Beda Nasib Buaya 'Siluman' di Babel dan Raksasa Lolong dari Filipina

Beda Nasib Buaya 'Siluman' di Babel dan Raksasa Lolong dari Filipina

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 15 Agu 2020 18:04 WIB
Buaya berukuran besar diarak menggunakan bulldozer.
Buaya 'siluman' di Bangka Belitung (Foto: screenshoot video)
Medan -

Penangkapan buaya muara 4,8 meter yang disebut siluman di Bangka Belitung (Babel) menjadi sorotan karena berujung pada kematian buaya itu. Nasib buaya 'siluman' ini berbanding terbalik dengan buaya raksasa bernama Lolong yang ditangkap warga di Filipina.

Pertama, mari bahas soal buaya raksasa Lolong asal Filipina. Guinness Book of World Records sempat menjadikan Lolong sebagai reptil terbesar di dunia pada 2012. Buaya tersebut ditangkap di wilayah rawa di Agusan, Kepulauan Mindanao, pada September 2011. Menurut warga, buaya air asin itu telah menewaskan seorang gadis dan seorang nelayan setempat.

"Buaya terbesar yang pernah ditangkap, bernama Lolong, seekor buaya air asin yang tercatat memiliki panjang 6,17 meter," demikian pernyataan Guinness Book of World Records dalam situsnya, seperti dilansir oleh AFP, Senin (2/7/2012).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berat Lolong telah ditimbang di sebuah timbangan truk dan dipastikan mencapai 1.075 kg," sambung pernyataan tersebut.

Setelah ditangkap, Lolong dibawa dan dirawat oleh otoritas setempat di sebuah penangkaran buaya. Lolong secara rutin diberi makan daging sapi, daging babi, dan unggas seberat 10 persen dari berat tubuhnya.

ADVERTISEMENT

Porsi makan Lolong diatur karena buaya tersebut menjalani diet agar bisa bergerak lebih aktif. Keberadaan Lolong pun menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan.

Lolong kemudian mati pada Februari 2013. Kematian Lolong ditangisi warga setempat.

Buaya Lolong di Filipina (AFP)Buaya Lolong di Filipina (AFP)

Tubuh Lolong ditemukan dalam kondisi terbalik. Para pakar hewan memperkirakan buaya ini telah hidup lebih dari 50 tahun. Kematian Lolong diduga dipengaruhi kondisi cuaca.

"Saya sangat depresi. Saya menyukai buaya itu, dia memberi ketenaran bagi kota kami dan Filipina," kata Wali Kota Bunawan saat itu, Edwin Cox Elorde, dalam perbincangan telepon dengan News Australia.

Setelah Lolong mati, rekor dunia untuk kategori reptil terbesar kembali dipegang oleh buaya bernama Cassius dari Australia. Cassius tercatat memiliki panjang 5,48 meter dan berat hampir 1 ton. Cassius ditangkap di wilayah Northern Territory pada 1984. Cassius dirawat di sebuah penangkaran buaya di Queensland. Pada 2013, Cassius disebut telah berusia 110 tahun.

Berselang 8 tahun, buaya bertubuh bongsor kembali ditangkap warga. Kali ini buaya muara dengan ukuran 4,8 meter dan berat 500 kg ditangkap di Bangka Belitung, Indonesia. Meski sama-sama bertubuh bongsor, nasibnya berbeda dengan Lolong.

Buaya tersebut ditangkap warga dibantu pawang dengan memberi umpan seekor monyet pada Senin (3/8). Namun umurnya tak panjang. Setelah ditangkap warga, buaya itu hanya bertahan hidup selama 24 jam. Buaya itu mati pada Selasa (4/8) sore.

Setelah buaya mati, warga memenggal kepala buaya itu karena dianggap sebagai buaya siluman. Pemenggalan itu dilakukan berdasarkan kepercayaan warga setempat sebelum bangkai dikubur agar buaya itu tak hidup lagi.

"Penguburan terpisah antara badan dan kepalanya. Karena buaya siluman, jadi harus terpisah, kepalanya dikafani, ditakutkan hidup kembali. Sebelum pemotongan, juga ada ritual khusus," ujar Sekretaris Desa Kayubesi Junaidi menjelaskan ritual yang dilakukan warga.

Peneliti dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Hellen Kurniati, kemudian meluruskan kabar buaya 'siluman' yang dipercaya warga setempat. Hellen mengatakan buaya tersebut bukan siluman, melainkan buaya muara atau Crocodylus porosus.

Buaya tersebut memang bisa tumbuh hingga mencapai ukuran 7 meter. Sayang, buaya berukuran lebih dari 6 meter jarang ditemukan di Indonesia.

"Dia bisa sampai 7 meter. Cuma kalau di Indonesia sudah jarang lebih dari 6 meter, udah jarang," ujarnya.

Hellen memperkirakan buaya yang dipenggal warga setelah mati itu masih berusia 20 tahun. Perkiraan itu disampaikan Hellen merujuk pada penelitian buaya muara di Australia. Dia mengatakan pertumbuhan buaya melambat pada usia tertentu.

"4,8 meter itu saya perkirakan karena dia mulai melambat kalau ukuran tubuh segitu. Saya perkirakan itu sudah 20 tahun karena panjang 7 meter yang di Australia itu umurnya 50 tahun," tuturnya.

Kematian buaya itu pun disayangkan pihaknya. Apalagi Crocodylus porosus merupakan salah satu jenis hewan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI nomor P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri LHK Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Ilmuwan LIPI, Amir Hamidy, pun memiliki saran tersendiri agar konflik buaya versus manusia bisa dihindari. Dia mengatakan pengaturan populasi bisa dilakukan agar konflik buaya dan manusia bisa diminimalkan.

"Di dalam regulasi nasional pun, manajemen populasi (mengambil sejumlah hewan yang populasinya sudah naik) itu boleh dilakukan, tapi harus ditetapkan oleh SK satwa buru, diterbitkan berdasarkan rekomendasi ilmiah melalui survei populasi," kata Amir.

Halaman 2 dari 2
(haf/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads