Belakangan diketahui, Gerakan 30 September itu adalah upaya kudeta yang diusahakan kelompok kecil dalam tubuh PKI, termasuk pemimpinnya, DN Aidit, dan sejumlah anggota Politbiro PKI. Menyusul kemudian, sentimen anti-PKI menyeruak di sekujur Indonesia. Etnis Tionghoa kena imbasnya, dipersekusi di sana dan sini gara-gara ada isu bahwa G30S/PKI didalangi China.
Benar, di ujung masa hidupnya, PKI memang lebih dekat ke Beijing ketimbang Moskow. Itu terjadi kala ada perpecahan antara komunisme China dan Soviet. Saat itu, PKI bukan partai komunis kecil di Indonesia. PKI adalah partai komunis ketiga terbesar di dunia setelah Partai Komunis di Uni Soviet dan Partai Komunis China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada periode 1964 dan 1965, telah terjadi kegiatan pertukaran kunjungan, budaya, pendidikan, dan ekonomi antara Indonesia-China. 17 Agustus 1945, Presiden Sukarno bahkan mendeklarasikan bahwa RI memperkuat poros anti-imperialis yakni Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Pyongyang.
Peta politik di elite Tanah Air saat itu seolah menjadi terpolarisasi: Sukarno dan PKI di satu sisi, dan militer di sisi seberangnya. Bagaimana sikap China? Mendukung Sukarno? mendukung PKI menggulingkan Sukarno? Atu ada sikap lain?
"China mendukung PKI untuk melanjutkan persatuan bersama Sukarno, yang sedang berkonfrontasi dengan Malaysia. Isu itu bisa dieksploitasi oleh Beijing untuk mengimbangi kekuasaan Barat di Asia Tenggara. Lewat konfrontasi (melawan Malaysia), Indonesia bertujuan memblokade rencana Inggris untuk menyatukan koloni di Asia Tenggara menjadi Federasi Malaysia," tulis Taomo Zhou.
Perselisihan dengan Malaysia berlangsung pada 1963-1964. Hubungan Indonesia dengan Inggris dan AS memburuk. Beijing menawarkan dukungan ke Indonesia kalau-kalau saja nanti kekuatan Barat menyerang Indonesia.
"Pada awal 1965, Zhou Enlai (Perdana Menteri RRC) mengumumkan bahwa China sebagai sahabat sejati Indonesia tidak akan berpangku tangan apabila imperialis Barat berani menyerang Indonesia," tulis Taomo Zhou.
PKI merencanakan pencegahan jenderal-jenderal anti-komunis merebut kekuasaan. Para pemimpin China sadar akan maksud PKI. China punya pemahaman bahwa Menteri Koordinator Bidang Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata, Jenderal Abdul Haris (AH) Nasution adalah jenderal yang didukung Barat untuk menggantikan kepemimpinan Sukarno. Pemahaman seperti ini sudah ada sejak pertengahan 1963.
Begini kata Perdana Menteri RRC Zhou Enlai dalam dokumen tertanggal 23 Juni 1963 pada Arsip Kementerian Luar Negeri China:
"Nasution, dengan dukungan dari AS dan pemerintahan Chiang Kai-shek di Taiwan berusaha dengan segala cara untuk melengserkan Sukarno dan menggantikannya. Ini adalah urusan hidup-mati yang akan berlanjut. Tak peduli bagaimana sikap Sukarno, (revolusi Indonesia) akan terjadi. Di era baru ini sejarah Indonesia melawan imperialisme dan feodalisme, konfigurasi kekuasan yang baru bakal terjadi. Kecepatan perubahan tergantung oleh kekuatan PKI dan strateginya. Saya percaya PKI punya rencana dan bakal dipersiapkan."
![]() |