Prihatin soal Penangkapan Aktivis, Pimpinan MPR Minta Aparat Humanis

Prihatin soal Penangkapan Aktivis, Pimpinan MPR Minta Aparat Humanis

Nur Azizah Rizki Astuti - detikNews
Rabu, 14 Okt 2020 22:43 WIB
Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) periode 2019-2024 dipimping oleh Ahmad Basarah (PDIP), Bambang Soesatyo (Golkar), Ahmad Muzani (Gerindra), Lestari Moerdijat (NasDem), Jazilul Fawaid (PKB), Syarief Hasan (Demokrat), Hidayat Nur Wahid (PKS), Zulkifli Hasan (PAN), Arsul Sani (PPP), dan Fadel Muhammad (DPD).
Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani (Foto: Lamhot Aritonang)
Jakarta -

Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani mengaku prihatin atas penangkapan para aktivis terkait demo menolak omnibus law UU Cipta Kerja. Para aktivis itu dinilai justru tengah menyuarakan aspirasi rakyat.

"Saya pribadi (prihatin) merasa bahwa mereka yang ditangkap itu adalah kawan-kawan, saudara-saudara yang merupakan seorang aktivis sejati. Mereka adalah sosok yang terus menerus menyuarakan berbagai macam keprihatinan terhadap apa yang dirasakan oleh rakyat saat ini," kata Muzani dalam keterangannya, Rabu (14/10/2020).

Muzani pun meminta aparat mengedepankan sikap humanis saat mengamankan unjuk rasa. Menurutnya, hal itu bisa dilakukan agar aksi unjuk rasa dapat berjalan dengan baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Agar aparat Kepolisian tetap bersikap humanis dengan terus mengutamakan pendekatan persuasif kepada masyarakat, khususnya selama digelarnya aksi unjuk rasa. Tujuannya agar aksi unjuk rasa dapat tetap terjaga," ujarnya.

Muzani juga mengungkapkan keprihatinannya atas sejumlah aksi unjuk rasa di berbagai daerah di Indonesia. Politikus Partai Gerindra itu menilai seharusnya aksi unjuk rasa bisa menjadi wadah masyarakat menyampaikan pendapat.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, kebebasan menyampaikan pendapat itu menurutnya justru ternoda dengan aksi kekerasan. Karena itulah Muzani berharap aksi unjuk rasa yang digelar masyarakat berjalan damai dan kondusif tanpa merugikan orang lain.

"Keprihatinan ini tentu saja menjadi sesuatu yang penting, karena tujuan dari unjuk rasa itu adalah menyampaikan perasaan, agar perasaan tentang persoalan yang dikemukakan itu bisa terungkap," ungkap Muzani.

"Tapi kemudian karena terjadinya berbagai macam gesekan, akhirnya apa yang menjadi aspirasi justru menjadi bias," lanjut dia.

Seperti diketahui, tiga pentolan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), yaitu Syahganda Nainggolan, Jumhur Hidayat, dan Anton Permana ditangkap polisi di waktu dan tiga tempat berbeda. Ketiganya kini telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan.

"Sudah ditahan. Namanya sudah ditahan, sudah jadi tersangka," kata Karo Penmas Polri Brigjen Awi Setiyono kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (14/10).

Sementara itu, Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) dan Pelajar Islam Indonesia (PII) mengungkap sejumlah anggotanya ditangkap polisi. Ketua GPII Jakarta Raya Eka Joko Fajariyanto menjelaskan sejumlah aparat Brimob datang ke markas GPII dan mengamankan sejumlah orang.

"Iya betul, perusakan itu sekitar jam 19.30 WIB (kemarin). Iya, jadi memang kita ikutan aksi tapi jam 16.00 WIB itu kita sudah kembali ke markas di sini, gitu. Lalu kemudian karena memang sekretariat ini cukup terbuka ya dari luar ya, dan banyak massa aksi yang parkir di sini. Makanya banyak yang tiba-tiba ikutan masuk ke sini seperti itu," ujar Eka, Rabu (14/10).

Dia mengaku tidak mengetahui pasti berapa orang yang diamankan aparat. Namun dia memperkirakan ada 17 orang dari anggota GPII dan PII yang dibawa petugas.

"Ada 17 orang, kader GPII dan PII. Kader GPII (yang diamankan) ada 6 orang. (Saya tahu mereka dibawa ke Polda Metro Jaya) dari grup WA (WhatsApp), 'kita dibawa ke Polda' gitu. Sudah setelah itu hilang (tidak bisa komunikasi)," katanya.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus menyebut ada sejumlah massa yang masuk ke markas GPII dan PII sehingga dilakukan tindakan oleh aparat. Yusri menerangkan saat itu polisi sudah mengimbau massa menghentikan aksi pembakaran dan pemblokiran jalan. Namun massa tidak mengindahkan imbauan itu, sehingga akhirnya polisi memukul mundur massa.

"Mereka lari ke dalam gang macam-macam ya, ada sekitar 300-400 orang itu. Melarikan diri bahkan masuk ke GPII. Di situ kita amankan orang-orang tersebut ada 4 yang kita amankan dan dalami. Nanti bagaimana hasilnya," jelas Yusri.

Halaman 2 dari 2
(azr/dhn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads