah Sese Selatan hingga kini belum menerima bantuan logistik. Akibatnya, para pengungsi kelaparan dan anak-anak mulai mengalami diare akibat hanya mengkonsumsi air sungai.

detikcom pada Senin (18/1/2021) siang tadi mengunjungi posko pengungsian di Sese Selatan. Untuk diketahui, Sese Selatan merupakan sebuah lingkungan di Kelurahan Rangas, Kecamatan Simboro, Mamuju.

Sese Selatan dapat diakses dengan dua jalan, yakni Jalan Salupangi dan Jalan Tambayako, di mana bantuan logistik kerap habis di sepanjang kedua jalan tersebut dan tak sampai ke Sese Selatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di sini 120 KK. Belum ada bantuan," kata Kepala Lingkungan Sese Selatan Jamil saat ditemui detikcom di Posko Induk Sese Selatan.

Menurut Jamil, gempa bumi yang terjadi pada Jumat (15/1) dini hari membuat dua orang warganya tewas akibat tertimpa reruntuhan rumah. Sejak saat itu, warganya mengungsi di posko pengungsian yang dibuat sendiri oleh warga, namun hingga kini belum tersentuh bantuan logistik satgas bencana.

ADVERTISEMENT

"Sering kita mengajukan (minta bantuan makanan) tetapi belum terealisasi, mungkin ada kendala," kata Jamil.

Sementara itu, seorang warga bernama Nurnaina (23) mengatakan, dia kerap harus menahan lapar lantaran bantuan logistik terutama beras tak ada. Dia juga mengatakan, daya beli keluarganya menurun drastis lantaran suaminya tak lagi bekerja sejak gempa melanda dan meruntuhkan rumahnya.

"(Bantuan) Tidak ada. (Makanan-makanan) kita sudah berusaha cari, kalau tidak ada mi bantuannya orang tidak makan," kata Nurnaina saat ditemui terpisah.

"Kami ini sangat butuh bantuan, apa mi mau dimakan, suami kami tidak kerja, begini mi suami (nganggur), kan suami ji kerja bukan kita," katanya.

Nurnaina sendiri memiliki dua orang anak, seorang di antaranya merupakan balita berusia 2 tahun lebih. Putranya mengalami diare lantaran kerap mengonsumsi air sungai ditambah buang air juga di sungai.

"Diare kasihan, karena sembarang dia minum, sembarang dia makan, mandi sembarang turun di sungai," kata Nurnaina.

"Tadi malam tidak bisa saya tidur, (anak saya) mau terus BAB, muntah-muntah," katanya lagi.

Seperti terpantau detikcom, tidak ada logistik yang dapat diolah warga di posko tersebut. Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Nurnaina warga lainnya yang berjumlah 35 orang mengungsi pada sebuah tenda darurat samping rumah warga yang juga rusak berat akibat gempa. Terlihat tidak ada tanda-tanda mereka menyimpan bantuan logistik di tenda mereka.

Ibu Nurnaina yang bernama Dahlia (40) mengatakan mereka sebenarnya memiliki kompor untuk memasak bahan makanan seadanya. Namun kompor tersebut saat ini sedang rusak sehingga menambah kesulitan mereka karena harus memasak dengan kayu bakar.

"Masak kayu, karena saya rusak komporku," katanya.

"Saya kasihan banyak anak-anakku, lihat saja ini tempat ku (silahkan saksi sendiri)," katanya lagi.

Sementara itu, seorang relawan kesehatan menyebut warga Sese Selatan juga belum tersentuh relawan medis sehingga timnya memilih memberikan layanan kesehatan di Sese Selatan.

"Menurut tim tang sebelumnya, tempat ini sama sekali belum tersentuh relawan medis jadi kami memutuskan ke sini," kata Ketua Tim Medis RSUD Kabelota Donggala dr Ummy Sp. A kepada wartawan di posko pengungsian Sese Selatan, Senin (18/1).

"Alhamdulillah respons masyarakat cukup baik banyak yang berobat. Untuk pasien anak hari ini hampir 54 orang, pasien dewasa 61 orang jadi hampir sekitar 125 orang hari ini," sambung dr Ummy.

Dia mengatakan warga Sese Selatan cukup banyak menderita ragam penyakit. Penyebab penyakit beragam, termasuk masalah sanitasi.

"Yang paling khas sih, kalau untuk anak-anak kebanyakan adalah diare, bahkan sudah disentri sampai berak darah. Kebanyakan karena ada infeksi bakterial di situ, mungkin karena mereka sudah berhari-hari di sini dengan asupan makanan yang tidak tercukupi dan pasti yang tidak terinfeksi," katanya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads