Mahfud Md: Demokrasi RI Banyak Fitnah-hoax, Sesuai Prediksi Abad 5 SM

Mahfud Md: Demokrasi RI Banyak Fitnah-hoax, Sesuai Prediksi Abad 5 SM

Ahmad Arfah - detikNews
Jumat, 03 Jul 2020 13:05 WIB
Menkopolhukam Mahfud MD
Mahfud Md (Faiq Azmi/detikcom)
Medan -

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md bicara soal sejarah demokrasi dan pandangan para filsuf seperti Plato hingga Aristoteles. Mahfud menyebut kedua tokoh itu sempat bicara soal efek buruk demokrasi yang menurutnya perlu diwaspadai.

Mahfud awalnya bicara soal bergantinya bentuk pemerintahan dari negara-negara di dunia. Dia menyebut saat ini dua per tiga negara yang terdaftar di PBB menganut demokrasi.

"Monarki itu tinggal sedikit, itupun sudah monarki konstitusional," ucap Mahfud saat memberi sambutan dalam Rapat Koordinasi Pilkada Serentak di Sumut yang digelar di Hotel Grand Aston, Medan, Jumat (3/7/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahfud lalu bicara soal pelaksanaan demokrasi yang harus diawasi sehingga dibentuk berbagai lembaga mulai dari KPU, Bawaslu hingga pengadilan. Dia kemudian mengemukakan pandangan Plato tentang demokrasi.

ADVERTISEMENT

"Demokrasi itu bahaya, demokrasi itu suka menimbulkan massa liar," ucap Mahfud.

Dia mencontohkan soal kampanye yang berpotensi menimbulkan permusuhan hingga saling fitnah. Mahfud juga bicara tentang hoax atau berita bohong yang tersebar luas.

"Di Indonesia banyak demokrasi yang menimbulkan massa liar. Menimbulkan permusuhan, saling fitnah, hoax, itu demokrasi kata Plato 5 abad sebelum masehi," ucapnya.

Tonton video 'Mahfud Md Minta Penegakan Hukum Tidak Digantung':

Mahfud lalu bicara tentang pandangan Aristoteles soal demokrasi. Menurutnya, Aristoteles memandang demokrasi memunculkan banyak demagog, yakni orang yang jago berpidato dan suka umbar janji semata.

"Aristoteles itu mengatakan jangan memilih demokrasi. Kenapa? Karena di dalam demokrasi banyak demagog. Tahu demagog? Demagog itu tukang berpidato tapi bohong. 'Kalau saya nanti terpilih di sini saya bangun jembatan yang bagus' zaman Orde Baru ini ceritanya, jembatan yang bagus. Rakyatnya bilang 'Pak di sini nggak ada sungai'. 'Saya bagun sungai sekalian', itu namanya demagog," ucapnya.

"'Kalau saya terpilih nanti di sini dibangun rumah sakit termegah se-Asia'. Dibangun rumah sakit, tambah mahal sesudah dia terpilih orang berobat tambah mahal. Itu demagog," sambungnya.

Dia kemudian menyebut, masih berdasarkan pandangan Aristoteles, demokrasi menimbulkan orang narsis. Dia mencontohkan tentang calon saat Pemilu yang memuji-muji diri sendiri.

"Narsis, menganggap dirinya paling baik. Calon gubernur, calon presiden, calon DPR. Namanya Doli Kurnia, hebat, dibuat gambarnya sendiri, dibaca sendiri, dikampanyekan sendiri. Itu namanya narsis," ucap Mahfud yang disambut tawa peserta rapat. Ketua Komisi II DPR, Ahmad Doli Kurnia sendiri terlihat hadir di acara ini.

"Mahfud Md, calon presiden keturunan Mak Erot, ditulis sendiri, dikampanyekan sendiri. Saudara akan banyak lihat itu sebentar lagi, di pinggir jalan, spanduk, di televisi," sambungnya.

Dia menilai hal tersebut merupakan bagian buruk dari demokrasi. Meski demikian, Mahfud mengatakan Aristoteles tetap memilih demokrasi.

"Sesudah diajak diskusi juga, terus gimana pilih negara apa? Pilihannya tetap demorkasi," tutur Mahfud.

Mahfud lalu mencontohkan negara-negara otoriter hingga negara demokrasi yang tidak terkendali. Dia mewanti-wanti soal demokrasi yang terkendali dan menyebabkan anarki hingga bisa menimbulkan tirani.

"Kalau di zaman sekarang strong institution, kita tidak ingin. Kita reformasi karena kekuasaan yang militeristik," ujar Mahfud.

"Demokrasi tetap dipilih, jangan mimpi mau jadi tiran lagi. Karena di situ dari sebuah demokrasi lebih bisa diatasi dibanding dengan sistem lain karena filosofi dasarnya dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat," tambahnya.

Halaman 2 dari 2
(haf/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads