Ular itu melilit di saka guru alias pilar utama yang terdapat di bagian dalam bangsal. Ada empat saka guru, sedangkan ular tersebut berada di pilar yang terdapat di sisi barat laut. Ular itu dipergoki oleh tukang yang sedang berada di lokasi.
"Saka gurunya ada empat, ularnya di sebelah lor-kulon (barat laut)," kata dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dahulu, Bangsal Kemagangan dipakai untuk seleksi para prajurit Keraton yang sedang magang. Kini bangsal itu dipakai untuk para calon abdi dalem yang hendak diwisuda. Para abdi dalem akan ditempatkan di Bangsal Kemagangan sebelum diwisuda di Bangsal Kasatriyan. Bangsal Kemagangan juga biasa dipakai untuk pagelaran wayang kulit usai Garebeg Mulud (Maulud Nabi Muhammad SAW).
Apa pun itu, penampakan ular di Bangsal Kemagangan bukanlah sasmita suksesi di Kasultanan Yogyakarta. "Yang namanya ular itu biasa kok," kata dia.
Sebelumnya, pakar budaya Jawa dari Universitas Indonesia (UI), Darmoko, menafsirkan bahwa peristiwa ular melingkar di saka guru Bangsal Kemagangan sebagai sasmita akan terjadinya pergantian kekuasaan. Sebagaimana diketahui, saat ini Sultan di Keraton Yogyakarta adalah Sri Sultan Hamengkubawono X.
"Kalau saya tafsirkan, ini adalah pertanda atau sasmita terkait dengan tiang penyangga kekuasaan di Kasultanan Ngayogyakarta," kata Darmoko.
(dnu/tor)