Jakarta -
Pemerintah kembali mengumumkan data terbaru kasus virus Corona (COVID-19) di Indonesia. Per hari ini, tercatat total kasus positif sebanyak 36.406 orang, kemudian 13.213 orang sembuh, dan 2.048 pasien COVID-19 meninggal dunia.
"Dari data yang kita dapatkan pada pemeriksaan spesimen hari ini. Kita dapatkan bahwa akumulasi kasus konfirmasi COVID-19 yang positif adalah sebanyak 1.111 orang, sehingga total menjadi 36.406 orang," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto (Yuri), yang disiarkan di akun YouTube BNPB, Jumat (12/6/2020).
Yuri mengatakan penambahan pasien sembuh hari ini sebanyak 577, sehingga total pasien sembuh mencapai 13.213 orang. Sedangkan pasien yang meninggal bertambah 48, sehingga jumlah kematian mencapai 2.048 kasus.
Selain itu, Yuri menuturkan persentase kesembuhan pasien hari ini sebesar 35,8 persen. Persentase kesembuhan pasien lebih tinggi dibandingkan persentase kematian yang berkisar 5,607 persen.
"Kalau kita perhatikan, data akumulasi sampai kondisi saat ini 35,8 persen sembuh, sedangkan kematian berada di kisaran 5,607 persen. Saudara-saudara, kasus sembuh total untuk hari ini sebanyak 577, sehingga kemudian total bisa menjadi 13.213. Meninggal 48 total menjadi 2.048," ucap Yuri.
Sementara itu, anggota Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional Percepatan untuk Penanganan COVID-19 dr Reisa Broto Asmoro kembali mengingatkan masyarakat pentingnya melakukan physical distancing. Hal ini dimaksudkan guna mencegah penularan COVID-19 selama masa pandemi.
"Maka sebaiknya dalam masa pandemi ini physical distancing itu harus kita terapkan dengan baik. Apa sih sebenarnya physical distancing itu? Jaga jarak dan jangan dulu bersentuhan fisik, seperti berjabat tangan, berpelukan, salam pipi, cium tangan, bahkan berbisik-bisik sekalipun. Saat ini sebaiknya itu semua dihindari dan berbagai kontak fisik lainnya dengan orang lain," kata Reisa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Update Corona di Indonesia: 36.406 Positif, 13.213 Sembuh:
Berikut ini pernyataan lengkap Achmad Yurianto dan dr Reisa Broto Asmoro:
Reisa Broto Asmoro:
Selamat sore Saudara-saudari, Bapak-Ibu yang saya hormati. Protokol atau panduan kesehatan yang digaungkan setiap hari adalah cara beradaptasi dengan kebiasaan baru. Protokol tersebut adalah syarat agar kita tetap produktif dan aman COVID-19. Salah satu kebiasaan baru yang paling penting adalah menjaga jarak aman, seperti yang sudah pernah saya sampaikan. Menjaga jarak yang aman adalah antara 1 sampai dengan 2 meter. Itu mampu menurunkan risiko tertular COVID-19 hingga lebih dari 50 persen. Penelitian menunjukkan jaga jarak adalah adalah cara yang ampuh mencegah penularan COVID-19. Dalam masa pandemi sebaiknya kita perhatikan hal ini, menjaga jarak aman dari orang lain.
Terapkan physical distancing terutama di tempat umum dan saya ingatkan kembali bahwa penularan COVID-19 adalah melalui droplet atau percikan air liur dari seseorang yang terinfeksi ketika dia batuk atau bersin atau bahkan saat berbicara. Tanpa kita sadari saat kita berkomunikasi dengan orang lain bisa jadi ada percikan yang keluar dari mulut lawan bicara kita dan kalau kita tidak menjaga jarak sesuai protokol kesehatan yang disarankan, yakni minimal 1 sampai 2 meter tadi dari orang lain, kita bisa saja terkena percikan tersebut, yang tentunya tidak ada yang sengaja tapi kemudian bisa menularkan COVID-19. Apalagi kalau orang yang kita temui itu tidak kita ketahui status kesehatannya secara pasti. Maka sebaiknya dalam masa pandemi ini physical distancing itu kita harus terapkan dengan baik. Apa sih sebenarnya physical distancing itu? Jaga jarak dan jangan dulu bersentuhan fisik seperti berjabat tangan, berpelukan, salam pipi, cium tangan, bahkan berbisik-bisik sekalipun. Saat ini sebaiknya itu semua dihindari dan berbagai kontak fisik lainnya dengan orang lain. Ingat, banyak sekali loh orang yang tanpa gejala yang terkesan sehat tapi dia membawa virus tersebut.
Kemarin saya sudah memaparkan bahwa virus SARS-CoV-2 si penyebab COVID-19 ini dapat bertahan di beberapa permukaan benda selama beberapa waktu. Nah bisa saja virus ini kemudian menempel secara tidak sengaja di tangan kita akibat kita menyentuh barang-barang yang ada virusnya di permukaan tersebut. Nah kalau kita kemudian bersentuhan dengan orang lain maka penyebaran virus tersebut bisa makin masif, semakin luas. Dengan menjaga jarak aman dan physical distancing ya, terutama ketika kita tidak menjenguk orang yang sakit atau mengunjungi orang-orang yang rentan, itu sangat penting untuk diterapkan. Mari kita biasakan untuk menjaga diri. Tidak memegang anak-anak kecil apalagi bayi kalau kita bukan orang tuanya. Kita sempat baca kan bahwa ada sebuah berita yang mengabarkan bahwa ada bayi yang positif COVID-19 yang diduga tertular dari penjenguk, yang tentunya masuk kategori orang tanpa gejala.
Praktik baik dari belahan dunia lain yang saat ini mulai menunjukkan keberhasilan untuk membendung penularan COVID-19 paling tidak untuk sementara ini adalah negara sahabat kita, yaitu Jepang. Menurut salah satu peneliti pusat penelitian kewilayahan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, Jepang itu tidak menerapkan lockdown atau karantina wilayah seperti beberapa negara lain. Tetapi memberlakukan deteksi dini terhadap kelompok rentan dan sosial conformity. Apa itu? Sosial community adalah permintaan dari pemerintah Jepang kepada warganya agar menghindari keramaian atau kontak dekat secara fisik dengan orang lain. Jadi menghindari bersalaman dengan banyak orang kemudian menghindari agar tidak bertemu dengan banyak orang di ruang yang tertutup dan sempit. Dan anjuran ini sangat dipatuhi oleh banyak orang di sana. Jadi sosial conformity tidak lain dan tidak bukan adalah kepatuhan terhadap anjuran otoritas kesehatan atau pemerintah. Mereka yang patuh dan disiplin mematuhi anjuran selama ini ada hash tag 'di rumah saja' dan menaati PSBB termasuk kelompok ini. Untuk itu kami berterima kasih banyak karena merekalah yang berjasa menurunkan angka penularan di beberapa daerah termasuk DKI Jakarta, di bawah rata-rata satu.
Para dokter di rumah sakit di Taipei itu pun juga membuat sistem pemantauan pasien tanpa kontak. Sebenarnya tujuannya adalah untuk mengurangi resiko terpapar virus bagi dokter dan perawat yang merawat pasien COVID-19 karena menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia orang yang paling beresiko tertular adalah orang yang kontak erat dengan pasien termasuk mereka yang merawat pasien COVID-19.
Ingat kembali bahwa ada yang namanya masa inkubasi, yakni masa di mana seseorang itu terinfeksi dari mulai masuknya virus tersebut ke badan sampai dengan munculnya gejala penyakit pada tubuhnya. Masa ini bervariasi antara 2 sampai 14 hari artinya bisa saja ada orang-orang yang terinfeksi tapi tidak atau belum menunjukkan gejala atau menunjukkan gejala yang sangat ringan yang membuatnya masih bisa beraktivitas seperti biasa. Jadi mulai sekarang perhatikan cara kita berinteraksi dengan orang lain. Hindari kontak fisik, ingat jaga jarak, tapi pencegahan lain-lainnya juga tetap harus dijalankan. Tetap pakai masker dengan baik dan benar apalagi kalau terpaksa harus berdekatan dengan orang lain. Kemudian tetap cuci tangan dengan sabun dan air mengalir ya, paling tidak sama 20 detik dan tentunya menerapkan protokol kesehatan lainnya.
