Konflik Buaya Vs Manusia Kerap Terjadi, Ini Solusi Ilmuwan LIPI

ADVERTISEMENT

Konflik Buaya Vs Manusia Kerap Terjadi, Ini Solusi Ilmuwan LIPI

Danu Damarjati - detikNews
Jumat, 07 Agu 2020 12:26 WIB
Buaya berukuran besar diarak menggunakan bulldozer.
Foto: screenshoot video
Jakarta -

Buaya jumbo yang dianggap sebagai siluman akhirnya mati dipenggal warga di Pulau Bangka. Ini bukan konflik buaya versus manusia yang pertama. Kasus serupa ini seolah terjadi lagi dan lagi di Indonesia. Ilmuwan mencoba mencari solusi.

Ilmuwan dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Amir Hamidi, menengarai dua kemungkinan. Pertama, populasi buaya meningkat. Kedua, populasi manusia meningkat. Dua kemungkinan ini mengakibatkan konflik buaya versus manusia tidak terelakkan.

"Populasi buaya di beberapa wilayah meningkat. Buaya muara sangat adaptif di lingkungan air," kata Amir kepada detikcom, Jumat (7/8/2020).

Buaya muara atau Crocodylus porosus sebagaimana yang dipenggal di Bangka itu merupakan hewan yang mudah beradaptasi di wilayah perairan. Tidak seperti wilayah daratan, wilayah perairan lebih jarang terusik perkembangan permukiman manusia. Maka buaya bisa tetap hidup sampai berukuran besar dan banyak.

Di sisi lain, buaya muara adalah hewan yang dilindungi. Amir menyebut aturan yang melindungi buaya ini adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, serta PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

"Permasalahannya, ketika buaya semakin besar maka dia bersifat semakin teritorial, semua dia anggap sebagai mangsa, apalagi saat musim kawin maka dia lebih agresif. Di sisi lain, populasi manusia semakin bertambah," kata Amir.

"Konflik menjadi tidak terelakkan," imbuhnya.



ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT