Pemprov DKI menargetkan membangun 5.000 titik drainase vertikal untuk tahun ini sebagai upaya penanganan banjir. Saat ini baru ada 3.000 drainase vertikal yang tersebar di Jakarta.
"Kita jalan terus, sekarang, perkiraan sudah 3.000-an," ujar Kadis SDA DKI Jakarta Juaini kepada wartawan, Kamis (12/11/2020).
Juaini mengatakan, apabila target 5.000 drainase vertikal itu tidak tercapai tahun ini, akan dilanjutkan pada 2021. Dinas SDA DKI berencana akan menggandeng vendor yang mampu mengerjakan drainase vertikal dengan jumlah banyak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk tahun ini, target kita sekitar 5.000 titik, di awal Januari kita lanjut lagi. Karena saat ini yang kerjakan, di samping satgas-satgas kita di lima wilayah, juga ada katalog vendor, baru dua nih, memang kurang. Rencananya kita akan membuka vendor-vendor baru yang bisa mengerjakan lebih banyak. Jadi, di awal tahun, vendor bisa lebih banyak. Kemungkinan juga nanti ada kerja sama hibah dengan masyarakat. Nanti kita kasih barangnya, masyarakat yang kerjakan masing-masing, halaman yang cukup," ucapnya.
Selain itu, kata Juani, pihaknya juga sedang melakukan pengerukan kali dan waduk untuk mencegah banjir di Jakarta. Saat ini, ada 30 waduk yang sedang dikeruk.
"Sekitar 20-30 waduk yang lagi dikeruk," katanya.
Pemprov juga menyiagakan 178 rumah pompa air untuk antisipasi banjir kiriman. Selain itu, pihaknya menyiagakan 19 pompa mobile dan 65 pompa apung.
"Untuk yang lagi kita tangani sampai saat ini, yang punya DKI ada di 178 rumah pompa dan itu kita sudah servis, kita sudah perbaiki karena kan kita kerja sama dengan ATPM. Ini kondisinya 90 persen (sudah diservis atau diperbaiki), sisa 10 persen, lagi kita perbaiki, pompa mobile juga sama seperti itu. Tahun ini kita memang ada pengadaan pompa mobile sebanyak 19 unit, tambah sama pompa apung ada 65 unit. Itu yang sekarang, yang sudah siap barangnya tuh," ucap Juani.
Dengan persiapan tersebut, Juaini yakin banjir di Jakarta akan surut kurang dari 6 jam. Terlebih jika tidak ada banjir kiriman.
"Memang kita bisa lihat ini, selama ini kalau genangan di badan jalan, memang sebenarnya tidak sampai 6 jam sudah surut. Ada beberapa tempat di badang jalan, diinformasikan ada genangan, lalu kita samperin ke lokasi, ternyata memang sudah nggak ada, sudah surut. Itu memang lokasi-lokasi tertentu dan itu juga kita lihat, ketinggian sungai kembali ke posisi normal," katanya.
Namun jika ada banjir kiriman, Juaini mengakui surutnya air bisa memakan waktu lebih lama. Untuk daerah yang konturnya cekung banjir tak akan surut dalam waktu 6 jam.
"Kalau airnya meluap karena banjir kiriman, tentunya kita makan waktu lagi. Dan ada beberapa tempat-tempat tertentu yang lebih dari itu, misalnya daerah cekungan, karena Jakarta ini banyak juga daerah-daerah cekungan. Kalau di cekungan kan, airnya harus dipompa, tidak bisa mengandalkan gravitasi. Kalau pakai gravitasi, kita lihat saja dari jauh, lama-lama dia surut sendiri. Tetapi kalau daerah cekung mungkin bisa lebih dari 6 jam. Itulah fungsinya kita punya pompa mobile. Dengan pompa mobile itulah kita buang ke lokasi lain," ujarnnya.
"Misalnya di kawasan kemarin di Rawa Buaya, itu kan kemarin di kawasan Rawa Buaya, itu kawasan yang cekung, seperti mangkuk kan, air kalau masuk ke situ kan nggak bisa keluar, tentunya kita harus pompa, itulah fungsi kita tambah pompa-pompa mobile," imbuh Juani.
Seperti diketahui, wilayah DKI Jakarta menjadi langganan banjir ketika memasuki musim hujan. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ingin banjir melanda Jakarta dapat surut dalam waktu kurang dari 6 jam.
Keinginan Anies ini menuai kritik dan apresiasi dari Anggota DPRD di Kebon Sirih. Lalu, Anies menjelaskan cara untuk menyurutkan air selama 6 jam tersebut.
"Curah hujan tinggi, kita lakukan antisipasi dengan kerukan waduk-waduk itu intensif sekali. Anda bisa saksikan waduk-waduk Jakarta pengerukannya intensif sekali. Kemudian pembersihan semua saluran-saluran itu dilakukan. Ketiga, organisir kegiatan antarinstansi pemerintah bila terjadi banjir," ujar Anies di Menara Rajawali, Jakarta Selatan, Kamis (5/11/2020).