Seorang ahli penyakit menular berkata ketika anda mengulurkan tangan, anda mengeluarkan senjata biologis. Maka mari jinakkan senjata ini dengan rajin cuci tangan dan jadikan alat kebajikan, tangan yang menjadi alat penolong, melindungi orang lain dari COVID-19. Ketiga, perilaku bersih dan sehat yang tadi sudah saya jabarkan adalah bentuk adaptasi kebiasaan baru yang saat ini sering kita dengar dan hanya akan berhasil membantu kita produktif apabila kita jalankan dan laksanakan dengan disiplin dan bersama-sama. Kalau kata bapak Yuri, kita pasti bisa. Sekarang saya akan persilakan bapak dokter Achmad Yurianto untuk membawakan data hari ini.
Achmad Yurianto:
Terima kasih, dokter Reisa. Saudara-saudara, selamat sore. Hari ini kami akan meng-update kembali data kinerja pelayanan kesehatan terkait dengan penanganan COVID-19 ini. Hari ini tanggal 12 Juni 2020 kita mengupdate sampai dengan pukul 12 waktu Indonesia bagian barat selama 24 jam yang lalu. Kita telah melakukan pemeriksaan spesimen sebanyak 15.333, artinya ini sekarang sudah menjadi 478.953 orang. Dari jumlah spesimen yang kita tapi tentunya kita bisa melihat bahwa kalau dihitung jumlah orang yang di-update, yang dites kalau kita menghitung seluruh angka nasional memang per 1 juta penduduk, sedikit nilainya. Namun kita pahami bersama bahwa tiap-tiap daerah tentunya memiliki ancaman epidemiologi yang berbeda.
Kita tahu bahwa negara kita adalah negara kepulauan. Lebih dari 17.000 pulau yang di antara oleh selat dan laut. Tentunya ini juga menjadi barrier terkait dengan risiko ancaman pandemi. Oleh karena itu tidak memiliki ancaman yang sama dari satu pulau ke pulau yang lain, dari satu komunitas ke komunitas yang lain. Kalau kemudian ini dibandingkan dengan negara lain, misalnya kita menghitung keseluruhan wilayah Korea misalnya, maka kita tahu Korea adalah negara daratan, kita lihat bahwa per 1 juta penduduk yang dilakukan pemeriksaan, dilakukan tes adalah 20.810. Kemudian kalau kita lihat Malaysia 19.120. Kalau kita lihat Vietnam 2.827. Namun jika kemudian angka ini kita analogikan dengan apa yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah DKI, maka kita lihat bahwa per 1 juta penduduk di DKI, pemeriksaan sudah dilaksanakan sebanyak 17.954 orang. Artinya angka ini sebenarnya tidak kemudian mengesankan bahwa kita tidak menangani dengan baik. Ini semuanya adalah realisasi dari amanat yang sudah diperintahkan oleh Presiden untuk melakukan pemeriksaan secara masif. Ini data-data yang bisa kita dapatkan. Persoalannya adalah tidak mungkin seluruh wilayah tanah air dengan kepulauan yang demikian luas kita analogikan dengan negara yang hanya dalam satu daratan dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit dan dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit dibanding dengan tanah air kita. Tetapi bagaimana kita menangani daerah dengan ancaman epidemi yang tinggi, kita sebenarnya sudah melakukan sesuatu yang sama dengan mereka. Kami akan terus menghitung potensi ancaman ini pada beberapa daerah yang memiliki karakteristik yang sama dengan DKI, semisal Surabaya, Makassar dan seterusnya. Ini adalah gambaran bahwa kita telah bersungguh-sungguh di dalam melaksanakan pemeriksaan ini
Dari data yang kita dapatkan pada pemeriksaan spesimen hari ini. Kita dapatkan bahwa akumulasi kasus konfirmasi COVID-19 yang positif adalah sebanyak 1.111 orang, sehingga total menjadi 36.406 orang. Kalau kemudian kita lihat sebarannya maka angka ini didominasi oleh penambahan kasus, satu, di provinsi Jawa Timur sebanyak 318 kasus namun juga pada saat yang bersamaan melaporkan bahwa yang sembuh adalah 72 orang. Kemudian DKI Jakarta 93 kasus baru dan 120 sembuh. Kemudian Sumatera Utara 88 kasus, belum ada laporan sembuh. Sulawesi Utara 65 kasus, belum ada laporan sembuh. Kalimantan Selatan 60 kasus dengan 15 sembuh.
