Jakarta -
Mantan atlet bulu tangkis Taufik Hidayat mengungkapkan pengalamannya selama bekerja di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Ia menyebut di Kemenpora banyak 'tikus' dan harus dirombak total.
"Kalau dibilang kasarnya sih gue cuman berpikir siapa pun menterinya akan sama aja. itu harus setengah gedung dibongkar. Tikusnya banyak, banyak banget," kata Taufik Hidayat dalam Akun YouTube Deddy Corbuzier, seperti dilihat detikcom, Selasa (12/5/2020).
Taufik, yang juga Wakil Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) periode 2016-2017, mengaku kapok bekerja di Kemenpora. Ia menyatakan awalnya bekerja di Kemenpora karena ingin belajar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Asli sih gue kapok, maksudnya tadinya memang cuman pengen belajar mertua gue di pemerintah. Kadang ada pikiran siapa lagi selain bokap yang nerusin situ, akhirnya gua coba yang di organisasi olahraga kan, di bulu tangkis akhirnya masuk pemerintah. Ternyata... waduh nggak sejalan ini, kiamat," ujarnya.
Selain itu, Taufik berbicara soal kasus korupsi yang menjerat mantan Menpora Imam Nahrawi. Ia mengakui menjadi kurir penerima uang untuk Imam terkait perkara tersebut.
Ia mengatakan hal itu dilakukan karena dimintai tolong untuk memberikan uang tersebut ke Imam Nahrawi. Namun ia mengaku tidak mengetahui soal uang tersebut.
"Ya kan sekarang gini deh, dia nitip ke gue, temennya gue. Gue dititipin, kasihin dong, gue nggak nanya, tapi tahu itu duit. Karena gue baru... ya sudah deh, ini mau diambil besok... oh iya ambil aja besok. Gue akuin gue salah, cuman kan gue nggak berpikir panjang," ujar Taufik.
Taufik Hidayat Juga Ungkap Modus Korupsi di Kemenpora
Tak hanya itu, Taufik juga bicara mengenai perilaku dan modus koruptif di lingkungan Kemenpora. Menurut Taufik, hal itu dilakukan mulai pejabat level bawah.
"Nggak satu doang, berita kan boleh opini boleh apa. Gue sampai sekarang berpikir aja, gila, padahal yang di dalam situ lebih parah," kata Taufik saat diwawancara oleh Deddy Corbuzier yang ditayangkan di Youtube Deddy Corbuzier seperti dilihat detikcom.
"Dibanding menteri atau siapa?" tanya Deddy Corbuzier.
"Di bawahnya. Makanya gue bilang siapapun menteri di situ kalau nggak diganti setengah gedung, olahraga bakal begitu terus. Percaya," jawab Taufik.
Taufik pun mengungkapkan salah satu modus korupsi yang sering dirinya ketahui di lingkungan Kemenpora. Salah satu modusnya, menurut Taufik terkait uang pembayaran hotel para atlet.
"Sekarang gini deh ada atlet 500, kita di Pelatnasin di hotel harga per atlet Rp 500 ribu sudah masuk hotel. Kalau kita masukin banyak ke hotel itu kan suka dapat diskon kan. Seratus ribu kali seribu, berapa duit? per hari kalau 500 ribu jatahnya per orang per hari di hotel," ungkap Taufik.
"Per hari, selama?" tanya Deddy.
"Bulan, gila lu. makanya mereka bilang PNS kerja gue segini-segini, bullshit semua. Kok mereka bisa survive? Mereka punya rumah, mobil cicilan berapa hidup di Jakarta, come on. Gila nggak, tapikan nggak tahu, tapi itu yang pernah gue rasain dan pernah gue lihat begitu," jelasnya.
Meski demikian Taufik mengaku cukup kesulitan memperkarakan hal tersebut. Ia menyebut tidak memiliki cukup bukti untuk memperkarakan itu.
"Cuman nggak ada bukti. Apa yang dibuktiin, dengan omongan doang siapa yang percaya," sebutnya.
Untuk diketahui, Taufik Hidayat juga sempat menjadi saksi di sidang lanjutan Imam Nahrawi di PN Tipikor Jakarta, Jalan Bungur Besar Raya, Rabu (6/5). Dalam sidang itu, Taufik mengakui menyerahkan uang itu melalui asisten pribadi Imam, Miftahul Ulum.
"Saya juga kurang tahu ya, saya hanya diminta tolong seperti itu di telepon, dan ya saya sebagai kerabat di situ ya saya membantu," kata Taufik saat bersaksi.
"Saksi kan Stafsus, pada saat saksi sudah menyerahkan (uang) ke Miftahul Ulum, apakah saksi ada menyampaikan atau mengkonfirmasi langsung kepada Pak Imam bahwa uang itu sudah saksi titipkan ke Miftahul Ulum?" tanya jaksa.
"Oh tidak ada (konfirmasi) itu. Tidak ada," kata Taufik.
Dalam dakwaan Imam Nahrawi, Taufik Hidayat disebut memberikan uang ke Imam terkait Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima). Disebutkan awalnya ada komunikasi antara Tommy Suhartanto, Direktur Perencanaan dan Anggaran Program Satlak Prima; dan Edward Taufan Pandjaitan alias Ucok. Ucok merupakan Manajer Pencairan Anggaran Program Satlak Prima ex officio selaku PPK Program Satlak Prima yang memiliki kewenangan mengelola keuangan Satlak Prima.
"Sekitar bulan Januari 2018, Tommy Suhartanto menyampaikan kepada Edward Pandjaitan alias Ucok bahwa ada permintaan uang dari terdakwa (Imam Nahrawi) kepada Tommy Suhartanto," demikian tertulis dalam surat dakwaan itu.
"Kemudian Tommy Suhartanto meminta Edward Taufan Pandjaitan alias Ucok menyiapkan uang sebesar Rp 1 miliar untuk diserahkan kepada terdakwa melalui Miftahul Ulum," imbuh jaksa.
Pada Agustus 2018, jaksa mengatakan Tommy meminta Reiki Mamesah, selaku Asisten Direktur Keuangan Satlak Prima, mengambil uang Rp 1 miliar yang berasal dari anggaran Program Satlak Prima kepada Ucok. Setelah itu, Reiki menyerahkan uang tersebut kepada Taufik Hidayat.
"Selanjutnya, Reiki Mamesah menyerahkan uang tersebut kepada Taufik Hidayat di rumah Taufik Hidayat di Jalan Wijaya 3 No 16 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kemudian uang sejumlah Rp 1 miliar tersebut diberikan oleh Taufik Hidayat kepada terdakwa (Imam Nahrawi) melalui Miftahul Ulum di rumah Taufik Hidayat," papar jaksa saat membacakan dakwaan, Jumat (14/2).
Tanggapan Kemenpora
Sesmenpora, Gatot S Dewa Broto, menolak menanggapi pernyataan Taufik Hidayat yang menyebut banyak 'tikus' di Kemenpora. Gatot tak ingin berpolemik.
"Ya ini di bulan puasa saya tidak ingin menanggapi itu kita nggak ingin berpolemik," ujar Gatot saat dihubungi terpisah.
Gatot juga mengatakan ucapan Taufik Hidayat itu tak mengganggu kinerja Kemenpora.
"Nggak kami, nggak," ujar dia.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini