Fenomena Jemput Paksa Jenazah-Tolak Rapid Test, Bukti Adanya Tabu Corona

ADVERTISEMENT

Fenomena Jemput Paksa Jenazah-Tolak Rapid Test, Bukti Adanya Tabu Corona

Pasti Liberti Mappapa - detikNews
Selasa, 09 Jun 2020 10:40 WIB
Jenazah PDP Corona di Makassar Dibawa Kabur Keluarga
Warga membawa kabur jenazah terkait virus Corona. (Reinhard Soplantila/detikcom)

Hermawan menilai tindakan tegas pada penolakan ini sepertinya tidak efektif menyelesaikan masalah. Dalam mengatasi pandemi, keterlibatan dan pelibatan masyarakat secara sadar, proaktif, dan masif merupakan kuncinya.

"Pemerintah daerah tidak bisa counter secara frontal. Tetapi harus secara persuasif. Cara-cara yang keras bukan solusi justru bisa jadi kontraproduktif," ujarnya.

Mengusung konsep kearifan lokal bisa dikedepankan jadi salah satu metode pendekatan. Misalnya dalam penanganan jenazah harus memperhatikan adat kebiasaan di sebuah wilayah.

"Saya melihat ada reaksi penolakan yang sangat ekstrem. Mungkin Pemda harus mempertimbangkan memakai local wisdom," ujar Hermawan.

Sementara itu, sosiolog dari Universitas Hasanuddin, Makassar, Suryanto, menilai penolakan di Makassar karena masih ada pemikiran yang berkembang di masyarakat bahwa terjangkit virus Corona merupakan aib.

"Pandangan bahwa terinfeksi COVID-19 ini sesuatu yang tabu masih ada," ujarnya kepada detikcom, Senin (8/6).

Sejumlah warga di Makassar menolak rapid test virus Corona (COVID-19) (Hermawan-detikcom).Sejumlah warga di Makassar menolak rapid test virus Corona (COVID-19) (Hermawan/detikcom)



ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT