Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) mengalokasikan anggaran sebesar Rp 175 miliar untuk Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020. Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengimbau agar riset yang dilakukan dapat menyentuh berbagai aspek kehidupan, dari pangan, kesehatan, transportasi, hingga teknologi.
"Dapat kami laporkan bahwa sesuai dengan arahan dari Bapak Menteri, LPDP, telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 175 miliar untuk mendanai prioritas riset nasional di 2020 ini," kata Direktur LPDP Rionald Silaban di acara 'Penyerahan Simbolis Dana PRN 2020' melalui Zoom Meeting pada Jumat (17/7/2020).
Nantinya anggaran akan digunakan untuk mendanai sekitar 305 proyek penelitian dari berbagai institusi kementerian/lembaga, perguruan tinggi negeri maupun swasta, badan usaha, serta Lembaga Riset Independen. Rionald mengatakan sudah ada Rp 14,3 miliar dana yang telah dicairkan ke 21 proyek PRN per 16 Juli 2020.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dapat kami informasikan sejalan dengan yang tadi disampaikan bahwa sampai dengan tanggal 16 Juli 2020 kemarin dana yang telah disalurkan sebesar 14,3 miliar sebagai pencairan dana tahap pertama untuk 21 project PRN," ujar Rionald.
Dalam kesempatan yang sama, Menristek Bambang Brodjonegoro menekankan agar hasil riset PRN dapat digunakan untuk pembangunan ekonomi bangsa. Dia mengatakan aspek pangan merupakan aspek yang harus selalu menjadi prioritas.
"Yang saya ingin tekankan pada pembidangannya karena kita berupaya menyentuh berbagai aspek yang saat ini penting bagi pembangunan ekonomi Indonesia. Pangan jelas tidak bisa tidak, ini harus selalu menjadi prioritas. Karena ini menjadi kunci upaya kita mengurangi kemiskinan dan upaya kita untuk menyehatkan masyarakat dan mengurangi stunting," kata Bambang.
Bambang juga mendorong adanya inovasi di bidang industri pertahanan sehingga bangsa Indonesia memiliki kemandirian. Dia juga meminta agar tercipta juga inovasi di bidang rekayasa keteknikan.
"Kemudian rekayasa keteknikan, ini jelas jawaban terhadap revolusi 4.0 yang sedang terjadi di mana kita sangat mendorong rekayasa keteknikan agar bisa menciptakan nilai tambah. Jadi harapan saya bapak ibu yang bergerak di bidang ini selalu berpikir bagaimana caranya meningkatkan nilai tambah semaksimal mungkin," ujar Bambang.
Selain itu, Bambang menyoroti bidang kesehatan. Dia mengimbau agar Indonesia tidak bergantung pada impor bahan baku obat.
"Di bidang kesehatan fokus kita ada 2. Mulai bangun kemandirian alat kesehatan dan yang kedua mengembangkan obat modern asli Indonesia untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku obat yang selama ini mengganggu upaya kita memberikan kesehatan pada seluruh warga Indonesia," ujar Bambang.
Bambang pun menyoroti negara Indonesia yang memiliki berbagai sumber daya alam di laut yang beragam. Dia pun menginginkan agar masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya alam kelautan yang ada secara mandiri.
"Sebagai negara maritim. Tentu kita harus benar-benar menguasai maritim, tidak dengan sekadar dengan menggunakan teknologi luar, tapi kita harus digunakan teknologi sendiri sekaligus kita memanfaatkan biodiversity yang ada di lautan kita, baik sebagai sumber pangan maupun sumber obat," tutur Bambang.
Selanjutnya, Bambang juga mendorong inovasi di bidang transportasi. Menurutnya, transportasi laut dan udara juga perlu diperhatikan guna mengurangi ketimpangan antar daerah di Indonesia.
"Kita bisa lihat bahwa tidak cukup kita hanya memperkuat transportasi darat, tapi yang penting juga laut dan udara. Karena itu, yang akan bisa menyatukan Indonesia dan membuat ketimpangan antar daerah bisa dikurangi," ucap Bambang.