Meteorit yang jatuh di rumah Josua Hutagalung di Tapanuli Tengah menjadi perbincangan. Benda bak bongkahan batu itu konon bernilai Rp 26 miliar. Meteorit juga menjadi bahan pembuatan keris dari Jawa sejak dahulu kala. Begini wujud keris dari bahan meteorit.
Ahli pembuat keris Empu Totok Brojodiningrat menjelaskan meteorit yang sudah menjadi keris bakal tampak berwarna abu-abu. Bila diraba dengan tangan, teksturnya bakal terasa lebih kasar ketimbang material besi biasa.
"Warnanya keabu-abuan, tidak mengkilat, dan kalau diraba terasa kasarnya," kata Ki Totok, panggilan Empu Totok Brojodiningrat, kepada detikcom, Sabtu (21/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menunjukkan contohnya, yakni Keris Pari Sawuli karya Empu Kasa, diperkirakan berasal dari abad ke-13. Dia juga menyatakan keris Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro juga mengandung material meteorit.
![]() |
Keris Naga Seluman kembali dari Belanda ke Indonesia pada awal 2020. Ki Totok menjadi salah satu verifikatornya dan hadir di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda, sebelum keris itu dipulangkan ke Indonesia.
![]() |
Hanya pamornya
Jangan salah paham. Meteorit tidak menjadi keseluruhan bahan pembuatan bilah keris. Meteorit hanya menjadi bahan pamor dari bilah keris.
Pamor adalah hasil penyatuan atau pemaduan antara besi dengan logam meteorit. Secara etimologis, 'pamor' berasal dari kata 'amor' dalam bahasa Jawa yang berarti 'menyatu', 'berpadu'. Pamor inilah yang berasal dari meteorit. Demikian menurut buku 'Keris dalam Perspektif Keilmuan' terbitan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, tahun 2011.
Meteorit dicampur dengan besi nonmeteorit dalam keadaan panas, kemudian ditempa sedemikian rupa sehingga menimbulkan corak unik pada bilah keris. Pamor ini menjadi unsur dekoratif dalam keris.
"Antara besi dan meteorit dilipat-lipat (dalam keadaan panas) sehingga muncul gambar yang abstrak. Untuk itu keris satu dan lainnya nggak bisa sama hasil corak pamornya," kata Ki Totok.
![]() |
Logam meteorit lebih keras ketimbang besi atau baja biasa. Butuh panas ekstra dan keahlian khusus untuk melunakkannya.
Sebenarnya, tidak semua pamor keris terbuat dari meteorit. Ada pamor Sanak dari besi campuran, pamor Luwu dari besi yang didatangkan orang Bugis ke tanah Jawa, dan pamor meteorit sebagai pamor yang terbaik, karena memang dibikin dari 'watu pamor' (batu pamor).
Selanjutnya, mistik keris:
Tak semua meteorit bisa jadi keris
Meteorit adalah benda dari angkasa yang jatuh ke bumi. Bentuk awalnya memang batu, tapi di dalamnya ada unsur logam.
Berdasarkan buku 'Keris dalam Perspektif Keilmuan', ada jenis meteorit punya kandungan besi (Fe) dan nikel (Ni). Jenis meteorit lain disebut sebagai siderite yang mengandung besi saja. Ada lagi, meteorit jenis aerolit, yang tergolong keras dengan material silikat. Meteorit yang jatuh di Prambanan pada 1784 bahkan mengandung titanium, besi yang kuat tapi ringan.
"Tidak semua meteorit bisa digunakan sebagai campuran bahan membuat keris pusaka. Karena meteorit ada tiga jenis, yaitu iron meteorite, stone meteorite, dan quartz (kuarsa) meteorite. Hanya iron meteorite yang bisa dipakai sebagai bahan pamor," tutur Ki Totok.
Batu meteorit yang baru saja jatuh di tanah tidak bisa langsung ditempa karena batu itu masih mengandung unsur lain selain logam. Untuk membersihkannya, batu itu harus dibakar dulu.
"Cara mengolahnya adalah diwasuh atau dibakar untuk dibersihkan sehingga menyisakan 'iron' saja," kata Ki Totok.
Mistik
Keris berbahan meteorit mengandung mistik. Istilah mistik berasal dari kata 'myo' dalam bahasa Yunani, yang artinya 'menyembunyikan'. Istilah ini kemudian terserap ke beragam bahasa, termasuk bahasa Inggris (mysticism/mistisisme).
Dalam bahasa Indonesia, mistik juga berarti subsistem yang ada dalam semua agama dan sistem religi, tujuannya untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan.
Meteorit dalam pamor keris adalah simbol mistisisme Jawa. Meteorit melambangkan unsur ketuhanan, pemberian langsung dari Sang Pencipta, tentu saja maknanya sangat simbolik, tidak bisa diartikan langsung.
"Tuhan selalu dibayangkan berada di atas (tempat asal meteorit)," kata Ki Totok.
Keris pusaka berasal dari campuran meteorit dari langit dan besi baja dari bumi. Material pusaka ini melambangkan bersatunya Ibu Bumi (besi baja) dan Bapa Akasa (Bapak Angkasa berupa meteorit).
"Artinya, bersatunya yang disembah dengan yang menyembah. Inilah konsep manunggaling kawula lan Gusti. Dua tapi satu, satu tapi dua. Lebih dalam lagi, inilah yang dinamakan roro roroning ngatunggil, kalau dalam tasawuf dinamakan wahdatul wujud," tutur Ki Totok.
"Bicara keris memang selalu sangat mendalam, arahnya selalu kepada Sang Khalik," tandasnya.