Seorang ibu bernama Andi Rasti Utari Dwi Rahayu (25) meninggal bersama bayinya yang masih di dalam kandungan. Andi Rasti meninggal di ruang bersalin RSUD Andi Sultan Daeng Radja, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Pihak keluarga lantas menyoroti dokter yang menangani karena bermain ponsel saat korban sudah dalam keadaan kritis.
"Iya meninggal dua-dua (istri-anak)," ujar suami korban, Ihsan Ade Musbar, saat dimintai konfirmasi, Rabu (12/8/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ihsan menyebut peristiwa pilu tersebut berawal saat ia menemani istrinya ke dokter praktik pada Kamis (6/8). Dokter kemudian merujuk istri Ihsan ke RSUD Andi Sultan Daeng Radja dengan alasan usia kandungan sudah lewat 3 hari. Istri Ihsan lantas masuk IGD sekitar pukul 20.00 Wita.
"Jadi malam Jumat itu saya masuk rumah sakit karena usia kandungan itu lewat bulan mi, 9 bulan 3 hari, lewat mi harinya," beber Ihsan.
Namun sejak masuk IGD hingga dipindahkan ke ruangan bersalin, Ihsan mengaku istrinya tak pernah ditangani dokter. Ihsan juga mengaku tak sempat memberi tahu pihak rumah sakit kalau usia kandungan istrinya melewati hari. Alasannya, ada surat rujukan yang bisa jadi petunjuk ke pihak RS soal kondisi istrinya.
"Di ruangan bersalin itu cuma dikasi infus, selain itu tidak ada pergerakan, itu dokter tidak ada sama sekali datang. Diinfus saja. Adaji perawat di situ sekali-sekali," katanya.
Ihsan mengatakan kondisi di ruangan bersalin kemudian berubah drastis saat istrinya tiba-tiba meringis kesakitan pada Jumat (7/8) sekitar pukul 08.00 Wita. Saat itu Ihsan langsung memanggil perawat. Setelah kondisi istri Ihsan kritis, perawat kemudian melapor ke dokter rumah sakit.
"Ndag lama kemudian baru muncul dokter, tapi ini sekarat mi, sekarat sekali mi. Datang dokter dengan santainya main HP pakai baju biasa, dia lagi sempat-sempat angkat telepon," ucap Ihsan.
Istri Ihsan sendiri meninggal saat itu. Dokter kemudian disebut Ihsan memberi penjelasan bahwa bayi di kandungan istrinya masih hidup karena jantungnya masih berdetak. Hal itu membuat Ihsan meminta dokter menyelamatkan bayinya.
"Setelah itu dia (dokter) langsung bilang ke saya, bilang ndag tega mau dikasi begitu (dioperasi sesar) istrinya? Ndag tega?" beber Ihsan.
Pihak RSUD Andi Sultan Daeng Radja sendiri memberikan tanggapan dan mengucapkan belasungkawa terkait peristiwa yang menimpa istri Ihsan. Pihak RS lantas mengklarifikasi sejumlah pernyataan Ihsan, termasuk soal tudingan tak ada dokter yang melayani.
"Sejak pasien masuk denyut jantung janin dan kontraksi/his dipantau tiap jam oleh bidan, semua hasil pantauan/observasi dilaporkan ke dokter via phone, instruksi/advis diberikan juga via phone. Saat itu semua hasil pemantauan masih dalam batas normal," kata Kasubag Humas dan Promosi Kesehatan RSUD Andi Sultan Daeng Radja Gumala Rubiah melalui pesan singkat kepada detikcom.
Sementara itu, soal tudingan dokter bermain ponsel, Gumala menyebut saat itu dokter sedang menghubungi dokter lainnya untuk membantu penyelamatan.
"Dokter menggunakan HP karena beliau sementara menghubungi tim Code Blue dan dokter lainnya untuk membantu dalam tindakan penyelamatan," katanya.
Kemudian soal dokter bertanya apakah Ihsan tega istrinya disesar, Gumala menyebut kondisi bayi Ihsan memang tak mungkin bisa diselamatkan karena denyut jantung bayi Ihsan tidak normal.
"Sesaat setelah ibu dinyatakan meninggal dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin dengan USG, didapatkan denyutan sekali dalam satu menit, normalnya denyut jantung bayi 120-140 per menit. Dalam kondisi tersebut pihak keluarga diinformasikan bahwa sangat kecil kemungkinan bayi dapat diselamatkan," kata Gumala.
(idn/idn)