Kisah Sukses Penghuni Wisma Atlet Lepas dari Corona

Isolasi di Wisma Atlet

Kisah Sukses Penghuni Wisma Atlet Lepas dari Corona

Danu Damarjati - detikNews
Minggu, 20 Sep 2020 15:39 WIB
Room Tour Wisma Atlet yang jadi tempat isolasi pasien COVID-19 tanpa gejala. (Dok pribadi Christman Datubara)
Suasana lorong Wisma Atlet yang jadi tempat isolasi pasien COVID-19 tanpa gejala. (Dok pribadi Christman Datubara)
Jakarta -

Virus Corona memang berbahaya. Namun bila Anda sudah terjangkit, jangan khawatir. Seorang penyintas COVID-19 membagikan kisah suksesnya lepas dari virus ini.

Juno (36), pria karyawan swasta ini sudah 'lulus' dari kamar Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19, Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 18 Mei lalu. Dia menghuni satu unit di Tower 7 lantai 29 sejak 17 April, alias satu bulan.

Semua berawal dari 13 Maret. Saat itu dia merasakan gatal di tenggorokan. Dokter di rumah sakit swasta yang memeriksanya mengatakan Juno mengalami radang tenggorokan. Saat itu, semuanya masih normal. Juno bahkan bersalaman dengan dokternya, belakangan dia ketahui dokter itu juga positif COVID-19.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua pekan kemudian, kondisi fisik Juno turun. Dia harus diopname di rumah sakit swasta lantaran lemas, demam, diare, hingga keringat dingin. Saat itu, dia tidak ingat betul apakah masih bisa mencium bau atau tidak, karena gejala umum COVID-19 adalah tidak bisa mencium bau. Namun yang jelas, dia tidak bisa mengecap rasa makanan.

ADVERTISEMENT

"Saya lemas sekali, bahkan sekadar tanda tangan pun susah," kata Juno lewat wawancara telepon dengan detikcom, Minggu (20/9/2020). Dia diopname sampai 5 April.

Kondisi fisiknya sudah beranjak pulih. Barulah 31 Maret, dia dites usap (swab test). Pada Pertengahan April, hasilnya keluar: Juno positif COVID-19. Warga Tangerang ini menyewa indekos di Jakarta, sempat ada kekhawatiran apa jadinya bila dia sendirian bila sewaktu-waktu jatuh sakit. Akhirnya dia memutuskan ke Wisma Atlet, berangkat sendiri tanpa diantar pihak Puskesmas atau petugas medis lain.

"Saya bawa koper dan ransel, semua sudah siap. Saya naik taksi. Saya datangi langsung ke RS Darurat Wisma Atlet. Saya sampaikan ke dokter di lokasi bahwa saya positif," kata dia.

Merasakan gejala selama isolasi

17 April, Juno yang berkategori sebagai pasien bergejala ringan mulai menghuni Wisma Atlet. Dua pekan berlalu, kepala Juno terasa berdenyut disertai dada berdebar.

"Ada nyeri-nyeri menusuk di badan, rasanya seperti habis disuntik di perut, kaki, tangan, kandung kemih. Saya juga susah napas meski sebelumnya nggak pernah punya keluhan sesak napas. Saya bingung," kata dia.

Dia berkonsultasi dengan dokter di Wisma Atlet. Ada dokter jantung, dokter paru-paru, hingga ahli kesehatan jiwa yang menanganinya. Mereka bilang, gejala yang dia rasakan disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi, yakni mencapai 150/92 mmHg. Biasanya, tensi Juno di bawah 120/80 mmHg.

Gejala-gejala itu datang dan pergi. Dia mencoba menjaga kondisi tubuh sembari menunggu hasil negatif COVID-19. Awalnya, dia diinstruksikan menjalani isolasi dua pekan saja (14 hari), namun ternyata dia belum kunjung mendapatkan hasil tes usap negatif COVID-19. Dia baru mendapat hasil negatif setelah sebulan menjalani isolasi.

Bagaimana Juno bisa sukses lepas dari Corona?

Dia berhasil mendapat hasil negatif COVID-19 usai sebulan diisolasi. Ini adalah kesuksesan. Cara meraihnya adalah dengan istirahat yang cukup.

"Terapkan saja pola hidup sehat, tidur yang cukup, minum air putih yang banyak," kata Juno.

Dia menyarankan agar pasien isolasi senantiasa bergerak dengan cara berolahraga, tentu saja bila kondisi kesehatan yang bersangkutan memungkinkan. Tak kalah penting, ambil sikap mental yang baik.

"Sabar. Tidak usah khawatir, tidak usah panik," kata Juno.

Kini, Juno memang sudah negatif COVID-18. Dia berusaha mencari cara agar bisa memberikan manfaat bagi penanganan COVID-19. Dia kini menjadi administrator grup Facebook para penyintas COVID-19, namanya adalah 'Covid Survivor Indonesia'.

Dia dan orang-orang yang sudah negatif COVID-19 punya kesamaan, yakni masih sering mengalami gejala pasca-COVID-19. Dia pribadi mengeluhkn sering mengalami phantosmia, atau semacam halusinasi mencium bau-bau tertentu, frekuensinya sekali sehari, lebih sering di malam hari. Dia juga mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di bawah rahang, serta merasakan ada angin yang menjalar di dada.

Dia juga mendapatkan informasi dari sesama penyintas COVID-19, beberapa dari mereka memang sudah dinyatakan sembuh namun belum bisa bekerja seproduktif seperti sebelum terjangkit COVID-19. Ini disebut sebagai 'long covid'.

"Maka pesan saya bagi yang masih sehat, terapkanlah perilaku hidup sehat dan protokol pencegahan COVID-19. Pikirkanlah efek lanjutan dari long COVID-19 yang sangat mengganggu dan bisa menurunkan kualitas hidup," kata Juno.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads