Meteorit Rp 26 M Milik Josua yang Menurut Lapan Tak Istimewa

Round-Up

Meteorit Rp 26 M Milik Josua yang Menurut Lapan Tak Istimewa

Tim detikcom - detikNews
Jumat, 20 Nov 2020 04:59 WIB
Kisah Josua Hutagalung, penemu batu meteor asal Sumatera Utara: Saya jual Rp200 juta, ternyata harganya Rp26 miliar
Foto: BBC Magazine
Jakarta -

Josua Hutagalung mengaku menjual meteorit yang menimpa rumahnya seharga Rp 200 juta. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menilai, meteorit di rumah Josua tak istimewa.

Benda langit tersebut menimpa atap sebuah rumah Josua pada Sabtu (1/8) pukul 16.30 WIB. Josua mengaku awalnya mendengar suara riuh di langit saat ia berada di belakang rumahnya.

Tidak berselang lama, dentuman keras pun terdengar tepat di samping rumahnya. Saat dicek, atap rumahnya antara ruang tengah dan dapur sudah bolong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah dicek, dia mendapati tanah di rumahnya sudah berlubang akibat meteor tersebut. Josua mengaku tak langsung menemukan benda tersebut begitu jatuh ke tanah. Batu meteorit itu ditemukan masih dalam kondisi hangat beberapa menit setelah terdengar suara benda jatuh.

Batu tersebut masuk ke tanah sedalam sekitar 15 cm atau seukuran sejengkal orang dewasa. Tanah sekitar lubang itu, menurutnya, juga tampak mengering. Dia mengatakan batu tersebut terasa panas hingga pukul 21.00 WIB saat itu.

ADVERTISEMENT

"Kan (batu) jatuh, yang menggali istri saya pakai cangkul. Lalu diambil istri saya, baru di depan rumah saya pegang. Batunya (nggak panas), sudah hangat. Karena awalnya kita cari nggak kelihatan, tapi beberapa menit kemudian baru ketemu," kata Josua saat dihubungi, Rabu (18/11/2020).

Josua mengaku sempat menunggu pihak Lapan datang setelah rumahnya kejatuhan meteorit. Setelah 2 pekan pihak Lapan tak datang, Josua memutuskan menjual meteorit tersebut.

"Belum ada yang datang. Kita tunggu-tunggu itu berapa minggu. Tanggal 17 (Agustus 2020) kan batunya dijual, sampai tanggal 16 (Agustus) kita tunggu, nggak ada responsnya ya sudahlah daripada habis batunya dimainin sama anak ke depan rumah, dilempar-lempar. Daripada hilang, dijual lah," ucap Josua saat dihubungi, Kamis (19/11/2020).

Dia mengatakan pihak kecamatan setempat pernah datang ke rumahnya setelah meteorit tersebut jatuh. Namun, kata Josua, pihak kecamatan hanya menyarankan untuk menunggu pihak yang paham soal meteorit.

Meteorit itu pun telah dibeli seorang warga negara asing (WNA). Dia membantah menerima uang miliaran rupiah atas penjualan benda angkasa tersebut.

"Batunya kemarin saya jual Rp 200 juta batunya. Itu beratnya 1.800 gram. Itu saya jual ke orang Bali, atas nama Jared, bule tuh. Terus dia juga beli atap seng yang bolong Rp 14 juta. Jadi total Rp 214 juta," kata Josua.

Batu tersebut ada di tangannya lebih dari 3 bulan. Dia mengatakan, selain di rumahnya, sebenarnya ada dua lokasi lain jatuhnya meteorit.

"Sebagai tambahan, tidak hanya di rumah saya. Tapi ada tiga titik di depan mata. Ada di persawahan dan di rumah warga di Dusun Perbatua," kata dia.

Lapan kemudian merespons soal temuan meteorit di rumah Josua. Kepala Lapan, Thomas Djamaluddin mengonfirmasi bahwa benda asing yang jatuh di rumah warga Tapanuli Tengah, Sumut, adalah meteorit. Namun dia menyebut meteorit itu bukan hal yang istimewa.

"Ketika ada info benda jatuh tersebut dari teman-teman media, dari foto yang beredar, saya simpulkan benar itu meteorit. Astronom tidak bisa menjejak lintasan orbitnya setelah benda jatuh, mesti ada data pengamatan sebelum jatuh. Meteorit berbeda dengan benda jatuh sampah antariksa yang dipantau Lapan," kata Thomas.

Thomas juga menyebut meteorit bukan benda berbahaya. Ukuran meteorit yang jatuh ke rumah Josua bukan hal yang istimewa. Meteorit itu bisa dimiliki sang penemu.

"Meteorit bukan benda berbahaya. Dari segi ukuran, meteorit di Tapanuli itu juga bukan hal yang istimewa. Jadi Lapan tidak menindaklanjuti temuan tersebut. Meteorit tersebut bisa dimiliki penemunya," terangnya.

Koordinator Bidang Kehumasan, Jasyanto menambahkan mengacu pada Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, sampah antariksa berbahaya jika jatuh ke bumi. Lain halnya dengan meteroit yang tidak berbahaya.

"Meteorit umumnya tidak berbahaya, kecuali dampak tumbukannya ketika jatuh ke Bumi tetapi sangat kecil kemungkinan mengenai manusia. Sampah antariksa memiliki potensi bahaya dari kandungannya, seperti sisa bahan bakar yang beracun atau muatan nuklir," kata dia.

"Sesuai dengan pasal 59 UU No 21 tentang Keantariksaan, LAPAN wajib mengidentifikasi benda jatuh antariksa. Hal tersebut sudah dilakukan untuk kasus di Tapanuli, dengan menyatakan benar itu benda jatuh antariksa tersebut masuk dalam kategori benda alamiah atau meteorit. LAPAN tidak menindaklanjuti lebih dalam karena benda tersebut tidak berbahaya dan tidak ada kepentingan ilmiah," lanjut Jasyanto.

Dia menjelaskan soal perlintasan benda antariksa yang masuk dalam pantauan Lapan. Disebutkan, Lapan kesulitan memantau perlintasan meteorit karena tidak bisa diperkirakan.

"Meteorit tidak dipantau oleh LAPAN, karena lintasannya tidak dapat diprakirakan. Berbeda dengan meteorit, sampah antariksa dipantau oleh LAPAN karena lintasannya dapat diprakirakan," ujar Jasyanto.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads