Wakil Presiden (Wapres) KH Ma'ruf Amin memberikan sambutan dalam Musyawarah Nasional (Munas) ke-10 Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam sambutannya, Ma'ruf mengibaratkan MUI sebagai kereta api.
"Di berbagai kesempatan saya mengkinayahkan MUI itu seperti kereta api, kereta api itu ada rel untuk jalannya, ada pakemnya, ada rute dan tujuan yang jelas, ada stasiunnya dan banyak gerbong yang mencerminkan beragam ormas dan kelembagaan Islam," kata Ma'ruf di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, yang disiarkan kanal YouTube Wakil Presiden RI, Rabu (25/11/2020).
Ma'ruf mengatakan setiap anggota organisasi harus memiliki tujuan yang sama. Bagi yang tidak mengikuti aturan organisasi, Ma'ruf mempersilakan untuk menaiki kendaraan lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap orang yang berada di dalamnya harus ikut dengan masinis, bersama-sama menuju tujuan yang sudah ditetapkan. Orang yang tidak sesuai dengan tujuan dan jalan yang harus dilalui, sebaiknya dia menggunakan kendaraan lain saja yang lebih sesuai dengan selera dan keinginannya. Begitu pula dalam ber-MUI, harus patuh dan tunduk pada prinsip dan garis organisasi. Jika tidak cocok dengan hal itu, bisa menggunakan organisasi lain dan tidak tetap menggunakan MUI," kata Ma'ruf.
Ma'ruf menyatakan menjadi pengurus MUI harus melakukan penyesuaian diri dengan karakter kelembagaan. Dia menyebut label keulamaan sangat kental dengan MUI harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Menjadi pengurus MUI juga harus melakukan penyesuaian diri sesuai dengan karakter dan jati diri kelembagaan MUI. Label keulamaan yang kental melekat pada MUI menuntut setiap pengurusnya bisa mengejawantahkan jati diri keulamaan dalam setiap perkataan, perbuatan, ataupun kebijakannya. Sehingga keberadaannya sebagai pengurus MUI bukan hanya dapat menjadi penggerak organisasi, tapi juga menjadi teladan dalam aspek pengamalan ajaran agama dalam setiap aktivitas yang dilakukannya," tutur Ma'ruf.