Kemudian ada 14 provinsi dengan kenaikan kasus di bawah 10 bahkan 6 provinsi melaporkan tidak ada kenaikan sama sekali. Beberapa provinsi dengan kasus lebih banyak yang sembuh dibanding kasus positif diantaranya Sulawesi Selatan, hari ini melaporkan 58 kasus namun dilaporkan juga 73 sembuh. Jawa Tengah 44 kasus baru, 50 sembuh. Kemudian Sumatera Selatan 33 kasus baru, 38 sembuh. Nusa Tenggara Barat 23 kasus, dilaporkan 72 kasus sembuh. Jawa Barat 19 kasus positif baru, 41 sembuh. Sumatera Barat 10 kasus baru, 15 sembuh. Kalimantan Timur 8 kasus baru, 11 sembuh. Ini adalah bukti bahwa memang sekarang persentase kesembuhan jauh lebih tinggi dibanding dengan kematian.
Kalau kita perhatikan data akumulasi sampai dengan kondisi saat ini 35,8 persen sembuh sedangkan kematian berada di kisaran 5,607 persen. Saudara-saudara, kasus sembuh total untuk hari ini sebanyak 577 sehingga kemudian total bisa menjadi 13.213. Meninggal 48 total menjadi 2.048. 424 kabupaten kota telah terdampak COVID-19 di 34 provinsi. Sementara orang dalam pemantauan yang dilakukan sampai dengan saat ini akumulasi ada 37.538. Sementara pasien yang dalam pengawasan adalah sebanyak 13.923 orang. Ini kita maknai bahwa sebagian besar provinsi sudah menuju ke grafik yang cenderung untuk menurun bahkan banyak yang kemudian dalam beberapa hari terakhir ini tidak dilaporkan ada kasus baru. Pemeriksaan laboratorium yang secara masif kita lakukan, kemudian kontak tracing yang secara agresif kita lakukan, inilah yang kemudian menggambarkan banyaknya kasus positif yang didapatkan serta kemudian banyaknya kasus sembuh yang bisa kita laporkan.
Saudara-saudara, kita tidak bisa melihat seluruh permasalahan COVID-19 di wilayah tanah air ini dalam satu perspektif data yang sama. Berbagai macam perbedaan pasti akan kita dapatkan, baik terkait dengan risiko maupun terkait dengan kepadatan penduduk. Inilah yang kemudian tidak mungkin kita membandingkan secara langsung antara kondisi negara kita yang demikian luas dengan kepulauan dan jumlah penduduk yang demikian padat serta sebarannya yang tidak merata, sama dengan negara-negara yang relatif berupa satu daratan dengan penduduk yang relatif sedikit. Inilah kajian yang harus kita lakukan setiap saat sehingga kebijakan yang dibuat pun juga tidak bisa general berlaku untuk keseluruhan. Ini yang harus kita pahami. Oleh karena itu pengendalian kita semuanya menjadi faktor penting untuk menentukan keberhasilan penanganan COVID-19 ini. Tetap untuk patuh dan disiplin dengan protokol kesehatan. Menjaga jarak, menggunakan masker, mencuci tangan dengan menggunakan sabun, pola hidup bersih sehat, cukup aktivitas fisik dan istirahat. Ini menjadi penting. Hindarkan kepanikan dan ikuti terus berita tentang COVID-19 ini secara cermat karena kita tahu bahwa cara inilah yang bisa kita gunakan untuk bersama-sama mengendalikan COVID-19 ini. Kami yakin bahwa tidak semua bisa melaksanakan. Kita pasti bisa. Terima kasih. Selamat sore.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini