Seorang pria bernama Jefri (23) diduga menjadi korban peluru nyasar di Pademangan, Jakarta Utara. Akibat kejadian itu, pria yang bekerja sebagai satpam pelabuhan itu kini harus menjalani operasi.
Peluru nyasar tersebut mengenai bagian perut korban. Hingga Senin (31/8) siang, korban masih menunggu untuk operasi di sebuah rumah sakit.
Kasus ini bermula ketika korban menonton balapan di Kemayoran, Jakarta Pusat pada Sabtu (30/8) malam. Memasuki Minggu (31/8) dini hari, korban hendak pulang ke rumahnya di kawasan Koja, Jakarta Utara, namun terjebak karena di perjalanannya pulang ada sekelompok warga tawuran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia bilangnya ingin pergi nonton balapan di Kemayoran. Lepas nonton balapan, dia ingin pulang, kejebak situasi tawuran," kata kakak ipar korban, Petrus (38) saat ditemui di kediamannya, Koja, Jakarta Utara, Senin (31/8/2020).
Petrus tidak mengetahui persis kejadian tawuran tersebut. Dia menduga, saat itu ada pihak petugas yang berusaha membubarkan tawuran dengan melepaskan tembakan.
Tapi tak disangka, adik iparnya terkena peluru nyasar. Petrus menyebut korban mengalami luka tembak yang serius.
"Rupanya tawuran itu dibubarkan mungkin dengan cara tembak-tembak, dia kena lah tembakan sehingga adik saya mengalami luka tembak yang serius," ujar Petrus.
Sambil menahan rasa sakit, korban mengendarai motor seorang diri dan pergi berobat ke rumah sakit. Saat itu korban terkena peluru nyasar di bagian perutnya.
"Pergi sendiri naik motor, ke rumah sakit sendiri dalam keadaan berdarah," ungkap Petrus.
Pihak rumah sakit yang mengetahui hal ini lalu melapor ke polisi. Polisi pun datang dan sempat menginterogasi korban.
Petrus menyebut, adik iparnya itu tengah menunggu proses operasi. Namun pihak keluarga terkendala masalah biaya operasi.
"Dari pihak keluarga bingung, karena rumah sakit tidak menerima pasien BPJS padahal korban tersebut memiliki BPJS Kesehatan. Bahkan, untuk kamar pihak rumah sakit meminta deposit yang jujur saja itu membebankan kami, karena untuk deposit kamar saja mahal sekali," ujar Petrus.
Petrus juga mengatakan adik iparnya saat ini berada di ruang isolasi karena situasi COVID-19. Selain itu, korban juga masih kesakitan sampai meraung-raung sehingga dipisahkan dari pasien lain agar tidak mengganggu.
"Adik ipar saya ini disuruh untuk diisolasi apalagi kondisi COVID sekarang rumah sakit khawatir dan memang kondisi adik saya meraung-raung, dia tidak bisa ditempatkan di kelas pasien yang lain karena akan mengganggu kenyamanan pasien yang lain makanya ditempatkan di tempat yang isolasi," ungkapnya.
Petrus berharap, pihak kepolisian segera mengungkap kasus ini. Ia berharap pelaku bertanggung jawab atas insiden ini.
"Saya coba ingin melakukan langkah hukum ke depan mencari keadilan siapa pelaku penembakannya. Saya tidak ingin menuduh dari pihak mana, saya ingin mencoba mencari keadilan sampai seadil-adilnya," kata kakak ipar korban, Petrus S (38), saat ditemui di kediamannya, Koja, Jakarta Utara, Senin (31/8/2020).
Dihubungi secara terpisah, Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara Kompol Wirdhanto Hadicaksono membenarkan adanya kejadian tersebut. Wirdhanto mengatakan saat ini kasus tersebut masih diselidiki.
"Iya peluru nyasar, sekarang masih dipastikan TKP-nya Jakpus atau Jakut," kata Wirdhanto saat dihubungi wartawan, Minggu (30/8/2020).
Berdasarkan informasi yang beredar, korban tertembak peluru nyasar di Jalan Benyamin Sueb, Pademangan, Jakarta Utara, Minggu dini hari tadi. Meski demikian, belum jelas terkait kejadian tersebut.
"Masih dalam penyelidikan," ucapnya.
Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Pademangan, AKP Sinaga mengatakan pihaknya juga masih mendalami terkait insiden peluru nyasar tersebut. Namun menurutnya korban merupakan seorang satpam pelabuhan.
"Kami sedang mendalami terkait insiden tersebut. Mohon maaf saya belum bisa berkomentar banyak, info sementara yang kami dapat bahwa korban adalah security di pelabuhan," ujarnya.
Sinaga belum bisa memastikan bagaimana peristiwa itu bisa terjadi. Namun pihaknya saat ini tengah menyelidiki insiden tersebut.