Kurvanya tidak melandai, konteks laju penambahannya yang menurun. Otomatis jumlah kumulatifnya akan menjadi stagnan dan landai. Bila kurva penambahan kasusnya (kasus baru harian, mingguan, atau bulanan) menurun, jumlah total kasus positif COVID-19 juga bakal stagnan karena tidak ada tambahan angka baru lagi.
Wiku lantas membuka kurva khusus untuk DKI Jakarta sebagai contoh. Di Ibu Kota, kurva terpantau naik pada 13 April dan turun pada 4 Mei. Naik atau turunnya kurva juga dipengaruhi faktor jumlah tes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisa saja naiknya karena testing-nya yang makin banyak. Maka dari itu melihat tren ini harus tidak boleh hanya harian, tetapi beberapa minggu," kata dia.
Dia lantas membuka contoh dari daerah lain, yakni Jawa Barat, kurvanya menurun dengan bagus, namun naik lagi pada pekan lalu. Pada intinya, membaca landainya laju kurva Corona bukan per hari, namun per pekan. Membaca kurva Corona untuk menarik kesimpulan, apakah melandai atau tidak, juga perlu dicermati sampai tingkat daerah, bukan hanya tingkat nasional.
![]() |
"Inilah yang harusnya menjadi alat navigasi. Satu data ini penting sekali untuk menunjukkan trennya. Nanti apabila terjadi beberapa aktivitas ekonomi dibuka, dasarnya harusnya melihat dari per daerah, bukan hanya nasional," kata Wiku.
(dnu/fjp)