Terheboh 2020: 'Buaya Siluman' Dipenggal di Babel-Babi Menangis di Sumsel

Kaleidoskop 2020

Terheboh 2020: 'Buaya Siluman' Dipenggal di Babel-Babi Menangis di Sumsel

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 24 Des 2020 11:30 WIB
Buaya berukuran besar diarak menggunakan bulldozer.
Buaya 'siluman' di Babel (Foto: screenshoot video)
Medan -

Tahun 2020 dipenuhi kejutan. Selain virus Corona yang merebak, ada peristiwa-peristiwa menghebohkan terjadi terkait satwa. Antara lain pemenggalan 'buaya siluman' hingga babi hutan menangis.

Kedua peristiwa itu terjadi selama 2020 di wilayah Sumatera. Berikut kilas balik kehebohan terkait 'buaya siluman' dan babi menangis itu:

'Buaya Siluman' Dipenggal di Bangka Belitung

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seekor buaya ditangkap hidup-hidup oleh warga Desa Kayubesi, Kecamatan Puding Besar, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung (Babel), pada Agustus 2020. Buaya itu diyakini warga sebagai siluman.

'Buaya siluman' itu akhirnya mati setelah ditangkap warga. Warga kemudian menguburkan 'buaya siluman' itu dengan ritual khusus, yakni terpisah antara kepala dan tubuhnya.

ADVERTISEMENT

Peristiwa terkait 'buaya siluman' itu awalnya viral. Dalam video yang tersebar, buaya itu diarak warga menggunakan buldoser.

Ukuran buaya yang raksasa, yakni berbobot 500 kg dengan panjang 4,8 meter, membuat warga menurunkan alat berat. Buaya raksasa itu ditangkap warga setelah beberapa kali hendak menerkam warga di alur Sungai Kayubesi.

Sekretaris Desa Kayubesi, Junaidi, membenarkan penangkapan buaya raksasa yang viral itu. Buaya itu ditangkap warga di tepi sungai.

"Benar, itu buaya yang ditangkap warga pada Senin (3/8) sekitar pukul 16.00 WIB. Lokasinya di Sungai Kayubesi," kata Junaidi kepada detikcom, Kamis (6/8).

Buaya berukuran raksasa itu ditangkap dengan umpan seekor monyet. Warga meyakini buaya itu adalah siluman.

"Warga meyakini buaya raksasa itu merupakan buaya siluman. Itu buaya peliharaan (siluman). Kalau buaya yang bersalah, dipanggil dengan ritual khusus lalu memakan pancing. Bagi yang tidak bersalah, tidak akan kena walau dipancing," tutur Junaidi.

Karena dianggap siluman, buaya itu harus dikubur secara terpisah antara kepala dan tubuhnya setelah mati. Hal itu, menurut kepercayaan warga, dilakukan agar buaya tersebut tidak bangkit lagi.

"Penguburan terpisah antara badan dan kepalanya. Karena buaya siluman, jadi harus terpisah, kepalanya dikafani, ditakutkan hidup kembali. Sebelum pemotongan, juga ada ritual khusus," ujar Junaidi.

Peneliti dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Hellen Kurniati, menepis anggapan warga kalau buaya tersebut adalah buaya siluman. Dia mengatakan buaya tersebut adalah buaya muara atau Crocodylus porosus yang memang bisa tumbuh berukuran raksasa.

Hellen memperkirakan buaya yang mati setelah ditangkap warga itu berusia sekitar 20 tahun. Dia mengatakan pertumbuhan makhluk hidup akan melambat pada usia tertentu. Buaya muara sendiri merupakan salah satu satwa yang dilindungi.

"4,8 meter itu saya perkirakan karena dia mulai melambat kalau ukuran tubuh segitu. Saya perkirakan itu sudah 20 tahun karena panjang 7 meter yang di Australia itu umurnya 50 tahun," tuturnya.

Momen 'buaya siluman' dievakuasi dari Sungai Kayubesi di Babel.Momen 'buaya siluman' dievakuasi dari Sungai Kayubesi di Babel. (Istimewa)

Peneliti LIPI lainnya, Amir Hamidy, berharap ada langkah yang diambil pemerintah untuk mencegah konflik antara manusia dan buaya.

Amir mengatakan populasi buaya bisa saja telah mengalami peningkatan jumlah. Namun di sisi lain, 'pemanenan' buaya dari alam tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa terkena jerat hukum. Dia menilai harus ada langkah pengendalian populasi buaya.

"Di dalam regulasi nasional pun, manajemen populasi (mengambil sejumlah hewan yang populasinya sudah naik) itu boleh dilakukan, tapi harus ditetapkan oleh SK Satwa Buru, diterbitkan berdasarkan rekomendasi ilmiah melalui survei populasi," ucap Amir.

Babi Hutan Menangis di Sumsel

Kelakuan aneh seekor babi hutan di Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan (Sumsel), bikin geger warga. Ilmuwan juga ikut heran dengan perilaku babi yang disebut warga bisa menangis.

Keanehan perilaku babi hutan tersebut diungkapkan Camat Rupit, Deni Andre. Dia mengatakan babi tersebut bikin heboh setelah mengikuti warga bernama Reno pulang ke rumah, Rabu (26/8/2020).

Reno disebut sempat mengusir babi tersebut. Namun babi hutan itu malah balik lagi.

"Waktu pulang ngambil air itu warga saya diikuti babi hutan. Babi itu liar, tetapi ikut pulang ke rumah," kata Deni Andre, saat dimintai konfirmasi, Senin (31/8).

Screenshot viral babi hutan jadi jinak ikut warga pulang di Sumsel (dok. Istimewa)Screenshot viral babi hutan jadi jinak ikut warga pulang di Sumsel (dok. Istimewa)

Deni mengaku tidak tahu mengapa babi itu jinak kepada manusia. Dia memastikan babi hutan itu bukan peliharaan warga sekitar.

Dia juga mengungkap keanehan lain terkait babi hutan tersebut. Berdasarkan cerita warga, katanya, babi itu menangis ketika diusir.

"Babi ini liar. Ada beberapa keanehan, dari diusir ya nangis, minum minta susu," kata Deni.

"Tidur harus pakai bantal dan selimut tikar, kalau tidak, babinya tidak mau tidur. Ini kan sudah tidak wajar, jadi geger warga," imbuhnya.

Keanehan sikap babi hutan ini terekam dalam video berdurasi 2 menit. Dalam video itu terlihat babi hutan dipakaikan baju dan tidur di atas tikar menggunakan bantal.

Perekam juga mengaitkan kemunculan babi tersebut dengan warga yang resah uangnya sering hilang di rumah. Warga, katanya, sering berkelahi antar-keluarga karena uang hilang tiba-tiba yang diduga diambil babi ngepet.

"Ini babi ngepet, wujud orang mau minta pesugihan, mau kaya inilah. Dia ini lupa matikan lilin, jadi tidak jadi manusia, jadi begini," ujar seorang warga yang merekam babi hutan seperti dilihat detikcom.

Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, Prof Gono Semiadi, mengaku heran dengan keterangan warga soal perilaku babi itu. Dia mengatakan babi tidak bisa mengeluarkan air mata.

Screenshot viral babi hutan jadi jinak ikut warga pulang di Sumsel (dok. Istimewa)Screenshot viral babi hutan jadi jinak ikut warga pulang di Sumsel (dok. Istimewa)

"Babi tidak mengeluarkan air mata dan disebutkan ada air mata, kurang paham saya," ujar Prof Gono.

Dia juga mengaku sulit menjelaskan sikap babi hutan yang dekat dengan manusia. Menurutnya, babi hutan biasanya menghindar jika ada manusia.

"Memang susah dijelaskan ada babi liar bisa langsung dekat dengan manusia, terlebih dipangku. Apalagi berumur sudah prapubertal. Babi seperti satwa liar lainnya pasti menghindar manusia," ujar Gono.

Halaman 2 dari 4
(haf/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads