Pakar Sarankan Sistem Informasi Kebutuhan Lab Hindari Tes Corona Tersendat

Pakar Sarankan Sistem Informasi Kebutuhan Lab Hindari Tes Corona Tersendat

Pasti Liberti Mappapa - detikNews
Jumat, 15 Mei 2020 12:17 WIB
Tes swab terus digalakkan untuk mendeteksi virus Corona (COVID-19). Begini tahapan tes swab COVID-19 di Terminal Cicaheum, Kota Bandung, Rabu (13/5).
Foto ilustrasi tes Corona lewat swab test. (Wisma Putra/detikcom)
Jakarta -

Pemeriksaan spesimen sampel COVID-19 menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) masih meleset jauh dari target yang diinstruksikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebulan lalu, yakni sebanyak 10 ribu sampel per hari. Baru separuh dari target tersebut yang mampu terealisasi.

Demi mengejar terpenuhinya target tersebut Presiden kembali mengingatkan agar ketersediaan reagen uji PCR tetap terjaga. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga meminta supaya ada penyediaan tambahan sumber daya manusia yang terlatih di laboratorium.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden Jokowi juga menyebut ada 104 laboratorium yang tergabung dalam jejaring laboratorium khusus untuk penanganan COVID-19. Namun sayangnya, baru 53 yang bisa beroperasi karena beragam kekurangan.

Pakar Biologi Molekuler yang juga konsultan pada salah satu laboratorium di Jakarta, Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, mengatakan ruwetnya pemenuhan komponen pengujian itu bisa diminimalkan asalkan seluruh laboratorium terintegrasi. Integrasi akan memudahkan pemetaan kebutuhan tiap laboratorium.

ADVERTISEMENT

"Kunci pertama itu pemetaan kebutuhan per lab secara detail," ujar Ahmad pada detikcom, Jumat (15/5/2020). Pemetaan bisa dilakukan dengan membangun sebuah sistem informasi daring atau online yang terbuka untuk diakses.

Kabar Baik! Ridwan Kamil: Kit Rapid Test Buatan Jabar Capai Akurasi 80%:

Tiap-tiap laboratorium yang terlibat atau dilibatkan dalam penanganan dan pemeriksaan sampel spesimen COVID-19 harus memasukkan jumlah stok komponen yang masih dimiliki beserta perkiraan kapan akan habis dalam sistem informasi tersebut. Diharapkan, tes Corona tak lagi tersendat karena kekurangan kebutuhan lab segera terdeteksi.

"Sistem informasi itu harus detail, misalnya jangan hanya 'reagents', tetapi brand name dan nomor katalognya apa supaya bantuan bisa spesifik. Apakah itu VTM-nya, ekstraksi RNA, atau kit RT-PCR," ujar doktor ilmu kedokteran molekuler dari University of Texas Health Science Center, Amerika Serikat, itu.

"Dalam sistem informasi online itu juga harus disebutkan protokol teknis running masing-masing brand reagents, jadi lab bisa mengubah protokol ketika reagent favorit habis, mereka bisa switch ke reagent lain yang setara."

Prodia menyediakan pemeriksaan SARS-CoV-2 RNA dengan metode real-time RT-PCR (PCR COVID-19) yang mendeteksi 3 (tiga) target gen sekaligus yaitu Gen E, N, dan RdRP sesuai dengan protokol yang ditetapkan World Health Organization (WHO)Foto ilustrasi (Dok. Prodia)

Kinerja masing-masing laboratorium menurut Ahmad juga perlu disajikan secara terbuka dalam sistem informasi itu. Kinerja ini berupa data harian kapasitas tes per hari. Aktual sampel diterima oleh laboratorium dan aktual sampel yang hasilnya telah diketahui.

"Laporan Kemenkes kan tidak detail. Kalau bisa laporan hasil tes per lab itu coba di-disclose secara harian, ini penting untuk membantu identifikasi bottleneck terbesar itu di lab mana," kata peraih beasiswa postdoctoral dari Harvard Medical School dan Brigham and Women Hospital, Boston, AS, itu.

Ahmad juga menyarankan agar tidak semua laboratorium yang terlibat dalam penanganan COVID-19 melayani tes rutin. Menurutnya, harus ada yang ditugaskan menjadi laboratorium inovasi. Laboratorium ini bisa difungsikan mencari terobosan untuk menyiasati sulitnya mendapatkan komponen untuk pengujian.

"Misalnya daripada menggunakan swab yang susah dicari, mereka bisa memvalidasi penggunaan air ludah saja atau ketika reagen ekstraksi RNA habis, lab inovasi ini juga bisa menguji direct testing. Lab layanan rutin biasanya tidak punya kemampuan dan waktu untuk melakukan inovasi, maka perlu ada lab bayangan seperti ini," ujar Ahmad.

Menurut Ahmad, laboratorium inovasi ini harus punya kualifikasi teknis standar, seperti Laboratorium Biosafety Level 2. "Harus ada biological safety cabinet dan juga staf yang andal," katanya.

Terkait kekurangan SDM, Ahmad meminta dilakukan perekrutan dalam jumlah besar. Dia menduga pandemi COVID-19 masih akan berlangsung dalam waktu yang lama. Karena itu, SDM laboratorium yang dibutuhkan masih sangat banyak. Namun karena spesimen yang ditangani sangat berbahaya dibutuhkan pelatihan khusus bagi teknisi dan analis yang baru direkrut.

Tes swab terus digalakkan untuk mendeteksi virus Corona (COVID-19). Begini tahapan tes swab COVID-19 di Terminal Cicaheum, Kota Bandung, Rabu (13/5).Foto ilustrasi (Wisma Putra/detikcom)

"Seminggu teori, seminggu magang, dan itu bisa dilakukan di lab inovasi. Jadi ini mirip seperti perang, prajurit dilatih di kamp untuk basic training sebelum di-deploy ke lini depan," ujar Ahmad.

Ahmad pun mengingatkan karena para pekerja di laboratorium ini bersinggungan dengan virus berbahaya, mereka perlu dibekali alat pelindung diri yang lengkap dengan kualitas yang baik. "Teknisi dan analis laboratorium ini pun patut mendapatkan apresiasi," kata Ahmad.

===

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads