Seruan 'Imbang Dong' Saat Gatot Tak Imbau Setop Sebut Cebong

Round-Up

Seruan 'Imbang Dong' Saat Gatot Tak Imbau Setop Sebut Cebong

Hestiana Dharmastuti - detikNews
Jumat, 18 Des 2020 07:30 WIB
Din Syamsuddin dan Gatot Nurmantyo menghadiri deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Jawa Barat, Senin (7/9/2020). Deklarasi dilaksanakan di sebuah rumah, Kota Bandung, Senin (7/9/2020).
Gatot Nurmantyo. (Foto: Yudha Maulana)
Jakarta -

Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo meminta semua pihak menghentikan sebutan 'kadrun' dan 'kampret'. Bagai gayung bersambut, sejumlah kalangan pun meminta Gatot tidak berat sebelah dan juga mengimbau setop sebutan 'cebong'.

Permintaan menghentikan sebutan kadrun dan kampret disampaikan Gatot Nurmantyo dalam video yang dibagikan akun Instagram-nya @nurmantyo_gatot yang bercentang biru seperti dilihat detikcom, Kamis (17/12).

Gatot juga menyertakan caption 'jangan merendahkan bangsaku' di unggahannya itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam kesempatan ini juga saya mengimbau, secara tidak sadar ataupun sadar, sengaja ataupun tidak sengaja, kita anak bangsa ini sudah merendahkan bahkan melecehkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan mempunyai sebutan masing-masing ada yang menyebutkan kadrun, ada yang menyebutkan kampret, itu kan nama binatang, padahal itu ciptaan Tuhan, manusia kita semua," kata Gatot dalam video.

Gatot pun mengajak semua pihak untuk bernegara dengan santun. Dia ingin bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terhormat.

ADVERTISEMENT

"Mari kita sama-sama bernegara dengan santun. Hilangkan kata-kata seperti itu. Kembalilah kepada bangsa Indonesia yang berbudaya tinggi. Memanggil dengan kata 'mas', 'kakak', 'abang', panggilan 'ucok' dan sebagainya, sehingga bangsa lain melihat kita bangsa yang terhormat," tutur dia.

Imbauan Gatot Nurmantyo itu disambut respons beragam sejumlah kalangan. Berikut tanggapan mereka:

PPP Minta Gatot Imbau Setop Sebutan Cebong: Imbang Dong!

PPP meminta Gatot Nurmantyo juga mengimbau penyetopan kata 'cebong'.

"Jadi Pak Gatot jangan hanya mengimbau menghilangkan kadrun dan kampret, cebong juga harus dihilangkan. Jadi imbang dong, jangan berat sebelah. Tokoh bangsa itu harus berdiri di tengah-tengah, bukan memihak salah satu," kata Wasekjen PPP Achmad Baidowi atau Awiek kepada wartawan, Kamis (17/12/2020).

Awiek menegaskan sebutan kadrun, kampret, dan tidak diperlukan dalam perpolitikan negara ini. Masalahnya, netizen atau pelaku media sosial, kata Awiek, sudah mengidentifikasi kelompok yang berseberangan dengan mereka dengan sebutan-sebutan itu.

Karena itu, kata Awiek, Gatot seharusnya meminta semua sebutan dihentikan, bukan hanya kadrun dan kampret.

"Harusnya imbauan itu berlaku semuanya. Tidak hanya pelecehan bagi Tuhan selaku pencipta ya, pelecehan sesama manusia. Masak orang baik dibilang cebong, orang baik disebut kampret atau kadrun," ucap Awiek.

"Maka sebaiknya sebutan, labelisasi, terhadap dua kelompok tersebut harus dihilangkan," tegas Awiek.

Golkar: Sebutan Cebong-Dungu Harus Dihentikan Juga

Tidak hanya sebutan 'kadrun' dan 'kampret', Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily menilai sebutan dungu dan cebong juga harus dihilangkan

"Dari sejak awal, saya tidak setuju jika menyebut seseorang dengan tendensi merendahkan dan menghina. Istilah kadrun atau kadal gurun, dan juga kampret kan sebetulnya memiliki konotasi negatif," kata Ace kepada wartawan, Kamis (17/12/2020).

"Bukan hanya kadrun dan kampret, namun juga istilah-istilah lain, seperti cebong, dungu, kodok, lonte, dan lain-lain yang memiliki tendensi menghinakan seseorang," imbuhnya.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI ia menyebut sebutan yang merendahkan orang lain sudah seharusnya dihindari. Dihindari bukan berarti hanya karena ajakan Gatot semata.

"Bukan karena ajakan dari Pak Gatot Nurmantyo ya kita menghentikan penggunaan dua istilah itu, tapi memang sudah seharusnya kita menghindari ucapan-ucapan yang memiliki konotasi menghina atau merendahkan seseorang," ujar Ace.

Menurut Ace, agama Islam juga sudah mengajarkan agar sesama manusia tidak memanggil orang lain dengan istilah yang menghina.

"Di dalam ajaran agama Islam, terutama dalam surat al-Hujurat ayat 11 disebutkan: 'wa lā tanābazα»₯ bil-alqāb', 'janganlah kalian memanggil dengan panggilan yang buruk'. Kedua istilah itu memiliki kesan yang kuat adanya menghina dan merendahkan sesama manusia," ungkapnya.

PKB: Gatot Nurmantyo Mau Hidupkan Polemik Kadrun-Kampret Lagi?

PKB menyebut isu tersebut sudah hilang seusai Pilpres 2019 sembari mempertanyakan maksud Gatot.

"Lagi pula isu itu sudah hilang seiring dengan selesainya pilpres. Apa Pak Gatot dengan sengaja ingin menghidupkan lagi polemik ini?" kata Waketum PKB Faisol Riza kepada wartawan, Kamis (17/12/2020).

Ketua Komisi VI DPR RI ini juga menyebut bahwa Partai Gerindra, yang merupakan saingan Presiden Jokowi di Pilpres 2019, sudah bergabung menjadi koalisi pemerintah. Ia mendesak isu 'kadrun' dan 'kampret' tidak kembali dibesar-besarkan.

"(Isu kadrun dan kampret) sudah hilang, makanya jangan dibesar-besarkan," ujar Faisol.

"Gerindra saja sudah bergabung dalam koalisi. Mungkin Pak Gatot mungkin nggak suka Gerindra bergabung di koalisi," imbuhnya.

Faisol meminta Gatot Nurmantyo tidak mengangkat isu yang tidak produktif. Ia menyarankan agar Gatot ikut memikirkan penanganan pandemi COVID-19 di Tanah Air.

Muhammadiyah: Menjelekkan Dilarang Agama

Muhammadiyah menilai memanggil orang dengan nama binatang dilarang agama Islam.

"Jadi tidak boleh memanggil orang dengan nama-nama jelek, bahkan nama-nama binatang, itu dilarang oleh agama, karana manusia itu sebaik-baik makhluk, akhsanitaqwim. Jadi penghormatan itu harus ada," kata Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad kepada wartawan, Kamis (17/12/2020).

Dadang mengajak masyarakat tidak saling menghina. Dia menegaskan ajakan itu telah diajarkan dalam Al-Quran.

"Siapa pun juga. Jadi jangan saling menghina, merendahkan, mengejek dengan kata-kata itu. Di Al-Quran juga ada, jangan sampai keluar kata-kata yang menghina orang, termasuk itu (kadrun-kampret)," katanya.

Lebih lanjut Dadang mendukung jika penggunaan kata 'kadrun-kampret' dihentikan. Dia menyebut sesama manusia tidak boleh saling merendahkan.

MUI Bicara Akhlak

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan agama mengajarkan agar tidak menjelekkan orang lain.

"Julukan-julukan itu memang banyak, tapi julukan yang baik juga banyak. Ketika memanggil orang dengan julukan yang baik, itu adalah baik. Sekarang tinggal mengartikan memanggil orang dengan julukan yang jelek-jelek. Memang kita itu ya dalam beragama itu tidak boleh menjelek-jelekkan orang, maka jangan berbuat jelek terhadap orang. Itu termasuk dari akhlak," kata Ketua MUI Marsudi Syuhud kepada wartawan, Kamis (17/12/2020).

Marsudi mengatakan panggilan kepada orang lain itu lebih mengarah pada akhlak. Dia kemudian mencontohkan dengan seorang yang pincang.

"Jadi, ketika akhlak itu, betapa pun secara fikih, fikih itu benar. Fikih itu masih kasar, hitam-putih, salah-benar, tinggal tergantung faktanya. Kalau moral akhlak itu betapa pun benar, itu tidak selalu baik," katanya.

"Contohnya, faktanya orang itu pincang, fikihnya pincang, wong faktanya pincang, hukumnya juga pincang. Tapi ketika dipanggil 'hei pincang', itu kira-kira marah nggak? Padahal di sendiri faktanya pincang. Makanya Islam itu tidak sekadar hanya akidah, tidak sekadar hanya fikih, tapi juga akhlak, ini termasuk dari bagian akhlak," sambungnya.

Menurut Marsudi, semua ajaran agama seperti akhlak berasal dari Tuhan, sehingga dia meminta agar mengikuti ajaran itu.

"Semua tauhid, terus fikih, akhlak itu ajaran Tuhan, semua itu ajaran Tuhan. Gitu aja. Maka, ketika tidak mau dijahatin, dipanggil jelek juga nggak mau, kan? Ya jangan menjahati dan jangan menjelekkan. Makanya kita harus berakhlak," kata dia.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads