Jakarta -
Langit Jakarta yang berselimut kabut menjadi buah bibir. Kabut itu bukanlah polusi udara melainkan inversi. Begini penjelasannya.
Pantauan dari kawasan Mampang Prapatan pada Jumat (6/11/2020), langit Jakarta tampak putih berkabut pada pukul 07.30 WIB. Hingga pukul 07.55 WIB, kabut putih masih menghiasi langit Jakarta Selatan.
Kondisi langit Jakarta yang berkabut ini juga jadi perbincangan sejumlah pengguna Twitter. Ada yang bertanya-tanya, apakah ini polusi atau kabut biasa di pagi hari saja?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilihat di situs AirVisual, kondisi udara Jakarta berada pada level 'very unhealthy' atau sangat tidak sehat dengan Air Quality Index (AQI) Jakarta berada di angka 238. Ini adalah data AirVisual pada pukul 07.55 WIB. Data tingkat polusi ini tidak tetap dan dapat berubah sewaktu-waktu.
Penjelasan BMKG
Badan Meteorologi, Klimatolog, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan.
"Kondisi kabut pada pagi hari di periode musim hujan seperti saat ini sangat lazim terjadi," kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, A Fachri Radjab, saat dikonfirmasi, Jumat (6/11/2020).
Menurut Fachri, proses pengangkatan udara saat ini tertahan. Ini karena adanya lapisan inversi suhu di atmosfer.
"Karena adanya lapisan inversi suhu di atmosfer yang membuat proses pengangkatan udara tertahan," sebut Fachri.
Penjelasan lebih lengkap ada di halaman selanjutnya.
Kadar Polutan Melonjak karena Inversi
Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto, menyampaikan data dari Kepala Sub Bidang Pencemaran Udara BMKG, Suradi.
Dalam data itu terlihat sejak semalam, konsentrasi debu polutan PM10 (ukuran 150 ug/m3.
Rata-rata harian konsentrasi PM10 150 ug/m3 adalah ambang batas harian udara dikatakan tidak sehat. Pagi ini, konsentrasi melonjak mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB, dengan konsentrasi dari 180 hingga 218 ug/m3.
"Pagi ini di Bogor hingga Jakarta udara permukaan tampak diselimuti kabut. Pada musim hujan, pada hari-hari tertentu dapat dimungkinkan terjadi kabut karena uap air dekat permukaan tertahan oleh lapisan inversi, yaitu lapisan atmosfer di sebelah atas yang lebih panas dari pada bagian bawahnya, sehingga menahan uap air tetap di bawah dekat permukaan," jelas Siswanto.
Uap air yang tertahan kemudian mengalami pengembunan sehingga menjadi titik titik air atau embun. Partikel polutan di atmosfer, pada malam hari, untuk karakteristik udara Jakarta, umumnya bergerak ke bawah oleh proses udara turun (subsiden) karena udara malam hari mendingin dan lebih berat. Ketika ada inversi, maka polutan menjadi terakumulasi lebih banyak dekat permukaan, sehingga terekam di alat BMKG konsentrasinya meningkat," lanjut dia.
Siswanto menjelaskan umumnya kadar polutan menurun bila terjadi hujan atau adanya proses rain washing. Sementara, di Jakarta dan Bogor tadi malam tidak terjadi hujan sehingga menambah akumulasi polutan di dekat permukaan.
Menurut Siswanto, kabut di Jakarta pagi ini terjadi bukan karena adanya peningkatan polusi udara. Namun, konsentrasi polutan memang sedang tinggi karena dampak lapisan inversi yang lebih tebal.
"Nggak (karena meningkatnya polusi udara). Ini bukan kabut karena polusi, tetapi kabut lapisan inversi udara yang mengandung akumulasi partikel polutan lebih tinggi. Kabut udara sifatnya basah karena didominan uap air. Kalau kabut polusi sifatnya kering seperti asap. Tetapi memang konsentrasi polusi udara sedang tinggi hari ini, karena dampak adanya lapisan inversi yang lebih tebal tadi," ujar Siswanto.
Inversi Hilang Jelang Tengah Hari
BMKG menjelaskan kabut inversi di langit Jakarta berangsur turun. "Data setelah jam 8 ini sudah berangsur turun. Terakhir pada posisi 169 ug/m3," kata Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto saat dihubungi, Jumat (6/11/2020).
Kemudian, berdasarkan data per pukul 09.00 WIB, konsentrasi polutan turun kembali pada angka 103 ug/m3 dengan indikator berwarna biru, yang berarti kualitas udara berada di tingkat sedang. Siswanto menjelaskan kabut inversi memang berangsur hilang setelah ada penyinaran matahari.
"Per data near real time jam 9 sudah di warna biru (sedang). Memang kabut inversi permukaan udara dekat permukaan akan berangsur hilang setelah penyinaran matahari mulai memanaskan permukaan secara optimal," jelas Siswanto.
"Inversi biasanya hilang jelang tengah hari," lanjutnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini